Rabu, 15 Februari 2012

-- Memories -- Part 2

-- Memories --

Part 2



Ku lihat Sivia sepertinya gelisah, apa dia juga masih menyukai Riko?
Se-ingatku, dulu Sivia memang sempat menyukai Riko dan Iyel. Dan mereka berdua pun juga memiliki rasa yang sama terhadap Sivia, maklum Sivia adalah salah satu 'bunga desa' disekolahku. Apa tadi? Bunga desa? Ahaahahhaaa..tapi yang berani bertindak lebih jauh hanya Iyel sedangkan Riko, ia memilih mundur karena...
»»

Aku menatap tajam kearah Riko. "Loe nggak bisa bohong sama gue, loe suka kan, sama Sivia!" tebakku penuh keyakinan.

Sebenarnya aku tidak begitu dekat dengan Riko meskipun kami dulunya berasal dari SD yang sama. Tapi semenjak berseragam putih biru, kami menjadi akrab bisa dibilang bersahabat.

"Sok tau loe!" sanggahnya, nada bicaranya santai. Tapi aku tahu itu hanya alibi, karena meskipun baru akrab aku sudah tahu bagaiman sikap Riko yang terkenal sok cuek, nggak perduli dan slenge'an padahal sikap aslinya sangat baik. Hanya saja semenjak perceraian kedua orang tuanya, ia berubah...

Aku menatap Riko semakin dalam. "Jujur deh, percuma loe bo'ong sama gue." desak ku lagi, Riko menghembuskan nafasnya dengan kasar. Wahhh..jangan-jangan dia mau ngamuk...

"Yahh..tebakan loe bener.." ujarnya pelan tapi aku cukup mampu mendengarnya.

Aku menarik bangku disampingnya dan memutar duduk menghadap Riko. "Terus kenapa loe diem aja ngeliat Iyel ngedeketin dia?" tanyaku agak kesal.

Bukan karna aku marah. Tapi karna aku sayang sama dia, eitttt...sayang disini adalah sayang sebagai sahabat, karena seperti yang ku bilang kami dekat semenjak SMP. Apalagi saat ia memasuki kelas VII4 yang notabene nya adalah kelas unggulan, ia terpisah dengan gank usilnya semasa SD dulu. Dan dikelas ini jumlah murid laki-laki bisa dihitung dengan jari, hanya 8 orang sisanya...perempuan.

"Karena gue kasian sama Iyel, lagian Iyel lebih dulu suka sama Sivia jadi--"

Aku memotong ucapan Riko. "Jadi lebih baik loe mundur, gitu?" ku lihat Riko mengangguk kecil. Aku tak bisa berbuat apa-apa, karena ini masalah hati.

Aku menepuk pelan pundak Riko. "Semoga itu yang terbaik, kalau jodoh nggak kemana kok." ucapku berusaha membesarkan hati Riko.

Riko tersenyum kecil. "Thanks Fy." ucapnya, aku hanya mengangguk.
««

Aku melirik kearah Riko sambil tersenyum nakal, ku lihat ia sedikit salting...ahahaa

Sivia tersenyum tipis. "Baik kok!" jawabnya singkat.

"Udah jelas kita berdiri disini, pake nanyain kabar segala...ckckk!" tambahku sambil melirik kesal ke arah Cakka, kesal karena aku teringat saat-saat menyebalkan yang sering terjadi kepadaku karena Cakka. Iyel terkekeh mendengar cibiranku, aku sedikit mengalihkan pandanganku menghadapnya, ia tersenyum...senyuman itu seperti memiliki sebuah arti. Apa benar kalau Iyel pernah suka sama aku seperti kata Angel?

Aku buru-buru mengalihkan pandanganku ketika menyadari tatapan Iyel yang mulai menajam ke arahku. Aku berusaha mencari-cari alasan untuk melenyapkan diri dari keramaian saat ini.

"Eh gue jalan bentar yah.." pamitku pada ke 4 sahabatku, bukan kepada 3 pria didepanku.

"Mau kemana?" tanya Zahra, aku berfikir sebentar.

"Emm..kemana aja boleh.." jawabku asal.

"mau ditemenin?" tawar Angel, aku menggeleng pelan.

"Nggak usah, gue sendiri aja." tolakku halus.

"Ntar diculik lho.." celetuk Cakka, aku hanya menjulurkan lidahku, tak perduli.
***

Aku sudah terasing dari keramaian pesta reuni itu. Dengan pelan aku melangkahkan kaki ku menyusuri koridor-koridor kelas, menjauh dari gedung aula. Entah mengapa, aku justru membelokkan kakiku kearah kanan, melewati ruangan dengan plang bertuliskan lab IPA kemudian lab Matematika.
Aku mulai memasuki daerah gedung terasing dibelakang gedung sekolahku. Gedung terpisah itu dulunya adalah gedung yang dipakai untuk menampung seluruh siswa-siswi kelas VII yang jumlahnya 144. Gedung tersebut memliki 4 kelas dilantai 1 dan 3 kelas dilantai atas. Namun hanya kelas-kelas dilantai 1 saja yang digunakan, karna masing-masing kelas diisi 36 siswa, jadi...kelas-kelas dilantai 1 sudah cukup untuk menampung seluruh siswa/i kelas VII.

