A homepage subtitle here And an awesome description here!

Selasa, 25 Juni 2013

Something Like a Warning : Untuk Keluarga 'Maya' Ku

Hello everyone!!
Apa kabarnya kalian hari ini? Duhh udah lama banget nih, gue nggak sharing disini. Hemm. ada banyak hal yang sebenernya pengen gue ungkapin dalam kata-kata *halahhh* tapi timingnya nggak pernah nemu. Berhubung sekarang agak free, ya gue memutuskan untuk ngeblog aja. Dari sekian banyak hal yang pengen gue share, mungkin gue mau ngebahas yang ini dulu. Yang ini apa? Yang ini mungkin lebih ke...apayah :/ kayak wanti-wanti, unek-unek, something like a warning? And especially for my RFM, ini postingan buat kalian hihii

Anyway, gue, dan kalian yang mengaku RFM pasti emang hobbynya (sebagai RFM) adalah ngerandomin RiFy. Dan entah kenapa, gue sendiri juga pernah bilang : "alam pun seolah merestui mereka dengan kode-kode yang ada. Tapi tetep aja pada kenyataannya mereka nggak akan pernah satu."
Karena apa? Karena adaa....aja sesuatu yang kita sebut kode pas di moment Rio ataupun Ify..
Nah, nggak mau munafik gue juga suka kelepasan buat ngerandomin mereka sampai nggak sadar semua jadi terasa....berlebihan....

Kalian pernah mikir nggak, Ify atau pun Rio bisa aja risih (dan ujung-ujungnya jadi ilfeel) sama kerandoman kita. Okaylah, kalau kita randomnya nggak sampe mention ke mereka, atau nge RT-in mentionan jadulnya mereka. Tapi kalau yg kita lakuin adalah hal yang kayak gitu, gue jamin lama-lama mereka bener-bener nggak tahan sama sikap kita, RFM.
Kita yang mengagumi/mengidolakan RiFy jelas tau banget kalau mereka berdua itu paling nggak suka digosip-gosipin-yang-aneh-aneh. Tapi kadang kita malah suka berlebihan ngecengin mereka.
Ify itu diem-diem suka ngestalk TL IFC (dan dari sekian banyak IFC itu ada juga yang RFM). Inget nggak, Ify pernah ngetweet "kurang-kuranginlah begitu.." ya intinya gitulah, pas dia performe di LMI. Dan menurut info yang gue denger, itu karena dia ngeliat kerandoman RFM soal duetnya dia sama Rara yang dikait-kaitkan sama Rio.
Ify itu kegiatannya padat, pasti dia capek, terus tiba-tiba ngeliat kerandoman RFM yang bikin dia bete, apa nggak kasian?
Okaylah, kita random, tapi seperti kata Ify, "Kurang-kuranginlah begitu."
Ify fine-fine aja soal dia yang di couplein di fanfict, tapi jangan sampai kita kebablasan dan ngelupain kalau Ify (begitupun dengan Rio) punya kehidupan pribadi yang nyata. Ya mana kita tau sih kalau ternyata mereka lagi PDKT atau lagi di PDKT-in sama orang yang mereka suka?
Dan coba kalian bayangin, kalian sedang berada diposisi Ify? Ify yang tadinya biasa aja sama Rio bisa jadi malah kesel sama Rio, padahal yang berulah itu RFM. In fact, gue pernah kayak gitu. Dalam status (bisa dibilang) bersahabat, tiba-tiba dikecengin begitu, gue yang tadinya santai malah jadi bosen sendiri dengernya, dan lama-lama hubungan gue sama -seseorang-yang-gue-sebut-sahabat-itu merenggang. Di liat berdasarkan realita, itu juga kan yang terjadi sama RiFy? Stalkernya RiFy pasti tau banget gimana mentionannya RiFy jaman dulu.

