A homepage subtitle here And an awesome description here!

Sabtu, 27 Agustus 2016

[ONE SHOOT] Tunggu Aku Mengkhitbatmu

[...Agustus 2016]



Aku bukan wanita solehah.
Shalatku mungkin belum sempurna meski sudah 5 waktu. Ibu menyuruh masih suka minta menunggu. Ayah tegur masih terbiasa merengut.
Aku belum sesempurna itu.
Itulah mengapa aku membutuhkan sosok pria yang matang, bukan hanya soal usia, tapi juga agama dan pemikiran. Aku ingin dunia-akhiratku terjamin. Bukan sekedar hidup merdeka di dunia yang fana.

Katakanlah aku munafik.
Di usiaku yang baru menginjak 18 tahun, aku berikrar tidak akan pacaran kecuali langsung menikah.
Teman-teman meyangsikan hatiku, yang katanya mustahil tidak tersentuh pria-pria tampan di kampusku.
Yah, beberapa pria di lampusku terlihat menarik, ada juga yang terang-terangan mendekati tapi tidak ada satupun yang berani mendatangi orang tuaku...

"Lo nggak mau pacaran, tapi mau nikah muda...." Ambar menatapku sangsi, "Please deh, Na.. Lo yakin bisa hidup bahagia setelah menikah dengan cowok yang lo nggak tau seluk beluknya?"

Aku mendecak malas. Ambar memang senang sekali mengulang pernyataan ini, disetiap kali aku menolak untuk dicomblangkan dengan teman-teman prianya. "Emang kalau udah pacaran, lo bisa jamin tau luar dalam si 'dia' dari A sampe Z?"

Ambar terlihat menutup novelnya. Sepertinya dia akan serius membahas hal ini hingga beberapa jam kemudian. Hhhh....
"At least lo tau hal-hal dasar tentang dia. Setelah lo pacaran sama dia, lo bisa tau kebiasaan dia, kesukaan dia, keburukan dia, ke---"

"---bukannya banyak yang bilang, aslinya seseorang justru baru keliatan setelah menikah." potongku cepat.

Yes! Ambar kehabisan kata.
Aku tidak paham, kenapa setiap orang yang ku beritahukan angan-anganku untuk menikah muda selalu bereaksi seperti menentang niat (baik) itu.
Daripada pacaran? keluyuran berdua, foto mesra diumbar, nggak malu peluk-cium di depan orang. Maksiat yang tak dianggap maksiat....
Itu sih yang sering ku lihat di tv.

Ada yang mengistilahkan "pacaran sehat" & "pacaran islami". Yang tidak disertai peluk-cium sembarangan, atau pegang-pegang sesukanya. Lha, kalau tetap saja berduaan apa bedanya? Kan guru agama sudah pernah mengatakan, "berduaan itu nggak boleh, bahaya kalau ada setan...tau-tau jadi zina."
Kebanyakan orang berpikir zina itu pasti m**ing love, padahal guru agama juga sudah pernah berkata bahwa zina itu terbagi dua, zina kecil & zina besar. Zina kecil termasuk diantaranya, zina mata, zina lisan, zina tangan, zina telinga. Yang mana semuanya menghiasi aktifitas pacaran.

Hmm...maaf aku jadi seperti ustadzah. Tapi, please deh, kenapa mereka harus sibuk dengan niat baik untuk masa depanku sih?

***

"Namanya niat baik, emang nggak selalu berjalan mulus, Na...." Mama yang sedang sibuk menyayur di dapur menyahuti ceritaku. "Kamu liat infotaiment tempo hari nggak? Tentang anaknya Ustadz Arifin Ilham itu lho..." tanya Mama mengingatkan pada berita tentang nikah mudanya anak seorang Ustadz kondang, yang dua hari belakangan ini menjadi topik utama acara infotaiment.

Aku mengangguk, "iya...yang jadi pro-kontra itu kan?"

Mama membawa baki berisi teh dan biskuit khas santai sore keluarga kami ke meja makan tempatku duduk. "Dia nikah muda dikatain. Ceweknya MBA lah, mesumlah..."

"Kasian yah, Mah... Padahal niatnya baik."

"Itu lah, coba kalau dia pacaran, pasti orang juga bakal nyinyirin dia, kayak; Anak Ustadz kok pacaran... Ya gitu, semua tergantung gimana orang menilai. Nggak semua hal yang baik dimata kita, bisa dinilai sama, sama mereka."

Aku mengangguk paham. Hidupku, pilihanku, tanggung jawabku. Mereka yang nyinyir tidak akan menjadi pemeran penggantiku juga kan, kalau aku jatuh?

"Kamu ngomongin ini, emang udah ada yang mau dateng?" godaan mamah membuyarkan pikiranku.

"Yaelah, Mah... Yang ngedeketin cupu semua... Kebaca deh cuma pengen main-main. Dikodein buat serius pada mundur teratur. Bye aja deh buat mereka semua..."

Mama mengelus rambutku seperti biasa. Iya, Mama memang senang sekali mengelus lembut rambutku disaat sedang menasehati atau berbicara dari hati ke hati. Itulah yang membuatku tidak pernah merasa kalau Mama sedang memarahiku. Karena Mama tidak pernah berkata kasar atau menggunakan emosi disaat sedang memberikan pengertian kepada anaknya.

"Untuk dapetin laki-laki yang baik emang nggak mudah. Sama kayak wanita yang baik. Didapetinnya butuh usaha."

