Senin, 23 Januari 2012

-- Suka Padamu -- Short story of CaGni


 Short story of CaGni...

 


Suara derap langkahmu..
Yang selalu aku tunggu..

Rintik hujan perlahan menyapa bumi. Namun itu semua tak membuat pemuda tampan ini beranjak dari tempatnya. Masih disini, di tempat ini, menanti kehadiran seseorang yang dikaguminya.
Ia melirik ke arah arloji silver di tangannya. 15 menit lebih lama dari biasanya, dan itu sempat membuat ia berniat untuk meninggalkan tempat ini.
Sayang, hujan turun semakin deras.

Tap..tap..tap..
Derap langkah berlari yang memecah kesunyian di tempatnya berdiri saat ini sontak membuat kepalanya terangkat. Berharap feeling nya (yang sebenarnya memang sudah terlatih untuk mengingat dan menghafal pemilik suara derap tersebut) tak salah.

"Ckckkk...basah lagi!"

Ia menoleh ragu-ragu atau lebih tepatnya mencuri pandang,  menatap gadis yang baru saja menggumam sambil mengibaskan rambut kuncir kudanya.

Aku dilirik olehmu..
Membuatku ingin lari saja..

Sighh..
Secepat kilat ia membuang pandangan saat gadis yang menjadi objek perhatiannya menoleh.

'Shitt! Pake noleh segala lagi!' rutuknya dalam hati, tengsin. 'Tapi nggak papa sih, makin manis aja ni anak.' tambahnya dengan diiringi lirikan kecil melalui ekor matanya.

Sementara itu, sang gadis menaikkan sebelah alisnya melihat tingkah aneh pemuda di sampingnya. Dengan mencuri-curi pandang, lantas membuang muka saat tertangkap basah, tidak sopan.
Ia meneliti tubuhnya -tak kentara- dari atas ke bawah.

'Nggak ada yang salah dari gue..' batinnya dengan kening berkerut. 'Astaga! Jangan-jangan baju gue tembus pandang lagi?!' ia refleks memeluk tubuhnya erat-erat. Tanpa memastikan apakah benar bajunya-tembus-pandang-atau-tidak, ia segera berlari menembus hujan. Membuat pemuda yang tetap memperhatikannya terkaget-kaget sendiri.

Ku suka tapi ku tak tahu..
Harus bagaimana diriku..
Beranikan diriku ini berkenalan..
Denganmu...

Tuk..tuk..tuk..
Pemuda tampan ini masih termenung. Telunjuknya mengetuk-ngetuk bola basket di hadapannya.

"Baru kali ini nih, gue suka sama cewek yang kenal pun nggak." Happ..ia melempar dan menangkap kembali bola basket miliknya. "Gimana caranya gue kenalan, kemaren aja dia kayaknya takut gitu sama gue."

Pukkk...

"Hayolohhh...ngapain malem-malem ngelamun?!!" teriak seseorang mengejutkannya.

Ia menoleh, kemudian menatap gadis cantik yang baru saja mengganggu 'private time' nya tersebut.

"Nyebelin banget sih! Ganggu aja!" ujarnya ketus.

Gadis itu cemberut. "Dasar kakak durhaka! Gitu banget sih sama adek sendiri!"

Ngambek. Gadis ini mulai melakukan aksi 'ngambek' yang memang selalu terjadi saat mendengar ucapan kesal sang kakak yang ditujukan kepadanya.

Pemuda itu menghela nafas, sadar sikapnya barusan membuat sang adik kesal. "Maaf deh, Fy.. Tadi kakak lagi mikir soalnya.." bujuknya dengan tangan kanan yang sudah melingkar halus di lengan Ify, adiknya.

Ify memasang tampang 'sok' mikir dengan telunjuk yang bergerak mengetuk-ngetuk dagu panjangnya. "Tapi anterin Ify ke rumah temen dulu yah... Mau balikin buku soalnya.." pinta Ify sambil tersenyum lebar.

Pemuda itu mengangguk dengan setengah mendengus. "Iya deh, yuk!"

"Ify ambil bukunya dulu!" pamit Ify, kemudian segera berlari menuju kamarnya.

Suka aku suka padamu..
Suka aku suka kau..

"Mybro! Suka bener lo nyanyiin tu lagu?"

Rio, salah seorang sahabat yang selalu mengintil kemana kakinya melangkah langsung merangkul hangat pundaknya. Lelaki itu memutar bola matanya asal, kemudian kembali menyanyikan lagu kesukaannya tersebut.