Nah, terus, buat RFM junior (bukan maksud mengkotak-kotakkan RFM, menjadi senior dan junior. Tapi maksud gue disini adalah RFM baru yang masih muda) tolong berhenti membuat fakta palsu, atau menyebarkan fakta RiFy (distatus fb) yang belum jelas bener apa nggaknya. Telusuri dulu lah ya..
Dan....nggak usah terlalu nanggepin status haters lah, apalagi status yg sifatnya jadul. Wasting time gais, masih ada banyak prestasi Ify yang kayaknya bakal lebih seru kalau kita share ketimbang ngurusin haters (y)

Then, tolonglah... jangan mengkait-kaitkan Rio dalam kehidupan nyata Ify, ataupun sebaliknya, I mean, inget kasus pas Rio digosipin pacaran sama Kezia kan? Gue udah terserahlah kalian mau setuju atau nggak, suka atau nggak, tapi (dalam konteks sebagai RFM) jangan lah mengungkapkan 'ke-tidak-suka-an' kalian terhadap Kezia, dengan mengirimkan mention kepada Kezia atau pun Rio, dengan ngebawa-bawa nama Ify! Ada juga tuh yang sampe bilang, "...Rio itu cuman buat Ify." Dan parahnya, itu dimention ke Rio sama Ify. Please lah, itu namanya kalian sudah melanggar HAM orang lain, idola kalian sendiri.
Imbasnya nggak cuman ke kalian pribadi lho, tapi juga ke orang-orang yang tergabung dalam komunitas RFM, yang otomatis bakal dipandang negatif sama komunitas lain, dan juga mungkin..emm...RiFy.

LAST ONE! Soal Gibrant nih! Gue rada nggak ngerti yah, sama kalian yang ngakunya nggak suka sama Gibrant dan capek ribut sama Gibrant, tapi faktanya masih aja ngeladenin dia.
Abaikan ajalah segala status-status Gibrant yang menurut gue nggak penting karena ujung-ujungnya pasti ribet. Atau, make it simple, unfriend atau sekalian block aja dia biar statusnya nggak wara wiri di beranda kalian lagi. Daripada kepancing?
Gue, bukannya sok atau apanih yaa...koment gue distatus dia yang waktu itu bener-bener pertama kalinya dan hanya untuk sekali gue mampir. Karena apa? Gue udah cukup nyimpulin kalau debat sama dia itu buang-buang waktu. Makanya, karena gue udah bilang "gue nggak kenal dan nggak minat kenal sama lo (Gibrant)" disaat dia ngeadd gue, langsung gue tolak. Dan ternyata dia jadi pengikut fb gue, terserah sihyaaa....
Kalian ngata-ngatain Gibrant ini-itu, tapi difb masih ditemenin juga, malah ada yg koment sok manis ke Gibrant, main TOD lah. Ya mungkin kalian bermaksud baik, meminimalisir pertengkaran, tapi yang ada jatuhnya malah kayak plin plan, ga mature hahaa.
Gue itu, kalau udah ga suka, ga respect, dan nggak ngerasa cocok temenan sama seseorang, ya nggak bakal mau berakrab-akrab ria sama orang itu apapun alasannya. Daripada ujung-ujungnya malah perang status, ricuh lagi..ricuh lagi..ckckck
Apalagi gue tau dia pernah ngina (meskipun nggak mengaku haters) idola gue, rasanya tuh gue kayak orang munafik, temenan sama hatersnya idola gue sendiri. Karena apa? Gue ngaku nggak suka sama sikapnya yang suka ngina idola gue, tapi gue nya malah tetep temenan sama dia.

Okelah, gue cukup menyampaikan warning aja. Inti dari postingan ini adalah, pertama, tolong jaga sikap, berusahalah untuk lebih bisa menghargai dan menghormati privasi idola kita, kalau kalian mau mereka tetep respect sama komunitas kita. Kedua, jangan melibatkan Rio ataupun Ify dikehidupan pribadi (nyata0 mereka masing-masing. And finally, cukup deh ya ribut sama Gibrant. Rasanya tuh labil ribut lagi, kasus sama lagi, yang jadi musuh dia lagi dia lagi-_-
Okeydah, mau diterima unek-unek gue ini ya syukur, nggak terima juga...bukan masalah :)

#MUCHLOVE!


@Kania08_

Rabu, 12 Juni 2013

Akhiri Saja (Eksekusi Cinta Terlarang)

Tidak semua yang kau rencanakan akan berjalan sebagaimana mau-mu. Seperti apa yang telah kau rencanakan terhadap hubungan ini. Hubungan terlarang kita.
-Ify-

•••

“Sampai saatnya tiba, aku berjanji akan mengakhiri semua ini. Semua cinta tersembunyi yang kita jalani saat ini.”