Tiba-tiba bayangan wajah Naufal terlintas dibenakku. Cowok pendiam yang hampir tidak terlihat bagaimana lingkup pergaulannya itu gosipnya memang sangat alim.

Tidak pernah kurang ajar menggoda cewek-cewek cantik di Kampus. Lebih memilih untuk langsung pulang ke rumah daripada nongkrong-nongkrong di cafe. Dan, menurut anak-anak yang pernah satu kelompok tugas bersamanga, dia adalah sosok yang sangat serius dan fokus. Saatnya mengerjakan tugas, tidak akan ada yang namanya nyambi--sambil nonton, sambil makan, sambil nongkrong.

"Hayooo mikirin siapa? Udah ada nih pasti.... Kok nggak jujur aja hmm..." goda Mama lagi.

Aku hanya bisa tersipu. Mengingat pikiranku yang tanpa sadar membayangkan sosok Naufal. "Emm sebenernya Naura nggak yakin suka sama dia sih, Mah... Tapi, dia emang cowok paling beda di kampus. Nggak macem-macem." ucapku terus terang.

Mama mengangguk. Jelas beliau paham maksud dari 'nggak macem-macem' ku....

"Tapi dia cuek banget lho, Mah... Naura aja nggak yakin dia kenal sama Naura, padahal kami satu jurusan." Lanjutku kemudian.

"Tau nggak, Na? Jodoh itu emang di tangan Allah, tapi bukan berarti nggak bisa diusahakan."

"Maksudnya?" Aku merespon dengan antusias. Berarti aku bisa milih dong? Calum mungkin...hihi

"Ya, usahanya bisa dimulai dengan memperbaiki diri kamu sendiri, terus minta dia sama yang punya dia..."

Aku mengernyit bingung, "...yang punya dia?"

"Allah. Allah Yang Maha memberi. Allah Yang Maha membolak-balikkan hati hamba-Nya. Karena Allah yang punya dia, jadi Allahlah yang berkuasa atas dia."

"Pasti dikabulin? Kalau aku mintanya Calum?" Sahutku setengah bercanda. Ya, kali aja emang bisa hahaha...

Mama menggeleng gemas. "Hustt kamu ini... Yang logis dong mintanya. Kalau Allah nggak ngabulin, mungkin karena bukan dia yang terbaik. Tapi, kalau kamu baik dan dia baik insya' Allah kalau Allah berkehendak pasti ada jalan."

***

Aku meniup-niup ujung jilbabku yang masih belum juga meruncinh rapi meski sudah berulang kali ku benarkan. Pasti karena lupa disetrika.
Disebelahku Ambar sibuk bercerita tentang seorang mahasiswa yang katanya ganteng, dan katanya lagi sempat meminta id LINEku beberapa hari yang lalu.
Iya, aku tahu siapa yang dia maksud.
Rico, playboy (sok) ganteng yang entah kenapa bisa menjadi salah satu pria paling diincar di kampusku.
Beberapa hari yang lalu laki-laki itu memang sempat mengadd LINEku, kemudian lanjut chatting dengan pertanyaan-pertanyaan tak penting yang hanya ku jawab seperlunya. Apa yang dia tanya, itulah yang ku jawab. Tanpa balik bertanya.
Tipikal laki-laki yang dengan cepat membuatku ilfeel. Basi-basi untuk hal yang tak perlu.
Berkenalan dengan pertanyaan-pertanyaan dasar untuk membuka percakapan. Padahal, aku bahkan sudah tahu kalau dia sudah menanyakan semua itu kepada Ambar.

"Lo ngeblokir dia yah? Katanya tiba-tiba aja kontak lo ilang..."

Aku sekedar nyengir garing kepada Ambar. Agak tak enak hati sebenarnya. Biar menyebalkan begini, Ambar tetaplah sahabat terbaikku. Meskipun kami punya banyak perbedaan, sering berselisih pendapat, tapi setiap pertengkaran yang ada tidak pernah berakhir dengan kata 'maaf'.
Meskipun itu formalitas tapi kami tidak membutuhkannya. Kami bisa berbaikan hanya dengan sekedar, 'tiba-tiba bersikap sok akrab,' ala kami.

"Mbar, lo kan udah cerita sama gue kalau dia mau kenalanlah, nanyain soal gue ini-itu lah, eh tiba-tiba dia ngechat isinya garing gitu ya gue males..." jawabku terus terang.

"Tapi, Na... Senggaknya jangan langsung main blokir dong, kan kasian, lagian gue jadi nggak enak sama dia."

"Sorry deh, Mbar.. Abis dia tuh kayak nggak paham gitu, lo kan tau, tindakan gue selalu menunjukkan apa yang gue maksud, tapi dia tuh polos atau bego sih? Masa udah gue kacangin chatnya masih berisik juga, ngechat mulu..." gerutuku sebal.

Aku memang kesal kepada Rico. Pertanyaaan basi, mengirimi pesan tak ingat waktu. Mengganggu.

"Astaghfirullah, Na... Lo ngatain orang bego..."

***

Waktu berlalu dengan cepat. Tidak terasa usia 19 semakin nampak didepan mata. Mama berulang kali menanyakan hal yang sama, "ulang tahun kali ini mau dirayain atau nggak?"