"Suka..aku suka padamu~ suka..aku suka kau~"

"Elo kenapa sih? Lagi naksir sama cewek ya?" tanya Rio terdengar polos.

Plukk...pemuda itu mengetuk kepala Rio tanpa ampun dengan pulpen yang ia peroleh dari saku seragamnya.

"Ya ialah gue naksir cewe..masa' naksir cowok!" sahutnya jengkel.

Rio tersenyum setengah meringis. "Ya, sorry deh, gue kan cuma pengen mastiin aja. Anyway, tu cewek siapa? Anak sini? Nggak mungkin Ify kan? Kecuali kalau elo korbannya 'the virgin'," celetuk Rio panjang lebar. "Tuhan...berikan--"

"Rio hidung..satu centi lagi..awww!"

Rio memberikan jitakan mautnya pada Cakka, saat pemuda tersebut memotong senandungnya, dan mengganti liriknya sesuka hati. Catat! Sesuka hati dan lebih mengarah kepada 'penghinaan'.

"Nggak gitu liriknya!" ujar Rio antara kesal dan gemas. "Eh back to the topic deh, jadi tu cewek siapa?" sambungnya bertanya. Seolah telah melupakan kekesalan hatinya akan penghinaan Cakka beberapa menit yang lalu.

"Jadi--"

"Pagi Cakka! Pagi Rio!" sapa beberapa siswi yang berpapasan dengan mereka.

"Pagi..." sahut keduanya bersamaan.

"Ganggu aja tuh cewek!" sungut Rio saat cerita Cakka yang belum sedikit pun terselesaikan harus terpotong oleh sapaan pagi dari para gadis yang memang sering mencuri-curi perhatian mereka.

"Tapi lo suka kan~"

"Nggak! Kalau Ify yang nyapa, baru gue seneng!" seru Rio bersemangat.

Brukk..
Cakka melemparkan ranselnya saat ia dan Rio telah sampai di kelas. Kemudian, ia mengeluarkan selembar foto seorang gadis, dengan rambut dikuncir satu yang agak basah, dan wajah yang juga basah. Foto itu di ambil dari sudut kanan oleh Cakka secara diam-diam melalui kamera ponselnya, yang setelahnya segera ia cetak beberapa lembar.

Rio meraih lembaran foto tersebut dan memperhatikannya secara seksama.

"Manis.." gumam Rio sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Namanya Agni, gue sering ketemu dia di halte dekat perempatan ujung jalan sekolah kita. Emm..bukan sering ketemu sih, lebih tepatnya..gue sengaja nungguin dia, biar bisa ketemu sama dia."

Rio mengembalikan foto tersebut pada pemiliknya. "Anak mana?"

"Satu sekolahan sama Ify."

Rio mengangguk kembali. "Jadi Ify yang ngenalin dia ke loe, gitu?"

Cakka menggeleng. Tiba-tiba saja ia tersenyum manis, bayangan kejadian semalam terlintas kembali dalam benaknya.

"Bukan. Malah gue baru tau, kalau dia sama Ify tuh sohib banget! Chair mate.."

"Kok bisa?"

"Jadi..."

Cakka memutar-mutar kunci motor yang terselip di jari telunjuknya dengan malas. Sesekali ia melirik arloji di tangannya, kemudian mendengus kesal. 30 menit telah berlalu, namun Ify belum menampakkan batang hidungnya.

"Tadi katanya mau ngambil buku doang, kok lamanya nggak di diskon gini sih." gerutu Cakka, kesal.

Dari atas, Ify melangkah riang menapaki satu per satu anak tangga, dengan sekantong plastik hitam berukuran cukup besar yang kemungkinan isinya adalah buku.

"Lama amat sih! Kayak putri keraton aja! Ngapain dulu tadi? Luluran?" sembur Cakka.

Ify terkekeh geli, kemudian ia menggandeng tangan kakaknya tersebut dan membawanya keluar menuju kendaraan yang akan mereka gunakan.

"Jangan bawel yah kakak cakep. C'moon kita lets go!" ajaknya yang tanpa aba-aba segera mengikuti Cakka, menaiki motor abangnya tersebut.