Aku masih mengingat jelas ucapannya kala itu. Ucapan yang setidaknya mampu meyakinkah hatiku bahwa kisah yang kami jalani akan berakhir happy ending. Seperti yang kami harapkan, dan telah kami rencanakan, segala yang tadinya hanya menjadi ‘kisah’ kami berdua, akan kami tunjukkan pada semua.
Tapi, ternyata, semua hanya rencana. Begitu di lain waktu ia datang menemuikan dengan keadaan frustasi. Kemeja dengan dasi yang tak jelas bagaimana ikatanya. Matanya yang memerah, rambutnya yang berantakan, mungkin habis menjadi korban kedua tangannya.
Sebagai seseorang yang menyayanginya, tentu aku merasa iba melihatnya. Ikut sedih dan kasihan melihat kondisinya.

“Fy, maafkan aku.”

Aku yang tengah menggenggam keduanya, berharap dapat sedikit memberikan kekuatan dan ketenangan ditengah kegelisahannya mengernyit heran mendengar permintaan maafnya. Disudut hatiku yang lain ada perasaan tak nyaman menyelimuti. Pertanda buruk kah?

“Kau kenapa, Yo?”

Dia nampak memejamkan kedua matanya, kepalanya menggeleng. Dan entah mengapa tiba-tiba, setelah sepersekian detik menghembuskan nafas dengan kasar, ia justru memperbaiki raut wajahnya menjadi seperti biasa.
Sebenernya apa yang sedang mengisi pikirannya?

”Yo? Apa kau baik-baik saja?” Aku mengulang pertanyaan yang sama dalam format berbeda.

Dia berbalik menggenggam kedua tanganku, kemudian menciumnya mesra, seperti biasa.

”Lupakan. Maaf telah membuatmu cemas.”

Dalam kebingungan, aku mengangguk ragu. Ekspresi wajahnya yang meskipun sudah seperti biasa, lengkap dengan senyum memikatnya yang penuh pesona tetap tidak mampu membuatku yakin bahwa ia sedang baik-baik saja.

”Yo...”

Nada bicaraku terasa memohon. Berharap ia benar-benar mau sedikit lebih terbuka padaku, malam ini.

Dengan senyuman manisnya, ia menjawab. ”Tidak apa-apa Ify. Aku baik-baik saja. Maaf telah membuatmu cemas.” Ia segera menegakkan tubuhnya, dengan kilat ia mendaratkan sebuah kecupan pada keningku. ”Sebaiknya aku pulang. Maaf telah membuatmu bingung.”

Seolah tak membutuhkan jawaban dariku, ia segera berlalu menghampiri CRV silver yang terparkir diluar gerbang halaman rumahku.

•••

Kadang, yang terbaik dalam hidup ini adalah melepaskan sesuatu yang teramat kita sayang demi kebahagiaan kita. Daripada harus keukeh menjaganya, padahal kita sadar itu tidak mudah.
-Ify-


Alunan musik klasik yang memenuhi cafe ini tak cukup mampu untuk menulikan telingaku dari sederet kalimat yang dilontarkan oleh Sivia, sahabatku.

“Fy, lepaskan Rio. Mulailah mencari cinta yang lain.” Ucapan Sivia terdengar mendesak. Tak heran, karena ini adalah untuk kesekian kalinya ia berujar demikian. ”Bayangkan jika kau ada di posisi Alyssa. Tanpa kau tahu, dibelakangmu, pacar yang selama ini kau sayang ternyata menjalin cinta dengan wanita lain.”

”Lalu, apakah Alyssa bisa membayangkan jika dia ada diposisiku? Menjadi orang yang selalu di nomer dua kan?” Aku nampak puas ketika mampu membalikkan serangan Sivia dengan perkataanku, yang memang cukup ampuh untuk membungkam mulutnya.

Desah nafas Sivia yang terdengar putus asa dapat aku dengar. Dengan tatapan melembut, Sivia melanjutkan kalimatnya.

“Fy, dalam kisah ini, kau tidak bisa menghakimi Alyssa karena dia tidak bersalah.“

“Maksudmu, aku yang bersalah?”

Sivia menggeleng. ”Lebih tepatnya kalian. Kau dan Rio. Kalian dengan teganya menyakiti hati seorang gadis yang tidak tahu apa-apa.” Sivia mengangkat sebelah tangannya saat melihat mulutku yang hampir terbuka. ”Jangan menyelaku! Kau tahu Rio sudah berdua, dan Rio pun sadar itu. Tapi kalian nekat menjalin hubungan terlarang ini.” Sivia mengambil jeda, disesapnya teh hijau yang mulai berkurang panasnya. ”Kenapa kau meminta Alyssa membayangkan sedang berada diposisimu, sedangkan ia tak mengenalmu? Berbeda dengan kau, yang jelas tau betul siapa dia.”