Hm, tiba-tiba aku terpikir untuk membuat acara yang sedikit berbeda dari tahun-tahun biasanya. Kumpul bersama anak yatim mungkin? Kalau begitu aku bisa meminta bantuan Naufal untuk mencarikan panti asuhan yang bisa ku ajak berbagi.

"Naufal udah nggak pernah ngajarin kamu lagi, Na?" tanya Mama tiba-tiba.
Aku mengangguk lambat. Sebenarnya aku juga tidak begitu yakin.

Oh iya, mungkin kalian bingung, bagaimana bisa tiba-tiba Naufal-yang-ku-bilang-mungkin-tidak-mengenalku itu ternyata cukup tahu tentangku?

Jadi, beberapa bulan lalu, dia yang juga merupakan asisten dosen diminta untuk menjadi tutor untuk salah sati mata kuliahku yang tidak memenuhi standart kelulusan.
Awalnya ku pikir dia akan menolak, tapi nyatanya, dia setuju tanpa pikir panjang.
Aku kira waktu akan berjalan membosankan--mengingat sosoknya yang cenderung kaku, tapi nyatanya dia termasuk pria yang menyenangkan. Dia mengajarkan dengan cara kekinian yang membuatku cepat paham.
Tapi, entah kenapa...seminggu terakhir ini dia memang tidak pernah datang ke rumah lagi. Di kampus pun ia terkesan menghindari segala kontak (bahkan kontak mata sekalipun) denganku. Untungnya nilai mata kuliahku mulai stabil, jadi ketidak hadirannya tidak menjadi masalah.
Tapi tetap saja jadi pertanyaan.

"Nggak tau deh, Mah... Tiba-tiba aja dia ngindarin Naura..."

"Kamu ada salah kali sama dia... Atau bikin dia kesel?"

Aku mengingat-ngingat moment terakhir kami bersama. Tidak ada hal penting terjadi. Masih sama seperti biasa. Hanya saja, dia terlihat bergegas menyelesaikan tugasnya, dan pamit tanpa mengobrol santai seperti biasa.

Aku menggeleng, "hm, nggak ada deh, Mah... Mungkin dia lagi ada masalah."

"Minta maaf duluan nggak ada salahnya lho, Na..." ujar Mama sebelum berlalu ke kamar.

Aku paham maksud Mama. Mungkin saja aku membuat kesalahan tanpa sadar? Atau aku salah tapi gengsi mengakuinya di depan Mama, itulah alasan ucapan beliau barusan.

***

Aku memasukan buku-bukuku dengan asal, dan buru-buru keluar. Ku acuhkan teriakan Ambar, karena saat ini yang ingin ku lakukan adalah mengejar Naufal.

"Fal!"

Naufal terlihat menghentikan langkahnya tanpa menoleh.
Dengan ragu aku melanjukan kalimatku, "Bisa kita bicara sebentar?" pintaku lamat-lamat.

Naufal mengisyaratkanku untuk mengikutinya yang mendahuluiku. Tanpa banyak tanya aku mengekor dibelakangnya.
Dan disinilah kami, kantin kampus yang cukup ramai dengan keributan khas anak-anak remaja yang sibuk bercengkrama.

"Fal, gue ada salah sama lo?" tanyaku terang-terangan. Aku memang tidak bisa berbasa-basi.

Naufal menggeleng dalam tunduknya, "nggak ada."

Kepala terus menunduk, menatapku pun enggan. Begitu bilang tidak ada masalah?

"Lo nggak lagi ngajarin gue, lo ngehindarin gue, lo sadar? Lo bikin gue bingung. Pengen minta maaf tapi gue yakin nggak ada salah. Tapi ngeliat tingkah lo yang begini, lo justru bikin gue merasa bersalah."

Naufal tetap menunduk dan terdiam cukup lama sebelum akhirnya berbicara. "Sorry, lo nggak salah. Cuma gue yang lagi bermasalah." ujarnya tetap dengan posisi kepala menunduk.

Aku mendesah pasrah. Yah, memang dia yang bermasalah. Dan mungkin, dia tipikal orang yang suka melibatkan orang lain dalam masalahnya

"Maaf, Na... Tapi lo nggak perlu ngerasa bersalah, karena emang lo nggak ada salah." ucapnya kemudian, dan segera berlalu.

***

"Gila! Dia ninggalin lo gitu aja? Bahkan tanpa natap mata lo?" Ambar menggeleng seolah tak percaya. "Freak! Sok banget sih tu orang!" makinya kemudian.

"Ihhh nggak boleh gitu, Mbar... Kan dia udah bilang, dia yang lagi ada masalah."

Ambar menatapku sinis. Bukan sinis dalam artian sebenernya. Hanya seperti mengejek.

"Lo naksir sama dia kan makanya belain dia... Jangan-jangan kalau dia nembak lo, lo bakal langsung ngehapus janji lo yang-pengen-langsung-nikah-tanpa-pacaran itu lagi..."

Aku menyikutnya pelan. "Sembarangan! Nggak bakal lah..." sahutku tak terima.

"Terus, lo mau ngapain kalau udah gini? Lo kan naksir sama dia..." godanya, lagi-lagi setengah mengejek. "Ga usah ngelak ya..karena lo tau, gue kenal lo banget."

Aku menerawang, "ikutin saran nyokap gue kali ya, Mbar... Minta dia sama yang punya dia."

***

Ambar mondar-mandir tak jelas di depanku. Beberapa kali iya nampak menggeleng sambil menggumam.

"Beneran freak tuh orang! Sekarang tau-tau pindah, maunya apasih?!"