"Itu buku temen lo?" tanya Cakka yang mulai menghidupkan mesin motornya. Ify mengangguk tanpa menjawab. Ia sibuk memposisikan kakinya agar berpijak dengan pas. "Ckckk..gilaaa! Temen lo punya toko buku apa perpustakaan nih? Sampe elo bisa minjem segitu banyak?"

Ify memeluk pinggang Cakka demi keamanan. Mengingat frekuensi kecepatan mengendara Cakka yang memang sudah dapat ia pastikan-berapa.

"Bawel banget sih! Buruan, entar kemaleman."

Cakka mendengus dan mulai melajukan kendaraannya menuju sebuah rumah, dengan berbekal alamat yang disampaikan Ify secara lisan selama dalam perjalanan.

10 menit kemudian, keduanya telah berdiri di depan pintu sebuah rumah bergaya minimalis dengan beberapa tanaman yang menghiasi depan rumah tersebut.

Cklekk..
Pintu terbuka setelah Ify menekan bel rumah tersebut beberapa kali. Seorang gadis manis muncul dengan senyum ramahnya.

"Eh elo, kirain nggak jadi." sapa gadis tersebut sambil melebarkan pintu rumahnya. "Masuk, Fy! Eh ini, siapa?" sambungnya bertanya, setelah menyadari ada sosok lain di samping Ify.

"Kenali, Ag, ini kakak gue, Ca-Kka.."

Agni tersenyum kemudian mengulurkan sebelah tangannya. "Agni, Kak."

"Err..Cakka!" balas Cakka sambil menjabat tangan Agni.

Sebagai adik Cakka, Ify dapat menangkap dengan jelas raut kegelisahan yang tercetak di wajah kakaknya tersebut. Dan Ify dapat mengartikan ada sesuatu dibalik tingkah Cakka yang ‎​‎​​‎​tiba-tiba saja terlihat tak seperti biasanya.

"Masuk, yuk!" ajak Agni.

"Ok--"

"Err..nggak usah, Ag. Gue sama Ify balik sekarang aja." sela Cakka buru-buru. Ia tiba-tiba saja teringat tentang kebiasaannya -menunggui Agni sepulang sekolah-, dan takut kalau-kalau Agni mengenali wajahnya sebagai 'pemuda halte'.

Benar saja, selang beberapa detik setelah mendengar penolakan Cakka, kedua mata Agni menyipit dan keningnya berkerut. Seolah-olah sedang mengingat sesuatu.

"Emm..kayaknya, gue pernah ketemu sama lo deh, kak.."

Cakka tertawa garing, "Hahhh?! Hahaha err masa sih? Ahh bukan kali, salah liat orang. Ahaha kan muka gue ganteng." sahutnya yang mulai kacau. Ify terkikik kecil. Agni, gadis itu mengangguk ragu. Hemm..mungkin, dia memang salah orang, tapi sepertinya tidak mungkin juga. Ehh..

"Udah..masuk aja yuk, Kak! Ify haus nih," rengek Ify sambil mengelus-elus tenggorakannya. "minta minum boleh kan, Ag?"

Agni mengangguk cepat. "Tentu! Yuk, masuk!"

Keduanya pun melangkah beriringan menyusul Agni yang berjalan lebih dulu.

"Stt..stt.." Ify menyikut pinggang Cakka, pelan. "Elo naksir Agni yah? Waa ayo ngak--"

Cakka buru-buru membekap mulut Ify yang padahal kalau tidak di bekap pun Agni tak mungkin mendengar karena gadis tersebut berujar pelan.

"Iya, diem! Makanya gue grogi nih."

"Loh kok masih disitu? Ayo, duduk sini!" seru Agni yang baru saja kembali dari dapur dengan sebuah nampan berisi 3 gelas syrup di tangannya.

"Makasih yah, Ag! Gue minum!" seru Ify yang langsung menenggak setengah gelas minuman yang disuguhkan Agni.

Agni menggeleng-geleng melihatnya, sedangkan Cakka, ia justru jadi malu sendiri melihat tingkah Ify.

"Nggak minum, kak?" tanya Agni menyadarkan Cakka dari lamunannya.

"Ehh iya, nih gue minum." Cakka meraih gelas minumannya dengan sedikit gugup.

"Oh iya, Ag, lo tau? Kakak gue ini jago banget loh basketnya. Di sekolah dia kapten basket. Elo mau duel sama dia nggak? Pasti seru deh kalau kalian duel. Kan kalian sama-sama jago." celoteh Ify dengan semangat. Semangat buat nyomblangin sohib dan abangnya ini maksudnya.
Cakka yang sedang minum hampir tersedak, namun ia tetap mencoba bersikap biasa.