”Vi...”

”Kau tahu betul, Ify. Perasaan wanita itu halus, mudah tersentuh dan mudah tersakiti. Tidakkah kau dapat membayangkan hal terburuk yang akan dialami Alyssa?”

Aku tercenung. Aku mungkin tidak bisa dikatakan sangat mengenal Alyssa. Tapi aku cukup tahu, bahwa gadis denga kursi roda yang menjadi penopang hidupnya itu berhati baik. Yah, baik. Berbeda dengan ku yang telah menerima ajakan kekasihnya untuk mendua. Aku memang jahat. Tapi Rio juga, kan?

”Dan kau pikir aku jahat? Lantas, bagaimana dengan Rio? Dengan mudahnya ia mengajakku menjalin hubungan ini, dan seolah melupakan bahwa ia telah memiliki kekasih.” Tanpa sadar nada ucapanku berubah sinis. Kenapa harus aku yang disalahkan?

”Lantas, bagaimana denganmu yang dengan mudahnya menerima ajakannya, dan melupakan kalau ia tak sendiri lagi?”

Skak!
Aku harus menjawab apa?

”Fy, aku sahabatmu. Aku menyayangimu sebagaimana aku menyayangi diriku sendiri.” Sivia menyodorkan Ice Vanilla Latte kepadaku, yang kusambut dengan cepat dan segera meminumnya. ”Entah kau sadar atau tidak. Tapi, pernah kah kau berpikir bahwa sebagai lelaki yang menjanjikan 'sesuatu' kepadamu, Rio tak cukup adil?” Aku menelaah maksud pertanyaan Sivia. ”Ketika ia sedang lelah dengan Alyssa, siapa orang yang pertama ia cari? Kau kan?” Aku mengangguk dalam diam. ”Dan kau selalu ada untuknya saat itu. Lalu, ketika kau mulai lelah melihat kemesraannya dengan Alyssa, dan kau membutuhkannya, apakah dia ada pada saat itu, untukmu?”

Tidak! Batinku menjawab tegas.
Justru gadis yang tengah menasehatiku saat inilah yang selalu bisa ku andalkan kapanpun.

Melihat aku yang tak berekspresi, Sivia meneruskan ucapannya. ”Lalu, pernahkah ia menjadikanmu pilihan pertama di antara 'kau dan Alyssa' se..kali..saja, dalam hidupnya.”

Dan kali ini aku refleks menggeleng. Tanpa bisa ku cegah, air mata yang telah menganak sungai dikelopak mataku perlahan berlomba-lomba melepaskan diri.

”Jadi, aku harus apa?” Tanyaku frustasi. Aku salah! Tapi bukan hanya aku yang salah. Tapi kenapa aku harus merasa paling berdosa?

”Lepaskan dia, Ify. Kau gadis yang baik --kecuali untuk masalah yang satu ini, karena kau tanpa sadar telah berusaha merebut apa yang bukan hakmu---”

”---Rio mencintaiku, Sivia! Mengapa kau mengatakan aku tak berhak atasnya?!” Selaku marah.

”Ify, apa yang memang menjadi hakmu pasti akan jatuh ke tanganmu tanpa harus kau merebutnya dari siapapun. Tuhan tidak pernah salah saat menurunkan rezeki kepada hamba-Nya. Pun termasuk apa yang menjadi hakmu dan yang bukan!” Ucap Sivia tegas.

Nada bicara Sivia yang tak terbantahkan membuat aku sadar, Sivia sedang marah, dan aku tak suka itu.”Maafkan aku.”

”Lupakan. Jadi, mau kah kau melepasnya untuk ketenangan dan kebahagiaan hidupmu?”

”Bantu aku, Sivia..”

Sivia nampak tersenyum lega saat menatapku. ”Tentu, Ify. Aku tak ingin kau semakin jauh terjatuh dalam jurang kesalahan. Cukup sampai disini kalian menyakiti hati Alyssa.”

•••

Wajahnya berseri bahagia. Senyum manis terukir dibibirnya, matanya pun nampak tak lepas memandangiku yang tengah menunduk.
Yah, aku memperhatikannya dalam diam. Meski kini ia ada disampingku.

“Mengapa kau tiba-tiba mengajakku bertemu? Apakah kau merindukanku?“ Nada bicaranya terdengar menggoda. Apakah nada bicara itu masih akan keluar ketika aku menyampaikan hasratku?

