A homepage subtitle here And an awesome description here!

Selasa, 22 Juli 2014

[Selingan] Dibalik Pilpres

Presiden Indonesia yang baru telah terpilih. Masa kampanye pun sudah lama berlalu, tapi nyatanya perseteruan antar dua pendukung capres belum berakhir juga.
Saya menghargai setiap perbedaan, dan tentunya akan lebih mudah untuk kita bisa menghargai orang lain-termasuk untuk pilihan dan pendapatnya, jika mereka juga mau berbesar hati untuk berlaku sebaliknya terhadap kita.

Yang mengecewakan saya adalah, saat ternyata orang yang saya anggap teman-yang lebih mengerti, tapi justru bersikap seolah-olah tidak menghargai pilihan dan pendapat saya, sedangkan saya selalu berusaha untuk menghargai perbedaan yang ada diantara saya dan teman-teman saya.
Dalam suatu pertemanan, hal yang wajar kalau si A suka boyband dan si B lebih suka group band. Tapi bukan berarti si B bebas mengatakan kalau boyband itu gay, padahal jelas hal itu bisa menyakiti perasaan si A kan?
Atau dalam pertemanan berbeda agama, apa sopan kalau kita menjelekan agama teman kita, karena (pasti siapapun termasuk) kita beranggapan agama kita yang paling benar?
Ini hanya perumpamaan.

Semua orang punya pendapat, dan pilihannya masing-masing, dengan pertimbangan alasan yang berbeda. Mestinya, kalian-apalagi kalau sudah mencoblos, itu artinya kalian sudah dewasa, bisa lebih terbuka menerima perbedaan. Lebih bisa menghargai pilihan teman tanpa harus membuat rusak hubungan yang sudah terjalin baik. Apa nggak sia-sia? Jatuhnya mencoblos lebih banyak mudharatnya daripada tidak mencoblos, karena mencoblos membuat rusak hubungan baik dua orang yang ternyata berbeda pilihan.
Saya selalu menjaga tweets saya, tidak menjelekkan capres manapun (tapi mungkin mengkritik -yang dianggap judgement- orang-orang di belakang capres yang tidak saya dukung, memang pernah). Karena saya sadar, orang-orang yang saya follow mayoritas orang yang saya kenal, orang yang saya tau berbeda pilihan dengan saya. Tapi nyatanya mereka tidak mau bertoleransi seperti saya. Saya kecewa :(

Kalian mengaku Islam, kalian berkata harus memilih yang sesuai dengan syariat Islam tapi nyatanya sikap kalian tidak menunjukan bagaimana mestinya seorang muslimin bersikap.

Islam mengajarkan kita untuk selalu berbaik sangka.


Tapi kalian, presiden yang baru belum dilantik saja sudah berpikir, "hancur Indonesia di pimpin syiah," "bisa-bisa aset Indonesia di jual lagi kayak yang sudah-sudah," kalian mengait-ngaitkan Pak Jokowi dengan Megawati, karena 'kejahatan' Megawati di masa lalu. Padahal, ingat...anak pencuri juga tidak pasti menjadi pencuri. Saya semakin tidak sabar untuk menyaksikan Jokowi mengemban tugasnya. Hal pertama yang paling saya tunggu adalah, soal siapa yang akan beliau angkat sebagai menteri agama? Apa seperti tuduhan yang sudah dengan yakinnya orang-orang jatuhkan kepada beliau? Bahwa jabatan itu akan diberikan kepada seorang Syiah. Atau seperti pernyataan beliau ketika di interview, bahwa orang yang ia pilih adalah seorang ahlu sunnah waljama'ah...

Hati manusia itu nggak ada yang tau. Jangan mendahului Tuhan dengan semua sangkaan buruk kalian.

Islam mengajarkan kita untuk menjaga aib sesama, itupun kalau kalian ingin Allah menjaga kalian dari aib kalian sendiri di akhirat kelak.

[Al-Baqarah : 216] Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui....

Allah Maha Mengetahui lebih daripada hamba-Nya, tapi masih aja ada yang bilang dengan yakinnya, "si A lebih baik daripada si B." Ckck...

Dalam Al Qur'an pun Allah telah memperingatkan agar kita bisa menjaga lisan. Karena seluruh anggota tubuh kita kelak akan di mintai pertanggung jawabannya di akhirat, termasuk lisan.
Untuk apa kita gunakan? Menyampaikan kebaikan? Atau keburukan?

[Al Qalam : 10-11] Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah.

Ingat teman, perkara lisan itu luar biasa bahayanya. Seperti dalam sebuah hadits,

"Sesungguhnya ada seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dipikirkan bahayanya terlebih dahulu, sehingga membuatnya dilempar ke neraka dengan jarak yang lebih jauh dari pada jarak antara timur dan barat.” (HR. Muslim)


"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia mengucapkan perkataan yang baik atau Diam" [HR. Bukhori & Muslim]

Maka ini bukan persoalan apakah yang kita ucapkan itu sesuai fakta atau tidak, tapi apakah lebih banyak manfaatnya atau mudharatnya?

Saya kecewa dengan beberapa teman, kalau sekiranya saya sendiri bersalah terhadap kalian, saya minta maaf. Tapi, jujur saya sangat menyayangkan tweets-tweets kalian yang tidak bisa menghargai perbedaan.
Kalian mengatakan jangan saling hina, tapi nyatanya kalian meluapkan segala isi hati kalian dengan pernyataan seolah-olah kalian lebih tau, dan Tuhan telah salah dengan apa yang Ia tetapkan.
Kalian berkata akan berbesar hati, tapi nyatanya kalian terus menghujat orang yang kalian anggap jahat itu, seolah-olah kalian lebih baik daripadanya.

Puaskan nafsu kalian, dengan hinaan, tuduhan, dan prasangka-prasangka buruk kalian terhadap beliau. Kemudian renungkan, apa dengan begitu membuat kalian menjadi lebih baik daripada beliau di mata Tuhan?
Apa dengan begitu membuat pahala atau amal ibadah kalian semakin bertambah dan dosa kalian berkurang?
Manusia tempatnya khilaf dan salah. Kalau kalian meyakini Allah tidak tidur, mestinya kalian tau Allah bersama orang-orang yang sabar, Allah menyertai orang-orang yang di dzalimi :)

Nb : Ini unek-unek saya, yang tidak hanya cukup disampaikan dalam 140 karakter di twitter. Ingat, muslim yang satu dan yang lainnya itu satu tubuh, satu sakit yang lain pun ikut sakit. Sudah semestinya kita saling rangkul, dan mengingatkan :)