"Wahhh! Beneran?! Boleh tuh! Boleh! Mau nggak kak?"

"Uhuk..uhuk.."

Cakka benar-benar tersedak kali ini. Ia mengembalikan gelas kosong di tangannya ke atas meja dan menutupi mulutnya yang mulai batuk.

"Ehh emm maksud lo?"

Ify berdecak gemas. "Yee..si kakak. Agni ngajakin lo duel noh, mau nggak?"

"Kalau kakak mau sih." tambah Agni penuh harap dalam ucapannya.

Kalau bukan karena menahan gengsi, mungkin Cakka sudah berseru "YES! I WANT IT!" dengan semangat 45.

"Emm kenapa nggak? Penasaran juga, gimana sih kemampuan yang lo punya."

"Jangan ngeremehin Agni lo, kak.. Dia tuh kapten basket putri di sekolah Ify." ucap Ify bangga, sambil menepuk keras pundak Agni.

"Nggak make nabok juga kali neng.."

Ify menyeringai lucu, Agni hanya mendelik melihatnya.

"Ya udah, Ag. Gue pamit sekarang deh, takut kemaleman."

"Sippp, gue anter ke depan deh." Agni berdiri dan mulai mengiringi Ify dan Cakka yang melangkah di depannya.

"Jangan kangen sama gue yah, Ag!" seru Ify bercanda.

"No thanks!"

"Iya deh, paling elo kangennya sama kakak gue~" goda Ify sambil melirik Cakka melalui ekor matanya.

"Apaan sih~"

"Ahahhaa, gue balik dulu, seeya Ag!" pamit Ify sambil menaiki motor Cakka.

"Kak?" panggil Agni sebelum Cakka melajukan motornya. Cakka menoleh dan menaikkan kaca helmnya.

"Yaa?"

"Besok siang yah? Di lapangan basket yang depan halte, tau, kan?" ucap Agni menahan senyum, membuat Cakka salah tingkah. Sepertinya Agni sudah sadar.

"Sippp!" Cakka mengacungkan ibu jarinya sambil tersenyum manis. Entah mengapa, Agni jadi malu sendiri.

"Udah kali ngobrolnya, Ify ngantuk woyyyy!" seru Ify yang langsung membuat Cakka merutuk dalam hati. Ia merasa suara cempreng adiknya tersebut mematahkan keindahan suasana hatinya.

"Balik yah, Ag! Nih nenek lampir satu manjanya kumat, bye!"

"...gitu~"

Rio mengangguk paham setelah Cakka menceritakan kejadian semalam, saat ia yang awalnya setengah mengantar Ify untuk mengembalikan buku milik temannya yang ternyata Agni, gadis yang selama ini selalu membuatnya menunggu di halte.

"Eh, bro, kapan kek gitu elo ngizinin gue jalan sama Ify. Masa' gue cuman ketemu sama adek lo di rumah lo doang? Mana gue nggak bisa main tiap hari lagi, huhhh.." keluh Rio.

Berhubung hatinya sedang berbunga-bunga, Cakka berniat untuk menyenangkan hati sahabatnya yang satu ini. "Entar sore, mending elo ikut gue duel sama Agni deh, gue yakin Ify juga ikut. Jadi pas gue tanding, elo temenin deh tuh si Ify."

Kedua mata Rio melebar, kemudian dengan semangat menggebu-gebu, ia memeluk -sangat- erat tubuh Cakka. "Siap mybro! Aku padamu dah!"

"Nggak pake meluk juga kali!" sungut Cakka risih.
***

Siang hari sepulang sekolah..

Duk..duk..duk..
Ify mendribbel bola basket milik Agni yang dititipkan padanya. Sedang Agni sendiri, tengah serius menguncir rambutnya agar lebih mudah saat berduel nanti.

"Kakak lo mana, Fy? Lama bener.."

Ify menghentikan kegiatannya, dan menatap Agni dengan senyum menggoda. "Ecieee kangen nih sama abang gue?~"

Mendadak Agni jadi kehilangan kata-kata. "Ahhh ehh enggak. Kan mau duel? Iya, kan?"

"Ya...gue sih cuma mau ngebocorin sesuatu doang sama lo."

Agni menatap Ify dengan alis terangkat. "Apa?"

