A homepage subtitle here And an awesome description here!

Sabtu, 21 Juli 2012

Blinkin by BLINK (the new single)


Siang semuaaa..

Btw, udah hari kedua puasa nih yah, masih semangat dong? Iyalah harus! masa udah lemes? jangan bilang udah ada yang bolong malah xixixii
okay, sekarang gue mau ngeshare video Blink (atau lebih tepatnya cuplikan PAA episode 157) yang nampilin perform mereka waktu ngebawain single mereka yang paling baru! dan yang makin waw terutam buat kita-kita yang IFc, lagu mereka yang terbaru kali ini lagi-lagi diciptain ama si manis IFY!!!!! ahh lupyumuahmuah deh bat eneng, multitalent abis, talk less do more, diam-diam menghanyutkan. Apalagi dah tuh.. okeh, selain video ada link mp3nya plus link mp3 Andaikan new version juga nih (lagi-lagi, ini hasil aransementnya si eneng!)

So, lets check it out!


BLINKIN'
(ciptaan Ify Alyssa)

Ku tatap matanya, ada pelangi disana.. ( G D Am D )
Ku dengar tawanya, terasa ceria di dada... ( G D Am D )
Semula kau hanya dalam mimpiku.. ( C Bm )
Kini kau hadir menyatakan.. Cintamu... ( Am C D )

Reff:
You're making my eyes Blinkin' my heart shinin' ( G D )
Ku rasa ku jatuh cinta.. ( Am D )
my eyes blinkin' my heart shining ( G D )
Inikah yang namanya cinta.. ( Am D G )

link mp3
Andaikan : http://www.sharebeast.com/n4hc05ruktxa
Blinkin : http://www.sharebeast.com/8ytc07jz2cyb

(copast lirik & link from http://ifyfansclub.blogspot.com)






-- Happy fasting, guys! --

Selasa, 17 Juli 2012

Blink - Best friend (new single)



saat ku gundah kau ada
saat ku salah kau bela
tak lagi pernah rasa sepi
karena kalian di hidupku
ku selalu berjanji
kau sahabat sejati

you are my best friend
you are my best friend
you are my best friend
you are my best friend
karena hanya kita selama-lamanya

hanya kau yang peduli
saat ku mau untuk berbagi
tak lagi ku merasa sunyi
karena kalian disampingku

dan ku selalu berjanji
kau sahabat sejati

you are my best friend
you are my best friend
you are my best friend
you are my best friend
karena hanya kita selama-lamanya

i'm telling you my friend
aku selalu ada disini
you never be alone again
jangan pernah lagi kau takut
keep out.. keep your must away
ku kan slalu ada untukmu
so jangan pernah takut sendiri
karena cinta yang slalu membuat kita satu

you are my best friend
you are my best friend
you are my best friend
you are my best friend
you are my best friend
tetap berpegang tangan

you are my best friend
you are my best friend
you are my best friend
you are my best friend
karena hanya kita selama-lamanya




Jumat, 13 Juli 2012

a dream?

Begitu mengejutkan. Ketika kedua mata ini terbuka aku telah berada disebuah tempat yang aku sendiri tidak tahu apa namanya. Pasar? Mall? Atau sejenisnya, apalah itu namanya. Tempat ini begitu ramai, dengan banyaknya orang berlalu-lalang. Beberapa remaja yang melintas didepanku tampak mengenakan setelan, semacam seragam sekolah. Atasan berupa kemeja berwarna coklat susu, dengan bawahan berupa skirt yang panjangnya semata kaki dengan warna coklat satu tingkat lebih tua dibandingkan atasannya--kemeja.
Dengan refleks aku menyeret pandanganku, menyusuri tubuhku dari atas hingga ke bawah dan mendapatinya terbalut dengan seragam yang sama. Sebenarnya, apa yang terjadi? Mengapa aku mengenakan seragam ini? Seragam yang ku duga milik sebuah Sekolah Menengah Pertama--dan sepertinya lambang disaku kemeja ini pun membenarkan dugaanku.