Orang yang dimaksud Ambar disini adalah Naufal. Seminggu setelah obrolan terakhir kami di kantin, beredar kabar kalau dia pindah keluar kota. Entah apa alasannya.
Awalnya ku pikir hanya rumor, tapi dua hari setelah issue itu beredar, dia tetap tidak menampakkan batang hidungnya.

Aku menyesap latte ku yang mulai menghangat. "Mungkin dia ada masalah keluarga kaliya, sampe pindah gitu..." pikirku menerawang.

Ambar ikut meminum es jeruk miliknya. "Taulah! Beneran nggak jelas ya tu orang. Udah bikin anak orang naksir malah kabur." ujarnya setengah meledekku. "Bukannya lo udah doa buat minta dia sama Allah, tapi kok dia malah kabur..." ledeknya lagi.

Hmmm... Mungkin benar kata Mama, kalau Allah tidak mengabulkan, mungkin karena bukan dia yang terbaik.

"Jadi orang tuh jangan su'udzhon, Mbar... Apalagi sama Allah... Mungkin bukan dia yang terbaik makanya langsung sekalian dijauhin aja sama Allah." jawabku tak yakin. Kalau yang kayak dia aja bukan yang terbaik, yang baiknya bagaimana ya? Hm...

"Hei, Naura kan?"

Seorang gadis cantik dengan jilbab abu-abu tiba-tiba saja menyapaku. Sepertinya dia bukan salah satu mahasiswa di kampusku, karena aku sama sekali belum pernah melihatnya.

"Iya, kenapa?"

Gadis itu nampak sibuk merogoh tasnya sebelum menjawab pertanyaanku. "Ini buat kamu..." ia menyodorkan selembar amplop tanpa nama kepadaku. "Itu dari Naufal, lo kenal kan?"

Aku yang sedang membolak-balikan amplop pemberiannya sedikit terkejut tapi tetap mengangguk pelan.

"Aku adiknya. Sebelum balik ke kota asal orang tua kami, dia sempet nitipin itu ke aku. Katanya buat kamu, tapi karena aku sibuk baru sempet ngasih sekarang. Sorry ya..."

Aku yang masih sedikit bingung hanya mengangguk. Disebelahku, Ambar juga memasang tampang bingungnya sambil menatapku.

"Yaudah, aku pamit dulu ya. Permisi...."

Gadis itu berlalu setelah sempat mengulas senyum.
Dengan deg-degan, aku menatap surat di tanganku.
Ambar menatapku ingin tahu, berharap aku membukanya sekarang juga. Tapu sepertinya, aku akan membaca ini di rumah saja.

"Jangan kepo lo! Gue mau baca di rumah aja." aku meledek Ambar yang masih nampak penasaran bercampur kesal.

***

Seperti ingin meneteskan air mata, tapi juga tertawa.
Aku bahagia tapi juga sedih diwaktu yang bersamaan.
Genggaman tanganku yang berisi lembar surat dari Naufal semakin kuat.
Surat itu ku baca berulang kali untuk memastikan, bahwa ini bukan sekedar halusinasi.
Kalau memang itu pilihannya, mungkin aku akan berusaha melakukan hal yang sama untuknya.


Dear Naura...

Awalnya gue pikir, ngiyain permintaan Pak Bambang adalah hal yang bener.
Gue kira, berteman baik sama lo bakal berjalan sama kayak yang lainnya.
Tapi ternyata gue salah....

Lo bisa bikin gue gelisah dan bingung mau ngapain.
Lo sukses bikin gue bahagia dan sedih dalam satu waktu.

Gue tau, cinta itu anugerah. Tapi cinta juga bisa jadi musibah kalau disalurkan dengan hal yang salah.

Daya tarik lo begitu kuat...

Gue gamau menjadi dosa buat lo....
Karena ternyata, gue jatuh hati sama lo...

Suka sama lo bikin gue tanpa sadar jadi suka diem-diem cari tau tentang lo.
Termasuk prinsip lo (yang harus gue akuin) membuat gue kagum dan sadar diwaktu bersamaan.
Kalau perasaan biasa ini sudah berubah menjadi cinta, bukankah dosa kalau gue menatap lo penuh hasrat ingin memiliki?
Apa masih nggak masalah kalau kita berteman akrab seperti biasa?

Gue tau, lo butuh sosok yang matang untuk segala hal.
Jaminan untuk kebahagiaan dunia lo, dan akhirat lo.
Itu syarat wajib yang lo harapkan dari calon suami lo nanti kan?

Gue nggak mau terlalu berharap, tapi entah kenapa gue menjadi yakin.
Untuk berusaha, biar bisa menjadi sosok idaman pendamping lo kelak.
Bukan cuma menjamin kebahagiaan lo di dunia, tapi juga diakhirat.
Bukan cuma bersama untuk sementara, tapi selamanya... Di surga-Nya..

Tunggu aku,

...mengkhitbatmu...

Naura....

P/s : maafkan gue yang nggak bisa berbasa-basi. Tapi semoga ini bisa menjadi jawaban untuk semua keanehan sikap gue selama ini.

Salam,

Naufal...