"Sebenernya abang gue tuh..."
***

Cakka tak henti-hentinya membenarkan tatanan rambut yang sebenarnya sudah sangat rapi dan...keren!
Rio yang berjalan di sebelahnya jadi risih sendiri. Sepanjang jalan, dari rumah hingga mereka hampir sampai di lapangan basket, Cakka tetap sibuk mengurus rambut dan setelannya. Dan dengan santainya, pemuda tersebut membebankan bola basket, air mineral dan ransel nya kepada Rio.

"Gue telen juga lo, Kka!" ucap Rio dongkol.

Cakka mengernyit heran. "Lah, kenapa? Gue kan nggak ngapa-ngapain elo?"

"Nggak ngapa-ngapain lo bilang? Terus gue bawa-bawain barang lo ini karena apa? Karena siapa?"

Cakka meringis, kemudian terkekeh pelan. Ia menghentikan kegiatan mengurus rambutnya dan mulai mengambil kembali barang titipannya kepada Rio.

"Heheee sorry, cuy. Jangan ngambek, ngambek nggak gue kasih izin deketin Ify, nih.." bujuk Cakka mengancam, bercanda sebenarnya. Mendengar nama Ify disebut, Rio langsung memasang tampang semanis mungkin dan merebut kembali barang-barang Cakka yang sempat ia bawa.

"Ehhee iya deng, gue nggak marah. Tapi izin gue buat pacaran sama Ify ada dong? Nggak pake nyogok, kan?" Cakka tersenyum sambil mengangguk. Lumayan, nama Ify bisa di andelin juga.

"Ify!"

"Agni!"

Keduanya sama-sama berseru dengan mengucapkan nama yang berbeda.

"Lama banget sih, ngapain dulu? Nonton? Nyelem? Apa syuting? Nggak tau apa ini lagi panas banget!" semprot Ify begitu Cakka dan Rio menghampirinya.

"Ya ampun! Ify haus yah?" Rio -sok- panik, dan langsung mengobrak-abrik tas Cakka. "Ini deh, minum dulu! Biar nggak dehidrasi." Rio menyerahkan botol minuman yang sebenarnya milik Cakka. Ify menerimanya dengan senyuman manis seolah berterima kasih.
Sedangkan Cakka dan Agni menyaksikan dengan heran tingkah Rio yang sok panik dan terkesan to much tersebut.

"Ya ampun! Sampe keringetan gini..sini deh kak Rio lapin yah." Rio mengeluarkan sapu tangan dari sakunya dan mulai menyeka keringat Ify.

"Ehh kak, nggak usah--" tolak Ify.

Rio mesem-mesem sambil memasang tampang lucu yang membuat Cakka jadi geli sendiri. "Nggak papa kok, kesana aja yuk, lebih adem!" ajak Rio sembari menggamit lengan Ify.
Tapi sebelumnya....
Brukk..
Ia melemparkan ransel dan bola basket milik Cakka kepada si empunya.

"Tuh bro, perabotan lo! Gue sama Ify ke sana dulu yee~" pamitnya sambil menunjuk sebuah stand es kelapa di dekat mereka.

"Arghhh..Rio pesek! Dasar emang!"

Agni tertawa melihat Cakka yang meringis menahan sakit. "Sakit yah, kak? Jadi duelnya, nggak?"

Cakka menghembuskan nafasnya sejenak kemudian berdiri tegap. "I'm strong! Ayo, kita duel!" ajaknya sambil tersenyum manis.

Agni tidak dapat menahan senyum malu-malu nya saat melihat senyuman manis Cakka. Huhhh, sepertinya ia mulai menyukai kakaknya Ify ini.

"Siapa yang duluan?"

"Suit yourself, i'll follow you."

Finally, mereka sepakat untuk mengundi terlebih dahulu, untuk menentukan siapa yang memulai. Setelah menemukan jawabannya, keduanya pun asik dan larut dalam pertandingan seru yang tanpa mereka sadari telah membuat mereka nyaman satu sama lain.

"Yess! Masukk!" seru Cakka saat memasukkan three point yang menurut Agni 'waw' tersebut.

"Keren! Udahan yuk, kak! Capek.."

Cakka mengangguk dan mengikuti Agni yang melangkah menuju pohon rindang, tempat tas dan air mineral milik mereka berada.

"Huhhh, kakak mainnya keren banget deh!" puji Agni sungguh-sungguh.