Sebentar, bukannya aku berusia 19 tahun saat ini? Lalu seragam ini?
Belum tuntas jawaban atas pertanyaanku, ku temukan, pandangan mata ini beralih ke sudut kiri --sekitar 500 meter dari tempat ku berdiri-- dan menemukan sosok jangkung berkulit putih dengan sebuah peci putih diatas kepalanya. Dari atas hingga ke bawah, tubuhnya mengenakan warna putih. Ia nampak berkumpul dengan beberapa pria--yang bedanya mereka menggunakan seragam hitam putih. Sebenarnya, apa ini?

Ah! Aku tau siapa sosok jangkung itu! Dia seorang pria dimasa laluku. Pria yang pernah menuntut ilmu di SMP yang sama denganku. Dan aku kembali dibingungkan dengan semua ini. Jika kami pernah 'bersama' di SMP dulu, bagaimana dengan seragam SMP ini?

Buru-buru aku mengalihkan perhatian, dengan ikut berkumpul dengan para gadis --yang sebenarnya tak ku kenal-- yang tengah asyik bercengkrama, saat sosok jangkung itu memutar tubuhnya menghadapku. Entah ini hanya GR-ku saja, aku dapat merasakan tatapannya yang terarah kepadaku.

Mendadak langkahku terasa berat, seolah tubuh ini tak ingin menjauh dari tempatku berpijak. Tempat yang entah bagaimana caranya seolah berubah wujud menjadi sebuah panggung, dengan lampu sorot yang terfokus padaku. Dan tring...semua mata seakan menatapku. Oh Tuhan, apa yang terjadi?
Dengan susah payah --bagai seorang lumpuh-- aku menyeret langkahku menjauh dari gerombolan gadis yang tak ku kenal itu. Sesekali ekor mataku melirik ke arahnya--sosok jangkung tersebut. Dan kembali mataku mendapati ia yang masih berbincang, sambil sesekali menepuk pundak pria disampingnya dengan tatapan yang terus terarah padaku. Tuhan, enyahkan perasaan was-was ini dari hatiku...mohonku..

Aku berbisik syukur, saat tubuhku berhasil menghilang dari --sesuatu yang ku sebut-- lapangan luas dan berteduh pada sebuah lorong penghubung ke bangunan sebelah yang tak ku ketahui apa. Hingga sebuah suara cukup keras yang keluar dari speaker besar, yang terpasang disudut atas langit-langit lorong ini mengejutkanku.

“Baiklah teman-teman, saya akan memutarkan sebuah lagu, ungkapan hati seorang cowok, temen kita juga..”

Dan sebuah lagu mengalun. Aku tak begitu paham apa judulnya, siapa penyanyinya. Karena telinga ini terfokus pada kata “hatiku, perasaanku, untukmu” yang entah mengapa seolah ditujukan padaku.
Masih dengan pikiran kacau aku berjalan cepat --meskipun hasilnya tetap lambat-- menyusuri lorong ini.

“Waa..ceweknya kabur pemirsa..” Dan ucapan penyiar tersebut tentu menghentikan gerakkan ku, dan detik berikutnya membuat puluhan pasang mata yang seakan menuduhku, menyerukan kalimat yang sama “lagu itu untukmu!”
Dengan perasaan semakin tak menentu aku meneruskan 'lariku' dan meninggalkan ocehan penyiar yang terus saja menggodaku. “..iya! Itu tadi lagu buat cewek yang lari-lari tadi. Dari seorang cowok yang cinta banget sama dia, yang tadi disebelah gue..”

Dan...

“Bangun, bangun. Shalat subuh!”

..Untungnya hanya mimpi. Kebingungan akan pertanyaan “apa yang sebenarnya terjadi?” pun terjawab dengan satu kalimat “just a dream..”