•••••

Kembali hadir setelah kurang lebih 1 tahun vakum dari dunia menulis. Entah ada perkembangan atau nggak tapi emang ya, mulai nulis lagi tuh susah bgt! >,<
Sekalipun isi kepala udah penuh dengan segala macam ide, tetep aja kalau tangan dan kreatifitas (?) menciptakan kalimatnya nggak sinkron ya ga bakal jadi.
Dan ini, adalah satu-satunya (dari beberapa tulisan) yang bisa gue selesaikan dalam satu waktu. Sisanya mandek tengah jalan semua-_-
Btw, ini baru sekali edit tanpa dire-read ulang jadi kurang yakin sama hasil keseluruhannya HAHA-__-
Dan soal judul, ya ini inspirasinya dari foto cewek yang gue temukan (di google kalau ga salah HAHA) dengan pose megang kertas "Ku tunggu khitbatmu..." Dan yaaaaa jadi begitulah hehe

Bagi yang membaca, sangat boleh banget kalau mau meninggalkan kritik & sarannya di kolom komentar/socmed lainnya yang aku punya^^

Maaf, untuk kali ini, inspirasi menulis gue berasal dari sebuah foto bukan karena ngebayangin RiFy jadi ya maincastnya bukan mereka deh hehe....


Lovemuch!


Niyarsyd! Xoxo



Selasa, 02 Agustus 2016

#Randomtalk : Ngefans Sama Ify-Yang-Ga-Begitu-Hits

Disaat gue mengagumi (atau bahasa jaman sekarangnya tuh, ngefans....) seorang public figur, itu bukan soal seberapa cantik atau seberapa tenar dia.
Tapi, seberapa besar pengaruh positifnya dia buat gue. Bagaimana dia menghandle hidupnya, karena kalau dia bisa menghandle hidupnya dengan baik, jelas dia bisa dijadikan role model yang sebenarnya...

Kalau orang nyebut seorang public figur munafik, hanya karena kehidupan dia di kamera & nyata berbeda, gue justru berpikir sebaliknya...
Itu artinya, dia bisa membedakan mana kehidupannya yg pantas jadi konsumsi public---which is mean mana yang bisa dijadikan contoh dan mana yang ya cukup dia & orang sekitarnya yang tau.
Sekali lagi, bukan karena munafik. Tapi karena memang seharusnya seorang public figur yang sudah pasti jadi panutan banyak orang, bisa memilah mana privasi mana bukan, mana yg halal dipertontonkan dan mana yg tidak.

Ify, ya okay banyak yang bilang dia kurang hits. Dia ga populer, cuma karena menurut mereka (yang berkata demikian) popularitas Ify dibanding artis lainnya kalah jauh. Hihi....agak menggelikan...
Kalau dibandingkan sama Nikita Willy, popularitas Ify sebagai aktris jelas kalah jauh. Nikita Willy ga cuma punya nama besar tapi kualitas akting yang bagus. Perbandingan yang wajar.....
Sama Raisa? Ify punya kualitas vokal yang bagus, jam terbang lumayan tapi tetep lah jelas kalah jauh kalau dibandingkan Raisa yang sudah sering tour keliling kota, manggung diluar negri sampe punya konser sendiri. Perbandingan yang juga wajar....
Tapi, sebagai seniman berusia 19 tahun--yang tergolong muda, sepak terjang Ify cukup luar biasa--bagi gue yang mendekati (sedikit apa yang Ify raih) aja nggak.
Okay, gue mau nyombongin prestasi Ify dikit ya HAHA

  •  Bernyanyi 4 Kali di depan Presiden RI.

  •  Menjadi penyanyi termuda genre world music di Java Jazz tahun 2011.

  •  Bernyanyi bersama saxophonist Jepang, Sadao Watanabe di tahun 2006.

  •  Kolabroasi bersama musisi-musisi besar Indonesia seperti Dwiki Dharmawan, Raisa, Andien, Tompi, Abdul & The Coffee Theory, HiVi dan lain-lain.

  • Bersama Blink sendiri, Ify juga berkesempatan untuk berkolaborasi/bekerja sama dengan Melly Goeslaw, Pongki Barata dan Purwacaraka.

  •  Berkontribusi untuk menciptakan lagu dalam film perdananya bersama Blink, Heartbeat.

  •  Menjadi fashion influencer, yang berkesempatan menjadi speaker untuk acara talkshow yang diadakan salah satu situs online shop di Indonesia, shopee.

  •  Sebagai pencipta lagu, selain lagunya menjadi salah satu soundtrack dalam film Heartbeat, Ify sendiri pernah menciptakan beberapa lagu yang juga menjadi soundtrack dan single dalam sinetron serta album Blink.


Itu sebagian di antara prestasi luar biasa (menurut gue) yang Ify raih.
Mungkin dengan semua itu nggak serta merta membuat nama Ify melambung, punya fans super banyak, dan followers instagram yang sampe M-M-an HAHA
Tapi, itu sudah cukup jadi alasan buat gue mengagumi dia.
Setiap orang tanya, "apasih alasan kamu suka sama Ify? Kan banyak yang lebih dari Ify. Bla bla..." gue selalu ngasih jawaban yang berbeda. Kenapa? Itu karena ternyata terlalu banyak alasan untuk mengagumi dia.
Yah, di Idola Cilk lalu Ify cuma sampai tahap 12 besar. Tapi kualitas membuktikan, dengan keterlibatannya sebagai salah satu personel SIB, ICIL DIVA, dan ICIL Choir sekaligus.
Selepas Idola Cilikpun Ify termasuk aktif mengisi panggung musik, termasuk diantaranya panggung Java Jazz....
Btw, (sampai hari ini) Ify satu-satunya alumni Idola Cilik yang diberikan kepercayaan menjadi juri tamu dalam ajang tersebut belum lama ini. Hehe alhamdulillah...