Aku menghentikan langkahku dihadapan sebuah tangga yang menghubungkan lantai 1 dan lantai 2 gedung kelas ini. Letaknya persis disebelah kelas VII4, kelasku dulu. Aku meliriknya sekilas dan kemudian melempar pandang ke arah kelas yang terdapat didepan kelas VII3, kelas VII1. Seketika ingatanku berputar kemasa-masa itu, masa-masa menyebalkan yang baru kusadari keindahannya saat aku mulai mengerti rasanya jatuh cinta...

-----

Pertengahan 2006-2007

"Apaan sih! Norak banget, pokoknya gue nggak mau!" tolakku tegas, Shilla menatapku heran. Saat ini kami sedang duduk santai ditangga samping kelasku, kebetulan jam pelajaran matematika hari ini sedang kosong.

"Aduhhh...loe aneh banget deh Fy, masa dikasih coklat nggak mau?" ujarnya, aku hanya melengos.

Yahhh...mungkin ini terdengar aneh tapi begitulah kenyataannya. Aku memang akan menolak coklat pemberian pria itu jika ia masih nekat ingin memberikannya padaku.

"Tau ah, yang jelas loe bilangin ke dia jangan kasih gue coklat titik!" ucapku lagi, Shilla berdecak kesal.

"Iya deh..iya, tapi kalau dia tetep nekat mau ngasih loe coklat?" ujarnya lagi.

Huhhh aku mendengus kesal, apa sih maksudnya Shilla ngomong begitu? Sudah tau aku sangat membenci pria itu, karena gara-gara dia gosip itu berkembang..
»»

"Fy...Rio suka sama loe.." ujar Cakka, salah satu teman dekat Rio, blak-blakan. Tepat pada saat aku melewati mereka yang sedang nongkrong ditangga samping kelasku. Awalnya aku mengira hanya bercanda, tapi makin kesini kurasa itu semua memang benar.

Bukannya GR, tapi semua itu memang terbukti dengan sikap malu-malu atau salah tingkah Rio yang sering ku lihat ketika aku berjalan dihadapannya.

Aku masih bersikap santai saat itu, karena memang aku tak menyukai Rio. Lagipula yang tahu tentang hal ini hanya aku dan teman-teman Rio saja. Namun suatu ketika aku benar-benar tidak bisa diam saja mendengar celotehan Cakka yang selalu sama "Ify...Rio suka sama loe!", karena hal itu sudah menyebar keseluruh kelas satu.

"Eciieee...Ify, disukain sama Rio lho.." Shilla menggodaku yang baru saja memasuki kelas, sontak semua teman sekelas menggodaku dengan sorakan-sorakan yang membuatku marah, namun ku tahan.

Aku mendengus kesal kalau saja Cakka tak mengucapkan itu tadi -saat aku dan Shilla melintas didepannya-, pasti aku masih aman-aman saja saat ini.
««


Pukk..Shilla menepuk halus pundakku. "Hei..kok ngelamun? Jadi gimana?" tanyanya.

Aku menggeleng. "Kalau dia tetep ngasih, ntar tu coklat bakalan langsung gue balikin tepat didepan muka dia!" ujarku menggebu-gebu, lalu berlalu meninggalkan Shilla yang geleng-geleng kepala mendengar ucapanku.
***

"Gue denger dari Cakka, lusa Rio bakalan ngasih loe coklat lho...ecieee~"

Ucapan Shilla saat disekolah tadi kembali terngiang ditelingaku. Apa-apaan tuh, siapa coba yang mau dikasih coklat sama dia. Aku beranjak dari sofa menuju kalender yang berada diatas meja samping telpon. Tanganku menyisir satu persatu angka ditanggalan pada bulan februari itu. Heee..pantas saja lusa tepatnya hari senin adalah tanggal 14 itu artinya hari senin itu adalah hari valentine. Aku bergidik membayangkan seorang Rio memberikan coklat valentine padaku.

'Nggak! Gue nggak bakalan nerima kalau Rio ngasih coklat ke gue!' ucapku dalam hati, kemudian kembali meletakkan kalender itu ke tempat asalnya.

"Gue benci Riooooo!"

Lhoo..???!!

To be continue

- - - - -

Hai..apa ini masih terlalu pendek? *lirik Linda
Kalau iya, diusahain part 3nya lebih dari yang ini deehh..mudahan bisa yah._. I hope it..
Sebelum dan sesudahanya, makasihhh buat yang koment (termasuk di part 1 kemaren), ngelike (kalau ada._.), dan yang baca dong pastinya..

Seeyaaa..


Nia 'nistev' stevania_

•••


0 komentar:

Posting Komentar