• • • FIN • • •


Wowowooo! Okay, ini sebenernya mimpi gue. Iya! Mimpi gue semalam! Sumpah persis sama kayak gini. Cuman ya kalimatnya gue rapiin dong, gue bagus-bagusin biar lebih bernilai (?) gitu..hihiii
Sebenernya gue juga masih bingung sama makna mimpi gue, yang memunculkan cowok dimasa SMP gue. Gue juga masih bingung sama makna lagu (yang gue lupa apa judulnya dan cuman ingat 3 kata diatas-..-) yang diputer sama penyiar itu tuh. Sumpah penasaran errrr

Ugh! Berhubung ini hanya catatan gaje yang bener-bener gaje, gue nggak terlalu berharap sama komentar ataupun ada yang baca atau nggak, just share hihiiii

Lupyumuahmuah_

@sugargirl08

Tanah Grogot, 13 juli 2012

Senin, 09 Juli 2012

Aku dan Kamu (dan Tuhan yang tahu)





Ku sadari ku salah melakukan ini

Ku cintai dirimu se-egois ini

Kau tak sendiri lagi, aku tak perduli

Hatiku tlah terlanjur jatuh padamu

• • •


Cinta memang buta. Cinta memang tak ada logika. Sekalipun ku tahu dia telah berdua, hati ini tetap memaksa untuk mendekatinya.

“Fy!”

Langkah kakinya mulai melambat seolah menanti kehadiranku yang baru saja menyerukan namanya. Begitu berhadapan, nafas yang masih memburu ku atur sedemikian rupa agar tak mengganggu rangkaian kalimat ajakan yang ingin ku utarakan.

“Ya, Yel? Kenapa?” Lengkungan cantik tersungging dibibirnya. Sebuah garis senyum yang selalu mampu menarik siapa saja yang melihatnya untuk ikut tersenyum, termasuk aku.

“Errr..sabtu, kamu ada acara nggak?” Tanyaku bersusah payah.

Ia mengerutkan kening seolah berpikir, telunjuknya mengetuk-ngetuk dagu tirus yang menjadi pembeda antara kecantikannya, dengan kecantikan gadis lain disekolah ini.

“Tergantung sih. Kalau siang aku mau nemenin mamah ke tukang jahit. Malem jalan bareng Rio...” Ia menghentikan kalimatnya sambil tersenyum senang. Yah, siapa yang tidak akan bahagia jika memiliki waktu berdua dengan kekasih hati?

“...tapi kalau sore, adalah~”

Aku mendesah lega. Memang disaat itulah aku mengharapkan kesediaannya.

“Pas banget! Aku besok sore ada seleksi pemilihan finalis lomba freestyle di Senayan, kamu..mau nemenin?” Tanyaku-lebih bersifat ajakan, agak ragu.

”Basket?“ Aku mengangguki pertanyaannya. “Boleh. Jam berapa? Kamu jemput aku at--”

“Jam 3 sore, aku yang jemput dirumah kamu. Gimana?” Potongku bersemangat.

Ia tertawa kecil. "Gabriel..kamu itu udah kayak anak kecil yang baru dapet permen tau, nggak? Okay deh, aku tunggu.”

Aku menarik -naik turun- tali ranselnya dengan agak canggung. Rasa bahagia ini memang layaknya kebahagiaan seorang bocah yang mendapat permen. Ah, mungkin ditambah juga dengan ice cream, dan mainan. Sangat membahagiakan!

“Ify!”

Ah! Seruan itu...mengganggu.
Terbukti, Ify menolehkan kepalanya ke belakang, dan mulai mengukir senyum cerianya.

“Ya udah, Yel, aku ke Rio dulu yah. Bye!” Dan perlahan tubuhnya menjauh dari tempatku berdiri, bermuara pada sesosok pria hitam manis -yang bahkan banyak orang menyebutkan bahwa aku dan pria tersebut memiliki kemiripan- yang berdiri ditikungan antara kantin, dan ruang guru.

“Bye, Fy..” Balasku lirih.

Yah, sulit memang untuk bisa meraih hatinya. Dia, gadis cantik berdagu tirus, yang telah merenggut hatiku. Bagaimana tak sulit, jika di hatinya telah bertahta seorang pria yang tadi memanggilnya.

Mungkin aku berdosa masuk dihidupmu

Biar menjadi harapan dalam hatiku

• • •


Riuhnya tepuk tangan yang menyambut kehadiranku untuk beraksi di atas podium tak membuat kecemasan ini menguap. Sosok itu belum datang. Ia yang sangat kuharapkan kehadirannya.