Iya, Ify ga sehits itu. Tapi gue cukup bangga dengan sikapnya yang rendah hati padahal dia berasal dari keluarga berada dan berprestasi. Gaya hidupnya ga hedonis dan terkontrol. Dan nggak pernah panas menanggapi cibiran orang tentang dia....
Dan gue bangga jadi IFC.
Meskipun ada yang bilang kita alay, rempong, lebay....at least kita semua jujur nggak bermuka dua HAHA #apasih

Yampun gue terlalu banyak menulis haha... jadi intinya isi postingan blog gue ini hanyalah ungkapan tentang kekaguman gue sama sosok Ify, gadis penuh talenta-yang-ga-begitu-hits ini...
:p

Much love!


Minggu, 13 Maret 2016

#Kem8alilahIFC



Waw!
Suatu pencapaian yang luar biasa. Karena tanpa terasa (emm menurut gue sih) 8 tahun sudah berjalan.
Tahun pertama, kedua dan ketiga, mungkin gue masih ngerasa biasa aja. Gue masih belum pinter merangkai kata-kata (ya bukan berarti sekarang udah jago juga sih), gue masih belum bisa mengerti makna suatu kebersamaan dalam komunitas.
Bahkan di tahun ke 4 IFC rasa-rasanya gue nggak se-excited tahun 5, 6, 7 dan alhamdulillah sekarang sampai di usia ke 8 :)
Dan di tahun ke 5 itulah, gue mulai bisa (asek) menyadari kebersamaan & kekeluargaan yang gue dapatkan di komunitas ini. Agak telat emang yaa haha

Di tahun ke 8 ini mungkin bisa gue bilang nggak serame biasanya. Bisa dibayangin nggak? Tahun pertama IFC, Ify nggak cuma punya penggemar yang seusia sama dia, tapi juga kita-kita (gue dan beberapa IFC lainnya) yang umurnya setahun, dan beberapa tahun diatasnya. Jadi bisa disimpulkan sendiri dong, semakin bertambah umur IFC, penghuninya pun ikut matang, tingkat pendidikan dan status hidupnya (kalimat macam apa ini-_-) pun semakin memiliki kesibukan yang makin banyak.
Kayak di moment #Kem8alilahIFC kali ini yang dihiasi dengan UTS, dan kesibukan kuliah lainnya...

Alhamdulillah, gue rasa Ify sangat amat memaklumi itu semua.

Duh, kok tiba-tiba gue jadi lupa mau nyampein apasih? Hm, dalam postingan gue kali ini mungkin gue bakal sedikit lebay. Atau bisa jadi malah sangat lebay.
Gue benar-benar merasa beruntung bisa ada di komunitas ini.
Gue seneng bisa mengenal kalian, terlebih lagi Ify. Sejauh ini, IFC adalah komunitas kedua (setelah RFM) yang mampu membuat gue tetap diam nggak kemana-mana HAHA.
Dan komunitas pertama, yang gue huni sampe 8 tahun (terlama!)...

Ify yang nggak pernah gue temuin secara nyata bagaimana wujudnya, dengerin secara langsung suaranya seperti punya 'magic' tersendiri buat gue. Seperti benar-benar nggak ada alasan buat gue pergi.
Tapi untuk tetap disini? Banyak hal yang gue dapat dan nggak bisa dengan mudah gue lepaskan. (Okay mulai lebay)

Gue nggak pernah berjanji bakal terus menjadi IFC, Ify pun nggak pernah menjanjikan yang muluk-muluk untuk kami. Semua benar-benar mengalir apa adanya.

Dari awal ‘ mengenal’ Ify, memahami karakter Ify, gue nggak pernah merasa nggak nyaman bahkan sama kecuekannya (yang menurut para orang-orang berpengalaman HAHA) yang luar biasa.
Dari Ify yang welcome dengan RFM, risih luar biasa sampai akhirnya menerima dan menyikapi dengan dewasa bagaimana para (sebagian) IFC yang masih keukeuh menunjukkan ke-RFM-annya...HAHA

Dewasanya Ify bukan sekedar kata-kata, tapi ditunjukkan dalam bentuk nyata. Bahkan hanya sepenggal kalimat berupa, "terus berkarya..." untuk jawaban atas pertanyaan, "dear RFM..." di ask.fm aja bisa bikin semangat nulis gue balik lagi.
Ya meskipun, mes-ki-pun gue masih belum benar-benar hadir dengan postingan berupa cerpen/fanfiction baru lagi sih hehe

Kayaknya gue nggak pernah bosan untuk bilang kalau...Ify tuh emang bener-bener selalu punya cara untuk menyenangkan hati orang-orang disekitarnya. Dia seperti punya radar untuk menenangkan emosi kita disaat naik.

Di usia kita yang ke 8 ini, gue sih nggak muluk-muluk cuma berharap kita bisa semakin dewasa aja.

Klise emang, tapi nggak mudahkan? Masih banyak yang belumkan? Bahkam gue sekalipun.

Kalau kita dewasa
, kita bakal bisa lebih bijak mengatasi semuanya. Terutama hal-hal sepele yang kadang masih bisa membuat kita terpancing untuk terjerumus ke dalam fanwar.