Cakka menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal. Di puji gebetan? Seneng dong!

"Ehehe elo juga kok, keren! Gue sampe ngos-ngosan nih, huhh hahh huhh.." ujar Cakka sambil berpura-pura mengatur nafas.

"Jayus deh," sahut Agni sambil mendorong pelan pundak Cakka.

"Ehh nggak percaya.. Serius! Gue ngos-ngosan banget ini.."

Agni terkekeh, "itu mah karena ini nih.." Agni menepuk-nepuk perut Cakka yang kontan saja membuat nafas Cakka tertahan sejenak. "buncit! Ehhee." 

Cakka diam tak merespon. Masih terlalu shock dengan tingkah Agni yang hanya sebentar tapi berefek lama bagi dirinya.
Agni yang melihat ke-diam-an Cakka, menggigit bibir bawahnya. Jangan-jangan, Cakka marah karena ia katai buncit. Atau malah ia tadi telah lancang karena telah menepuk-nepuk perut Cakka tanpa izin?

"Ehh, Kak. Maaf, aku nggak maksud ngatain kakak buncit kok, aku juga nggak sengaja tadi nepuk-nepuk perut kakak. Beneran deh, refleks.."

Cakka tersadar, dan menjadi salah tingkah sendiri. "Hahh?! Enggak kok, enggak! Emm gue eee haus aja, emm kan tadi minuman gue di embat sama Ify, ehehe"

Agni tersenyum, "ohh kirain kakak marah. Ya udah, nih minum punya aku aja.." Agni menyodorkan botol minumannya kepada Cakka.

"Elo sendiri?"

"Kan udah gue minum setengahnya, nggak papa kan bekas mulut gue?" tanya Agni agak ragu.

'Nggak papa! Nggak papa banget malah!' seru Cakka dalam hati.

"Nggak papa kok, gue habisin, boleh?" pinta Cakka dengan seringai lucu yang menampakkan deretan gigi yang baru di behel beberapa minggu yang lalu.

Hening..
Cakka masih sibuk menenggak minuman Agni, sedangkan Agni.. Ia sedang berusaha melepaskan ikatan rambutnya. Niatnya sih hanya ingin merapikan.

Lihat rambutmu terurai..
Ku rasakan terbang melayang..

Srettt..
Agni menarik karet rambutnya dan membuat kumpulan rambut tersebut meluruh secara perlahan. Cakka yang masih minum ternganga. Adegan terlepasnya ikatan rambut Agni tersebut bagai di slow motion, dan entah mengapa, Cakka terpana menyaksikannya.
Agni menyisir rambut terurainya dengan jemari tangannya. Masih dengan pengawasan mata Cakka yang tak di sadarinya, ia mulai mengumpulkan rambutnya kembali menjadi satu untuk di ikat.

"Jangan di iket, Ag! Lo cantik banget kalau kayak gitu.."

"Hahh?!"
***

Rio tertawa terbahak-bahak saat mendengar cerita Cakka kemarin sore. Lucu! Dan terkesan bukan Cakka banget.

"Hahh hahh, gila! Elo sampe muji dia tanpa sadar dan dia sampe mangap?"

"Ahh udah kek, gue beneran lagi terpesona tau sama dia, eh pas gue ngomong gitu dia malah mangap, terus tau-tau gue liat pipinya merah--"

"Terus langsung lari ninggalin elo sendiri gitu? Ahahaa."

Cakka mengangguk, ia memainkan karet rambut Agni yang tanpa sadar di tinggalkan oleh pemiliknya. Yah, Agni batal mengikat rambutnya saat mendengar celetukan spontan dari mulut Cakka. Agni sendiri merasa malu dan salah tingkah setelah mendengarnya, dan entah atas dasar apa..gadis tersebut berlari meninggalkan Cakka yang -mungkin- masih tertegun.

"Terus, mau lo apain tuh iket rambut?"

"Mau gue balikin entar.."
***

"Ughhh..gue malu banget, Fy!" seru Agni sambil memukul-mukul mejanya.

"Hehh, apa yang perlu lo maluin coba? Kakak gue cowok, kalau dia bilang elo cantik kan, wajar.."

"Tapi gue langsung lari, entar dia ngiranya apa lagi. Ahhhh Agni bego!"

"Ahahha makanya, jadi anak jangan polos-polos banget napa."