“Gabriel!!”

Oh Tuhan! Aku mengedarkan pandanganku mendengar suara yang meneriakkan namaku. Suara yang teramat ku hafal dalam ingatanku.

“Semangat ya! You can do it!” Sambungnya dengan tangan terkepal diudara, begitu kami beradu pandang.

Dengan kepercayaan penuh, aku melambungkan bola basket ditanganku, dan memulai aksiku memainkan si orange bundar seindah mungkin.
***

“Gabriel! You're so cool! Kamu bener-bener bikin aku melongo kayak orang bego.” Ia berceloteh dengan antusias. Membuat bunga-bunga dihatiku bermekaran, pujian itu mungkin memang sederhana dan teramat sering ku dengar. Tapi, jika yang mengucapkan sang pujaan hati, tentu akan lain ceritanya.

”Makasih, Fy. Aku pikir..kamu nggak jadi dateng.”

Ia memekik, dengan tangan kanan yang tiba-tiba saja telah berada dipundakku. “Ya ampun, Gabriel..nggak mungkinlah. Aku kan udah janji.” Ucapnya, yang ku balas dengan senyuman. Kami melangkahkan kaki menuju sebuah stand makanan dan minuman yang sengaja didirikan untuk para pengunjung tempat pertunjukan ini.

“Ice cappucinno nya satu, mbak.” Pesanku pada penjaga stand. “Kamu, Fy?”

“Samain aja.” Sahutnya. “Tadi tuh mamah kelamaan ditukang jahit, ya biasalah orang tua terlalu teliti, jadi pas ngeliat hasil jahitan ada yang nggak rapi mamah complain ke tukang jahitnya, udah deh kelamaan disana.”

Aku hanya tersenyum mendengar ceritanya. Sambil mencari tempat beristirahat-setelah menerima ice cappucinno, ku biarkan ia meneruskan celotehannya yang sesekali ia hentikan karena ingin menikmati cappucinno dingin pesanannya. Dia tak berubah, sama seperti perasaanku yang justru kian menggebu.

“Rio..tau kalau kamu pergi nemenin aku?” Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutku. Ia menghentikan ceritanya dan menggeleng dengan tenang. “Emang nggak papa?”

Ia bergumam pelan. “Emm..karena aku cuman nemenin kamu sebagai teman yang baik, dia pasti nggak bakal marah. Kecuali, aku pergi nemenin kamu sebagai pacar yang baik.” Jelasnya setengah bercanda, sambil menepuk-nepuk pundakku.

Ternyata pria itu memang sosok impiannya. Pengertian dan bukan pengekang. Tentu saja ia merasa nyaman bersama pria tersebut.
Apa itu artinya aku memiliki sedikit celah untuk merebut hatinya? Bukankah kekasihnya bukan pria pencemburu?

Karena ku yakin ini jalan kita

Takdir pertemukan kita untuk bisa bersama

• • •


Seiring waktu berjalan, hubunganku dengannya kian akrab. Ia yang setia menemaniku dalam di setiap kesempatanku menjalani hobiku, membuat jarak yang dulu ada kian menipis. Ia bahkan tak sungkan menceritakan segala hari-hari yang ia lalui bersama kekasihnya.
Berbagai macam perasaan menggeluti hatiku, kala itu. Cemburu, ketika mendengar ia memuji kekasihnya. Bahagia, karena melihat senyum dan binar kebahagian yang terpancar dari matanya. Kecewa, karena senyum dan pujian itu bukan untukku. Kadang marah dan tak terima pun juga ku rasakan saat mendengar keluhannya tentang sikap cuek pria yang disayanginya.

“Hufftt..aku kadang mikir, harus seneng karena dia nggak cemburu, atau marah karena dia nggak cemburu.”

Aku menatap sepasang kilau mata yang mulai meredup itu. “Kenapa gitu? Bukannya bagus kalau dia nggak cemburu? Kita jadi nggak perlu takut atau sungkan kalau mau berdua aja kan?” Mungkin pernyataan ini terdengar konyol dan egois. Tapi aku hanya ingin mencoba jujur.