Kalau kita dewasa,
kita bakal lebih pinter menghandle situasi apapun. Seperti menjadi penengah temen-temen yang...kepancing emosinya mungkin?

Pokoknya, kedewasaan itu bakal membuat kita menjadi lebih baik lagi haha (gaje ya-_-)
Dan hal itulah yang gue juga sedang coba raih...dan semoga kita semua benar-benar bisa menjadi dewasa seiring berjalannya waktu...

Okaylah teman-teman ku tersayang (gue serius bilang kalau gue kayaknya sayang banget sama kalian, yang ada di komunitas ini HAHA) selamat 8 tahunan!
Buat yang belum gue kenal dan membaca postingan ini, SALAM KENAL BUAT KALIAN YAAAA!!! Buat yang masih berpikir gue...sombong? Please, gue nggak sombong kok HAHA #marikenalan

Salam cinta dan sayang IFC!

#Kem8alilahIFC

Minggu, 21 Februari 2016

Cerita Tentang Ify #5 [Kembalinya Ify & Via ke panggung Idola Cilik (5), RFM Random Lagi, Jadwal & Project Blink)

(20/02) Mygod! Hari ini super duper excited parah! Sebenernya sih bukan cuma dari hari ini, tapi dari dua hari sebelumnya. Eh, dua hari apa sehari sih? Yah, intinya ditanggal 18/02 sore, gue dapet info kalau Blink bakal tampil di Idola Cilik 5! Dan ditambah dengan Ify yang berkesempatan menjadi juri tamu disana. So proud of you, Teh!

Dari sore (18/02), kita (RFM? IFC? ICL) udah heboh ngetwitt karena terlalu seneng denger kabar kalau Ify dan Via kembali ke panggung IC. Saking senengnya, tanpa kita rencanakan, terjadi dengan sendirinya, "Blink" nyantol di TTI.




Setelah Idola Cilik sempat vakum lama, disambung dengan IC 2013 tapi mereka sekalipun nggak pernah diundang kesana. Kemudian di tahun 2016 ini, RCTI kembali menyelenggarakan Idola Cilik, dannnn untuk pertama kalinya Blink diundang lagi ke RCTI setelah sekian lama--seinget gue, Blink terakhir kali ada di RCTI waktu masih jaman lagu, "Sendiri Lagi" dan membernya masih komplit, berlima.







Dan ntah kenapa, di hari itu gue inget sama omongannya Kak Winda yang nyampein salam dari fanbase Chelgas ke Bagas.
Wah, boleh kali RFM titip salam ke Ify lewat Kak Winda juga, hihihi...
Dan jadilah, kita (RFM) ngetweet dengan HT buatan Trisil, #SalamRFMUntukIfyIdolaCilik namanya.

Iseng ngjb-in tweets following gue (yang mayoritas emang RFM setau gue), ternyata disambung juga sama mereka-mereka semua hingga akhirnya HT tersebut nyangkut di TTI. Unplanned moments again.......



HT itu terus berlanjut (meskipun diluaran sana sempat menjadi pro dan kontra. Isokey gais, kita ngerti maksud kalian --yang nggak terima-- tapi sekali lagi, HT yang kita buat bukan HT official dari management/pihak Blink. HT yang kita buat atas nama RFM, bukan IFC, ICL apalagi BS. Alasan HT itu dibuat pun lebih kepada ke-RFM-an kami #iywim)
Sampe pada malam harinya, Ify ngeshare teaser dari #KEMBALILAHVIDEOLYRICS besutan Ruang Production.


IFY BLINK - KEMBALILAH Video Lirik (Official)


Ngomong-ngomong soal VL Kembalilah. Seperti kata Trisil, video itu bener-bener dibuat dengan ‘IFY banget’. Simple tapi menurut gue tetep bisa nyampein lirik lagu itu sesuai dengan tujuannya. Meskipun setnya nggak macem-macem, tapi totalitas hasilnya tetep keliatan.
Dan dengan diuploadnya teaser tersebut, maka semakin kepolah kita semua dengan versi fullnya, yang kata Ify bakal dirilis tanggal 20 mendatang, dihari Ify bersama Blink menjadi bintang tamu di Idola Cilik. Lebih tepatnya, malam harinya.

Wahhhh, rasanya bener-bener #BAHAGIASETENGAHMATI banget deh hari ini (20/02). Kami (ICL, IFC dan SH I think) memulai hari dengan tweets ber-HT-kan #IdolaCilik5AdaIfyVia.

Kenapa mesti itu? Kenapa nggak pake Blink. Karena kita semua sedang terbawa dengan sosok Ify & Via yang merupakan alumni Idola Cilik. Karena kita semua terlalu senang dengan hadirnya mereka dipanggung pertama yang menghantarkan mereka menjadi sosok Ify & Sivia Blink seperti sekarang. Maafkanlah, karena toh besok (21/02) kita bakalan ngetweets ber-HT-kan kata ‘Blink’ didalamnya hihi (^^)v


Waw! Yang nggak disangka-sangka, selain tembus TTI nomer 1, HT #IdolaCilik5AdaIfyVia juga masuk ke TTWW nomer 26. Yah, lagi...TTWW itu diluar rencana dan harapan kita semua, tapi terjadi dengan sendirinya.
Mungkin bisa dibilang, ini bukti nyata kerinduan kami semua dengan alumni IC 1-3 yang bener-bener hampir nggak tersentuh sama RCTI. Kita udah terlalu sering berharap IC 1-3 bisa kumpul lagi, sampe harapan kita dimanfaatkan sama pihak-pihak yang nggak bertanggung jawab.
Meskipun baru tiga (terhitung Kiki IC1), tapi hadirnya alumni IC selain IC 2013 ini memberi harapan baru buat ICL 1-3 atas kehadiran idola kami masing-masing dipanggung IC. Semoga pas GF IC 5 yang hadir ada dari perwakilan semua generasi IC, khususnya IC 1-3.