Agni mendengus. "Iya deh, yang pdkt nya lancar sama kak Rio."

"Ahhaha itu anugerah hidup gue."

Agni menggigit bibir bawahnya, dan mulai menatap Ify serius. "Errr, Fy? Yang elo bilang di lapangan kemaren..beneran nggak sih?" tanya Agni tiba-tiba.

"Hahh?! Yang mana?" Ify balik bertanya sambil mencomot sebungkus Yupi di depannya.

"Yang emm sebelum kakak lo dateng itu~"

"I hope so!" jawab Ify santai.

Agni melotot kaget. "Hahhh?! Jadi nggak pasti? Ishh elo bikin gue berharap aja sih."

"Ahahaha, feeling gue sih nggak pernah meleset.."

"Jadi maksud lo?"

"We'll see.."
***

"Suka..aku suka padamu~ suka..aku suka kau~"
Cakka bersenandung riang sambil mengelap bola-bola basket di gedung olahraga, Rio yang sedang bersamanya jadi heran sendiri. Mungkin Cakka sudah melupakan kejadian tempo hari.

"Kalau suka, tembak dong bro! Dor..dor..dor..phew!" sahut Rio sambil bergaya ala koboi yang sedang menembak, lengkap dengan suara tembakannya.

"Elo sendiri, belum nembak adek gue, kenapa tuh?"

Rio menepuk-nepuk pundak Cakka. "Gue mah let it flow aja. Slow but sure, yang penting elo dulu."

"Caranya gimana yah, Yo?"

Rio mulai berpikir, jari telunjuknya bergerak mengetuk-ngetuk dagunya bak detektif. "Hemmm...dinner!"
***

Ify memanyunkan bibirnya dengan kesal. Kalau bukan karena Cakka kakaknya, mungkin dia akan menolak rencana Rio mentah-mentah.
Rencananya, Cakka akan mengajak Agni dinner. Nggak usah jauh-jauh, di rumah cukuplah. Makanan tinggal delivery aja, soal pelayan seperti usulan Rio, nanti ia sendiri yang akan turun tangan melayani Cakka dengan di dampingi Ify.
Jelaslah Ify menolak. Masa' jadi pelayan?

"Ahh, elo nggak asik banget sih, kak.. Masa' gue jadi pelayan?~" rajuk Ify pada Rio yang sibuk menata meja makan.

Rio tersenyum kecil, "ya..sekali-kali gitu Fy, biar Cakka seneng."

"Iya sih, tapi--"

Ting tong..ting tong..
Bel rumah yang berbunyi memotong ucapan Ify.

"Kak Cakka! Bukain pintunya!" teriak Ify dari dapur. Rio menutup kedua kupingnya saat mendengar teriakan maha dahsyat dari mulut Ify.

"Gilaa! Itu mulut apa toa mesjid?"

"Toa mesjidnya kak, yang gue telen, ehehee. " sahut Ify bercanda.

Sementara itu..
Cakka baru saja memastikan kerapian penampilannya. Ia segera menuruti titah Ify untuk membuka pintu. Sambil bersiul-siul, Cakka menuruni anak tangga satu persatu.

"Suka..aku suka padamu~"

Dan kembali, ia menyenandungkan lagu kesukaanya tersebut saat ini membuka pintu. Sebenernya ia sudah dapat memastikan, bahwa tamu ini adalah orang yang sedang ia tunggu-tunggu.

Cklek..
Cakka membuka pintunya sambil tetap bersenandung, guna menghilangkan rasa gugupnya. "Suka..ak-ku su-ka ka-au..~"
Senandung Cakka berubah menjadi kalimat patah-patah yang diucapkannya tanpa nada. Ia kembali terpesona mendapati sesosok gadis manis yang terlihat cantik meski dengan dandanan seadanya. Mini dress simple berwarna kalem, dengan flat shoes senada telah Agni kenakan saat ini.
Jujur, Agni jadi risih sendiri melihat Cakka yang menatapnya dengan sedemikan berlebihan-dimatanya.

"Elo cantik banget, Ag! Gue bener-bener jatuh cinta sama lo, lo mau nggak jadi cewek gue?" tembak Cakka langsung, masih dalam kondisi di bawah alam sadarnya.

"Hahh?! Maksud kakak?!" tanya Agni agak keras. Ia shock, dan ingin memastikan pendengarannya tidak salah.

Cakka tersadar, kemudian menggaruk-garuk tengkuknya. "Emm maksud apa?"