“Tapi aku jadi nggak tau dia sayang nya segimana sama aku. Aku..aku ngerasa dia terlalu kaku, nggak bisa mengekspresikan perasaan. Aku bingung.”

Aku mendesah berat. Perasaannya terlalu kuat untuk pria itu. Dengan ragu, aku menyentuh puncak kepalanya, dan membelai lembut rambut panjangnya.

“Sayang itu nggak cuman diukur dari seberapa besar cemburunya pasangan kita, Fy. Hati lebih berperan, kadang cemburu juga bisa dibuat-buat, kan?”

“Tapi--”

Aku menggigit kecil bibir bawahku. Tangan ini terus bergerak mengusap rambut panjangnya. Menenangkan ia yang nampak gusar. “Mungkin ini cara dia sayang sama kamu. Dia mencoba buat ngertiin kamu, percaya sama kamu dengan nggak cemburu meskipun kamu lagi berduaan dengan cowok lain kayak sekarang ini. Dia nggak mau membuat kamu marah karena dicemburuin, yang ya..mana tau ujung-ujungnya berakibat buruk ke hubungan kalian.”

“Gitu?”

Aku mengangkat kedua bahuku dengan enggan. “Mungkin memang ini cara dia nunjukin sayang dia ke kamu, karena dia nggak mau kehilangan kamu.”

Ia menatap kedua bola mataku secara tiba-tiba. Membuat gerakan tanganku terhenti diudara.

“Kamu baik banget sih, Yel.” Lagi-lagi ia memuji dengan pancaran mata yang ku suka. Terlihat manja dan menggoda, membuatku jadi tak tahan untuk mencubit kedua pipinya -yang meski tak chubby- menggemaskan.

“Karena kamu juga udah baik sama aku--” Ucapku -sedikit menggantung- dengan sungguh-sungguh. '--sama hatiku, untuk tetap bisa terus deket sama kamu.' Sambungku, hanya dalam hati.

Mungkin memang ini jalannya. Tuhan menggariskan dia bersama pria lain, namun tetap memberi celah untuk aku menyusup ke dalamnya. Jika Tuhan mengizinkan lebih, mungkin aku akan mendapatkan posisi yang sama dengan pria itu dihatinya.

Ku sadari ku salah melakukan ini

Tapi mengapa aku tak pernah sadar?

Mungkin aku berdosa masuk dihidupmu

• • •


Aku memainkan bola basket ditanganku dengan tak tenang. Oh Tuhan! Rasa ini kian nyata, semakin memaksa diriku untuk segera melabuhkan pada sang dermaga. Tapi..

“Yel..” Sapaan lembut, disertai sentuhan halus yang mendarat dipundakku membuat permainanku terhenti secara tiba-tiba. Si orange sudah menggelinding entah kemana. Mata ini hanya terfokus padanya yang menatapku dengan kening berkerut.

“Kamu nggak papakan?”

Astaga! Aku harus bagaimana? Apa rencanaku semalam terlalu terburu-buru ku laksanakan?
»»

“Gue naksir sama Ify, Vin.” Aku membuat sebuah pengakuan yang tentu saja membuat Alvin -teman sebangku ku- melotot sempurna. Yah, meskipun ia tahu itu pasti sia-sia, mengingat matanya yang sipit.


“Serius, loe?! Ify ceweknya Rio?!”


Aku mengangguk acuh.


“Gila!! Pantes aja loe sering bareng sama Ify, loe ada main--”


“--gue nggak pacaran sama Ify, jangan nething loe.” Bantahku cepat. Sebesar apapun perasaanku pada Ify takkan membuatku menjadi pecundang. Seseorang yang tega menusuk manusia tak bersalah dari belakang. Meski tak kenal dekat, aku cukup tahu bahwa Rio adalah pria yang baik.