“Aku sangat merindukanmu.“ Jawabku seadanya.

“Aku juga. Seharian kemarin aku terlalu sibuk menemani Alyssa merawat kebun bunganya sampai-sampai aku melupakan gadisku yang cantik ini.“ Tawanya berderai, tangan kanannya mengacak halus puncak kepalaku.

Apa dia bilang? Melupakan aku?
Aku tertawa sinis. Segitu tidak pentingnya kah aku, sampai keasyikan merawat kebun bunga pun mampu menggeserku dalam ingatannya?

“Kau selalu melupakanku.“

Tawanya terhenti. “Hei! Mengapa kau jadi serius seperti ini? Kau ada masalah?“

“Jadi selama ini kau menganggapku tak pernah serius? Atau mungkin memang kau sendiri yang tak pernah serius denganku.” Ucapku mengabaikan pertanyaanya.

”Ify? Kau kenapa?”

”Lebih penting mana, aku? Atau Alyssa?”

”Kk..kau...”

Aku tertawa miris. ”Sepertinya kau bingung untuk menjawab. Kau ingin menjawab aku, tapi pada kenyataannya kau selalu mementingkan Alyssa. Kau ingin menjawab Alyssa, tapi kau takut menyakitiku. Begitukah isi hatimu?”

Aku dapat melihat, Rio mengepalkan kedua tangannya. Hal yang biasa ia lakukan ketika sedang berusaha meredam emosi.

”Bisakah kita membahas hal lain?” Pintanya datar.

Aku tersenyum kecut. Mengalihkan pembicaraan rupanya. ”Apa kau mencintaiku?”

Rio ternganga. ”Pertanyaan macam apa itu? Kau tahu jelas kalau aku mencintaimu. Kalau tidak, untuk apa aku memintamu menjadi kekasihmu?”

”Ralat. Kekasih gelapmu. Yah, aku hanya simpananmu kan?”

Rio meraih kedua bahuku. Mau tak mau membuatku menatap wajahnya yang mulai tak bersahabat. ”Sejak kapan kau mempermasalahkan hubungan ini?”

Aku melepaskan cengkramannya pada kedua bahuku. ”Sejak aku menyadari kalau kata cinta yang kau ucapkan hanya sekedar kata-kata belaka! Kau tak pernah sekalipun melakukan pembuktian kepadaku kalau kau benar-benar mencintaiku!” Seruku marah.

”Ify...”

”Maafkan aku Rio. Mungkin ini salahku karena terlalu nekat memaksa masuk kedalam hidup kau dan Alyssa. Mestinya aku sadar, kau bukan milikku. Aku tak berhak atasmu.”

”Apa maksudmu?!”

Aku memilih diam sebentar. Berusaha meredamkan emosi yang mulai mengumpul di ubun-ubun.

”Rio. Ini tidak akan adil, baik untukku, atau pun Alyssa. Kami sama-sama perempuan, dan aku rasa, aku...” Ah, mengapa menelan saliva pun terasa sulit untukku saat ini? ”Aku mungkin bisa membayangkan bagaimana perasaan Alyssa jika tahu kekasihnya mendua. Ini salah, Rio. Dan kesalahan ini harus segera diperbaiki.”

”Dengan mengakhiri hubungan kita? Begitu?”

”Apapun yang terbaik, akan ku lakukan.”

”Kau egosi!” Desisnya tajam.

Tidakkah kau sadar kalau kau juga egois, Mario?

”Kau tidak merasa egois, setelah kau memintaku menjadi kekasih (gelap) mu, dan melupakan Alyssa yang telah lebih dulu kau miliki?”

Rio terdiam. Baguslah. Mungkin dia sadar.

“Mulai lah hubungan yang baik dengannya. Jangan ulangi kesalahan yang pernah kau lakukan bersamaku. Meski tak mengenalnya, aku cukup tahu kalau dia baik.“ Ucapku lirih.

“Semudah itu kau melepaskanku? Mengakhiri semuanya?“

Aku mengerjap. “Aku tak ingin menyakiti hatiku lebih lama lagi, dan aku tak ingin membuat Alyssa terluka lebih jauh lagi. Biarkan aku memilih apa yang ingin aku pilih. Untuk kita semua.“

“Semudah itu?“ Rio masih mengulang pertanyaan yang sama.