"Maksud ucapan sebelum kakak bener-bener sadar." ucap Agni melemah. Sepertinya ia kecewa saat menyadari Cakka mengucapkan kalimat lancar tersebut dibawah alam sadarnya.

"Hahh! Err emang gue, gue tadi ngomong apaan, Ag?"

Agni menggeleng lesu, moodnya mendadak hilang. Ia pun berniat meninggalkan kediaman Cakka tanpa dinner, sekarang juga.

"Emm lupain aja deh. Gue balik kak, kayaknya gue mendadak badmood." Agni berbalik tanpa mendengarkan jawaban dari Cakka, hatinya benar-benar sedih karena semua tidak seperti yang ia harapkan.

"Tunggu, Ag! Aku..ak-ak-ku," Cakka terdiam saat Agni menghentikan langkahnya tanpa berbalik. "Aku emang suka sama kamu! Aku serius!" lanjutnya berteriak, membuat Agni terdiam di tempat dengan perasaan tak menentu.
Cakka sadar apa nggak? Ini beneran apa bo'ong?

Perlahan tapi pasti, Cakka menyusul Agni dan memutar balik tubuh gadis tersebut untuk menatapnya. "Aku beneran suka sama kamu! Kamu mau jadi pacar aku?" aku Cakka tegas. Ia meminta kesediaan Agni untuk menjadi kekasihnya dengan sungguh-sungguh.

Tak tahu harus berkata apa, Agni hanya mengangguk sambil tersenyum malu. Cakka benar-benar bahagia dan segera merengkuh gadis tersebut kedalam dekapannya.

Prok..prok..
Suara tepuk tangan tiba-tiba saja terdengar oleh telingan mereka. Sumbernya, darimana lagi kalau bukan Ify dan Rio. Mereka memang sengaja mengintili Cakka, saat pemuda tersebut hendak membukakan pintu untuk Agni. Keduanya pun langsung memasang kuping baik-baik saat Cakka dan Agni memulai pembicaraan.
Cakka melepaskan Agni dari dekapannya dan menatap Ify serta Rio yang merusak moment romantisnya bersama Agni. Yang di tatap hanya memasang cengiran tak berdosa.

"Yahh, jadi juga lo, bro! Batal deh dinnernya.." ujar Rio pura-pura mengeluh.

"Yeyyyy! Nggak jadi deh jadi pelayannya, asikkk.." seru Ify senang, karena ia tak jadi melayani kakaknya yang semula direncanakan untuk melancarkan aksi penembakannya.

"Enak aja! Karena elo-elo udah ganggu acara peluk-pelukan gue sama Agni, elo berdua kudu mesti wajib ngelayanin kita di dinner kita yang pertama ini!" seru Cakka sambil merangkul Agni. "Nggak ada yang ngebantah! Atau izin pacaran kalian berdua gue cabut.." sambungnya mengancam. Kemudian, bersama Agni yang menahan tawa, ia memasuki rumah menuju ruang makan terlebih dahulu.

"Yah..kakak..."

----

Finish!
Huhhh, bahagia sekali rasanya karena saya bisa menyelesaikan cerpen ini. Yah meskipun harus memakan waktu dua hari-_-
Gimana? Seru nggak? Ngefeel nggak?
Gue bingung! Ini pertama kalinya gue bikin short story of CaGni (atau lebih tepatnya, short story about couple selain RiFy!). Dan jujur, sulitttt banget ngedapetin feelnya. Spesial nih, buat "RESTI" si sarap yang suka CaGni. Maaf kalau alurnya nggak sesuai harapan elo ya, rap-_-
Gue galau soalnya, temsek lo nggak ada kabar. Gue kangen banget tau nggak?!!!!

Anyway, itu endingnya kok garing banget sih-_- ini lagi judulnya nggak banget ahahahaa
Okehhh, saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari kalian yang sudah membaca yaaaa...

Hemm soal yang nanyain WL, diusahain cepet..cepet-cepet tamat maksudnya._.v
Buat yang minta cerpen RiFy, harap ditunggu aja yaaa ehehehee

Ow..ow.. Gue orangnya nggak pernah bosen loh buat say thanks to all readers, likers, komentator, dan semua-muanya! Ahahahaa

Song title : Suka Padamu
Artist : Bastian

Seeyaaa

Nia 'nistev' stevania_

0 komentar:

Posting Komentar