“Ya kali aja~” seloroh Alvin. Ia meraih kaleng biskuit didepannya, dan melahap isinya. “Jadi?” Aku menaikkan sebelah alisku, tak mengerti maksud Alvin. “Jadi, apa rencana loe dengan perasaan terlarang loe itu, oon...” Sambungnya seolah mengerti kebingunganku.


“Nggak tahu.” Jawabku seadanya. Jujur, aku pun bingung. Dan itu alasan mengapa aku berterus terang kepada Alvin. Mungkin saja, ia memiliki saran?


“Nggak kepikiran buat nyatain?”


Aku mendelik. Bagaimana ingin menyatakan? Jika status Ify masih in relationship with her boyfriend.


“Gila! Nyuruh gue mati?!” Tanyaku tak serius.


Alvin tergelak. Ia meletakkan kaleng biskuit yang sebelumnya berada dalam pangkuannya ke atas meja. “Gini, bro..elo tuh cowok, jangan ragu buat nyatain cinta. Karena kodrat yang bener emang kita yang nembak. Ya, status dia emang masih 'milik' orang tapi belum sah jadi 'milik' orang dalam artian yang sebenernya kan?”


“Loe nyuruh gue jadi yang kedua?!” Tanyaku tak percaya.


Alvin menepuk keningnya. "Oh Tuhan! Nggak segitunya juga kali~ kalau status mereka masih pacaran, bukan suami-istri, sekedar nyatain perasaan loe doang nggak masalah kok. Tapi, ya itu, loe harus siap nerima resikonya karena loe pasti udah bisa nebak gimana jawabannya kan?” Aku mulai paham dengan maksud Alvin. “Etapi, ya loe kan cuman nyatain, bukan minta, jadi nggak butuh jawaban berupa yes or no, right?” Aku mengangguk, membenarkan.


“Jadi menurut loe?”


“Akuin perasaan loe ke dia, sebelum loe makin berharap lebih ke dia.”

««

Sebuah suara jentikan membangunkan ku dari lamunan semalam. Ternyata ia tengah menatapku dengan khawatir -mungkin- sambil mengulang pertanyaan yang sama seperti yang ku dengar sebelumnya.

“Kamu, baik-baik aja kan, Yel?”

“Errr..i..iya, Fy.”

“Kok diem? Ngelamun? Mikiran apa?” Tanya nya berturut-turut, dengan kening berkerut.

Aku menggeleng cepat, sambil menarik nafas dalam-dalam. Baiklah Gabriel, ini waktunya. Cepat atau lambat, aku memang harus membuat pengakuan ini.

“Aku boleh ngomong sesuatu ke kamu?”

Ia mengangguk pasti. “Tentu! Bukannya kamu ngajakin aku ketemuan emang buat ngomongin sesuatu?”

Aku mengepalkan kedua tanganku yang mulai berkeringat dingin. Berusaha menetralkan kegugupan yang bisa mengacaukan konsentrasiku.

“Jadi...”

Karena ini soal perasaan

Tak seorangpun mengerti

Hanya aku, dan kamu..dan Tuhan yang tahu


Ia masih menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. Kedua tangannya saling terkait. Aku mungkin memang terlalu cepat melakukannya, tapi semua sudah terlanjur.

“..perasaan ini datang dengan sendirinya. Jauh sebelum kita deket kayak sekarang. Sebelum kamu sering nemenin aku latihan. Sebelum kamu sering cerita soal Rio ke aku. Sebelum semuanya..” Aku menunduk, mengalihkan pandangan dari tatapan matanya yang tak terbaca.

“..aku cuman nyatain, ngakuin, bukan nembak atau minta hati kamu kok, Fy. Jadi kamu nggak perlu pusing-pusing mikirin yes or no untuk pengakuan ku ini.”

“..aku cuman nggak mau nyesel karena nggak ngakuin perasaanku, aku nggak mau jadi loser.”

Hal yang terjadi berikutnya diluar dugaanku. Tubuh mungilnya memeluk tubuhku dari samping. Sedikit bergetar dan perlahan terdengar isakan kecil.