Kebahagiaan berlanjut, dengan menyaksikan sosok Ify yang dulunya adalah peserta sampe babak 12 besar, di juriin sama Kak Winda, di hari ini menjadi juri tamu berdampingan dengan Kak Winda. Ah, kita (IFC dan mungkin juga ICL lainnya) aja terharu, apalagi Ify yah?

Saat itu, Ify sempet diminta menyanyikan salah satu lagu yang cukup berkesan buat dia di masa Idola Cilik 1. Dan pilihan Ify jatuh pada Over The Rainbow.
Hm, Over The Rainbow & Bunda yang sempet Ify bawakan di IC saat sesi komentar emang paling berkesan sih menurut gue.


IFY BLINK Juri IDOLA CILIK 5 : Nyanyi Over The Rainbow


Balik ke Ify yang menjadi juri. Mungkin cara Ify berstatment (imo) masih kurang luwes, maklum sebelumnya di La Ca SCTV dia berkesempatanny jadi mentor bukan juri hihi, dan menjadi juri kali ini adalah pertama kalinya, belum terlalu berpengalaman. Tapi dari apa yang dia sampaikan, cukup membuktikan kalau dia nggak sekedar langsung duduk dan asal cuap-cuap. Tapi bener-bener mempersiapkan dan memperhatikan^^

Sampai di penghujung acara, Blink kembali bernyanyi, lagu kedua yang berjudul Heartbeat (Percayalah). FYI, dari lagu pertama (Sendiri Lagi) Blink nyanyinya live, nggak lipsynch. Tetep dengan improv yang ada bahkan ditambahkan. Sempet ada moment chit chat antara host dengan Sivia (dengan Ify sudah lebih dulu di segment awal) yang bikin kita puas dan lega, karena minggu kemaren Kiki terkesan dicuekin (haha-_-).

Hup! Sampe acaranya habis, TTI urutan pertama masih dikuasai Ify & Via.
Berhubung kita lagi nungguin video lyrics #Kembalilah full version, maka HT kita ganti menjadi #IFYKembalilahFullVL.



Lagi-lagi, HT itu berhasil nembus TTI. Okay, bukan kita gila TT wkwk cuma memang TT yang diraih itu semacam jadi bukti kekompakan kita semua dalam mensupport Ify. Wah, kayaknya beberapa hari terakhir ini TT di isi dengan nama Ify terus wkwk

Dan kesenangan gue ngerusuhin twitter sambil nungguin #IFYKembalilahFullVL di upload harus terhenti karena PLN memadamkan listrik-_-

FYI aja yah (HAHA) provider gue t*****sel. Yang mana, tiap mati lampu jaringannya bakal Edge, jelek parah-_-

Jadi, gue harus rela telat nonton video lyrics Ify.
Tau-tau, HT udah jadi TT aja. Tau-tau RFM makin random aja.

Kenapa? Karena keisengan Om Hanafi (Papanya Ify) yang ngegodain anak RFM.



Ya ampun, om...kita nggak akan bener-bener bisa move on dari RFM kalau kayak gini caranya’-‘
Eh tapi emang 'pergi' dari RFM nggak pernah terpikir sih sama gue #tsahhh

Karena RFM bener-bener "sahabat, saudara yang terpilih" #asekk meskipun kita pernah cek cok. Selisih paham, ribut sesama anggota group tapi tetep nggak bisa bikin gue pergi gitu aja dari RFM.

Ahhhh pokoknya gue ngetik postingan ini dengan hati senang & wajah sumringah banget deh.
Semoga kedepannya karier bermusik Blink semaki semakin menanjak. Tetap kompak bersama, saling support satu sama lain. Nggak cuma membernya tapi juga community fansnya. Jangan ada (lagi) ribut-ribut, iri-irian. Karena semua member punya passionnya masing-masing. Selagi nggak 'merusak' Blinknya, yak mari kita support. Rejekinya juga udah ada Tuhan yang ngatur jadi kita berdoa aja semua yang terbaik untuk MB. Akhir kata...

Wassalam!

Mwachhhh

P/s : ini ada sedikit jadwal Ify & Blink yang gue tau

• (20/02) Idola Cilik 5 √
• (21/02) Inbox SCTV √
• (22/02) Haji Belajar Ngaji (Sinetron Febby Blink, tayang Perdana di SCTV jam 19.00 wib)
• (22/02) A Night To Remember Trans TV
• (23/02) Interview Radio Cirebon (Ify Blink)
• (24/02) Interview Radio & Visit Store KFC di Bandung (Ify & Pricilla Blink)

Info lengkap mengenai nama radio & lokasi KFC yang bakal mereka kunjungi bisa check twitter @MY_Management99

Soon, jangan sampai kelewatan film kedua dari Febby dan Sivia Blink, Cahaya Cinta Pesantren. Dan FTV Pricilla Blink yang menurut kabar sedang dalam proses shooting...


*konten tambahan (video, foto) akan ditambahkan segera :)