“Bodoh!” Makian pertama yang keluar dari bibirnya tak membuatku sakit hati. Justru isak tangisnya lah yang membuatku merasa bersalah. Karena air mata itu keluar disebabkan olehku. “Kenapa kamu nggak ngaku dari dulu, kenapa kamu tenang-tenang aja ngeliat aku bareng Rio, nyebut-nyebut nama dia, muji-muji dia..”

Maksudnya apa? Apa ia memiliki perasaan yang sama denganku?

“Maksud kamu?” Tanyaku mencari kepastian.

“Kalau aku tau kamu punya perasaan lebih ke aku, aku nggak akan setega itu ngebiarin kamu sakit hati karena celotehanku tentang Rio. Aku sayang sama kamu. Kamu udah kayak abangku sendiri, Gab..”

Hanya itu? Baiklah, setidaknya itu jauh lebih baik. Karena ia pun membalas rasa sayangku, meski dalam judul yang berbeda.

“Jahat banget kalau aku ngaku sayang, tapi aku justru nyakitin hati orang yang aku sayang.”

Tanganku yang sejak tadi membalas pelukannya, bergerak teratur mengusap punggungnya.

“Semua udah lewat, Fy. Sekarang aku udah jujur, jadi..kamu udah bisa ngejaga supaya aku nggak sakit hati lagi kok..ehehee.” Aku berusaha mencairkan suasana tegang ini dengan candaanku yang ku akui memang garing.

Perlahan, ia melepaskan pelukannya padaku, dan mengusap air mata yang membasahi kedua pipinya.

“Maaf untuk semuanya..”

Aku menggeleng. “Nggak ada yang perlu dimaafin kok. Aku minta satu hal sama kamu, boleh?”

Dia mengangguk pelan. “Nggak usah kasih tau Rio tentang semua ini. Cukup aku, kamu dan Tuhan yang tahu..”

Dan melepaskan tak selalu menyakitkan. Apalagi atas dasar rasa yang tulus. Memberi tanpa mengharapkan balasan yang setimpal. Ikhlas kunci kebahagiaan hati yang sesungguhnya. Apapun akan terasa lebih mudah jika kita ikhlas. Maka ku ikhlaskan perasaanku padanya, dan ku ikhlaskan hatinya untuk seseorang yang ku akui kehebatannya. Sang penguasa hati, pujaan hatiku.

•• FIN ••

Errr ini beneran gue no comment deh. Kelamaan nggak nulis bikin gue jadi...apayah yah susah lah untuk memulai sebuah tulisan. Lancar ke tengah, eh malah ngadet ke belakang-_-
Ini rekor deng, setelah vakum nulis beberapa bulan (sok amat yak-_-') gue bisa menghasilkan sesuatu (yang mungkin nggak sesuatu) hanya dalam waktu *ngitung* kurang lebih 2 jam?

Yah dari hampir setengah 10 malem sampe 11 lewat berapa deh nggak merhatiin. Ditambah waktu re-read, ngedit jadi..pokoknya berakhir di jam 12 malem teng! Nulisnya dalam keadaan bete karena bla bla bla dan kebetulan bosan juga karena orang rumah pada nonton bola sedangkan gue? Gue nggak ngerti bola--'

Okay, tulisan ini gue persembahin khusus buat semua-semua yang maksa gue buat nulis lagi. Nagih lanjutan WL sampe dijadiin wish pas say hbd ke gue ehehe ini gantinya ya~ karena sumpah! Gue udah lupa sama jalan cerita WL kecuali untuk beberapa part deng.

Gue berterima kasihhhh banget kalau ada yang rela koment sejujurnya tentang tulisan ini. Pengen tau aja kemampuan gue tetep, naik, apa menurun? *halahhh*
Like? Nggak maksaaaa..nggak dilike juga nggak papa, ada yang baca & koment aja gue udah seneng. Like gue anggap bonus dari kalian ehehehe

Btw, special buat sobat tersayang gue, Amhye yang besok pagi berangkat untuk memulai perjalanan umroh bareng mamahnya..take care ya! Semoga perjalanannya lancar, ibadahnya khusyuk, dan kembali ke tanah air menjadi haji (kecil) yang mabrurrr *hasekk* aminin yakkk :D


Lupyumuahmuah buat semua yang baca!


Title song : Aku & Kamu (Tuhan Yang Tahu)
Artist : d'massiv


Tanah Grogot, 08 juli 2012

Minggu, 08 Juli 2012

Happy b'day to ME!!!!

*08/07/2012*

Happy b'day to me..

Happy b'day to me..

Happy b'day..happy b'day..happy b'day to me..

*prokprok*

ALHAMDULILLAH!!!! Kemaren tanggal 08 juli gue mengalami pertambahana usia. Tadinya gue pikir ini ulang tahun yang ke 18 (soalnya, terakhir gue nerima b'day cake pas usia 17._.) eh ternyata yang ke 19. Tua yah? ahahaha syukuri aja, karena alhamdulillah Allah masih ngasih gue kesempatan untuk menikmati dunia, dan memperbaiki diri gue yang belum bener ini-..-

Kado?

Ada banget...dari mamah papah, kakak, dan adek gue tapi dari dua kakak cowok gue nggak ada-__-

tapi nggak papalah, terima kasih aja buat ucapannya.

Mamah, papah, kak Wafa, yang pagi-pagi nyanyin selamat ulang tahun pas sarapan...makasih bangetttt meskipun ngggak ada b'day cakenya.__.

Tahun ini ulang tahunnya jadi beda dari tahun kemaren karena gue dapet ucapan dong dari my om, idola gue..ahahah I mean si Rio stevadit yang gue harap bisa jadian sama Ify meskipun mustahil eh Mario Stevano Aditya Haling.



terima kasih om {}






Actually, gue sih ga berani minta ucapan ke dia, soalnya pernah tuh gue minta ucapan HBD ke dia buat orang lain dia ga kasih-__- etapi gue iseng aja bilang kalau dihari itu gue ultah ehh ternyata di ucapin, meskipun tetep..dia nyebut gue tante-..-


Kalau sama Ify, jangankan buat minta, ngasih tau aja gue sungkan._. bukan..bukan karena apa-apa, tapi gue menghindari rasa kecewa dengan nggak minta dicapain HBD sama dia. Ngerti maksud gue nggak? jadi kan gue takut aja ntar dia nggak ngucapin HBD ke gue pas gue mention ke dia, akhirnya gue kecewa deh. Gue nggak mau kecewa sama orang yang gue sayang *halahhhh*

Tapi, nggak diucapin juga nggak papa kok, meskipun kalau dapet ucapan gue pasti bakal lebih bahagia wkwkwkkk

Buat gue pribadi, ucapan dari orang tua, sodara, temen-temen dan sahabat dumay juga nggak kalah berartinya kok :D

Dari mulai keluarga aneh gue (si cupu Deby dan si sarap Resti), anak-anak random (Chacha, Trisil, Gigi, Jihan, Icha), temen-temen bbm (yang nggak bisa gue sebutin satu per satu), dan semua-semuanya.

Sahabat zaman SD! ahahah ada Zha dan Via. Ada temen SD si Amat..ihihii terus ada sahabat SMP gue yang sampe detik ini masih berkomunikasi sama gue, Amhye!

tengkyu Amhyee {}




Btw, good luck for today Amhye...hari ini dia memulai perjalanannya ke Baitullah untuk menjalankan ibadah haji kecil. Mudahan perjalannya lancar, ibadahnya khusyuk, dan dia kembali ke tanah air menjadi haji (kecil) yang mabrur..amin!

Ada dari Aan dan Sholeh, temen SMP gue juga ehehehee

pokoknya thanks banget buat ucapan dari kalian semua...lupymuahmuah guysssss


Harapan, doa, dan keinginan yang belum tercapai tentu ada dan banyak bangettt tapi cukup gue dan Tuhan aja yang tahu eheheeh yang jelas semua yang baik-baik untuk hidup gue tentunya ehehehee

Sekali lagi...terima kasih buat ulang tahun yang berbeda kemaren ya semua......

Selasa, 03 Juli 2012


Minggu, 01 Juli 2012