“Jangan kau pikir semudah itu, Rio. Sedangkan kau tahu, apa yang telah kita lewati bersama selama ini tidaklah mudah. Kau pernah berusaha mengikhlaskan benda atau apapun kesayanganmu yang tiba-tiba menghilang? Tiada lagi.“

Rio tak menjawab. Tapi aku yakin jawabannya, iya!
Karena bulan lalu, ia sangat bersedih ketika kucing kesayangannya menghilang ditaman kota. Sampai detik ini belum ditemukan.

“Tidak mudah kan? Akupun begitu. Tapi yang harus kau pelajari, cinta tak melulu soal memiliki, atau saling berbagi. Tapi juga keikhlasan. Ikhlas ketika sesuatu atau seseorang yang kita cinta pergi menjauh dari kita, apapun alasannya.“ Aku menepuk pundaknya sekali. “Percayalah, tidak mudah bagiku menyudahi semua ini.“

Cukup. Tidak perlu aku memperpanjang drama perpisahan kisah cinta ini. Cukup sampai disini. Aku harus segera beranjak meninggalkan tempat ini. Meninggalkannya, dan semua kenangan yang pernah ada diantara kami.
Eksekusi cinta yang telah aku selesaikan hari ini akan ku jadikan pelajaran dikisah percintaanku mendatang.

Finish!

----

Yeayyyy!!! Nia punya yg baru nih..ahaha sebenernya judulnya rada freaky dan absurd ya, kesannya berat gitu padahal... Ya gue bingung sih mau kasih judul apaan, tapi buat kalian yg ga bingung buat berkomentar ya silahkan (?) Ahahahaa
FYI! Ini terinspirasi dari lagu TAKUT nya Yuna jadi kalau rada ga ngeh sama ceritanya, buruan cari lagunya dan dengarkan yahhh^^




@Kania08_

Sabtu, 01 Juni 2013

(Menjadi) Seutuhnya

Ketika mata melihat, tangan menggenggam, dan hati merasakan. Saat itu pula lah, aku merasa kau milikku.
Yang ditakdirkan untuk menyelami luasnya samudera kehidupan bersamaku. Mendaki gunung-gunung kehidupan yang begitu tinggi menjulang. Ah, aku yakin, apapun yang terjadi, semua akan terasa sama, menyenangkan, jika ku lewati bersamamu.

“Tahu tidak? aku merasa, Tuhan terlalu baik padaku.”

Aku mengernyit mendengar ucapannya. Seolah memahami mimik tak mengerti diwajahku, ia kembali bersuara.

”Kehidupan yang serba cukup, bahagia, itu semestinya sudah cukup menjadi alasan untuk aku selalu bersyukur, kan?” Ucapnya seolah bertanya. Aku mengangguk bingung. ”Tapi ternyata aku salah. Rasa syukurku tak cukup sampai disitu.”

Aku menyingkirkan poni yang terasa mengganggu diujung mataku. ”Aku tidak mengerti apa maksudmu.” Ungkapku jujur.

Ia tertawa kecil. Tangan kanannya bergerak halus menyusuri rambut coklat sebahu-ku. ”Kamu. Kamu adalah alasan lain mengapa aku patut bersyukur. Hadirmu membuat aku tahu, bahwa mencintai itu seperti ini. Saat aku mengenalmu, memilikimu,”

Benarkah? Jika memang seperti itu, kapankah ia akan membuat hubungan ini memiliki suatu kejelasan yang lebih pasti. Dimana aku tak perlu merasa takut akan kehilangannya, karena sepenuhnya, aku telah memilikinya. Seutuhnya!

”Apa kamu tidak ingin menyampaikan sesuatu?” Tanya nya memecah keheningan.

Aku terdiam, bingung.
Haruskah aku yang memulainya? Memancing agar ia mengerti bahwa aku ingin dia memintaku menjadi miliknya, seutuhnya.

”Apa kamu tidak memiliki permintaan kepadaku?” Aku menggeleng dalam diam. ”Satu pun?” Aku mengangguk ragu.

Hela nafasnya terdengar sampai ke telingaku. Entah mengapa, aku merasa sesuatu yang besar akan terjadi sesaat lagi. Tapi apa? Bukan keinginannya untuk memintaku pergi dari kehidupannya, kan?

Ah sial! Tiba-tiba, percakapan beberapa staf kantornya semalam--yang ku dapat dengan curi-curi dengar, mengisi otakku.
Prihal asistant pribadi baru-nya yang sangat cantik, seksi, menawan. Tentunya, membuat semua mata pria tak berhenti memujanya.
Ada kemungkinan kalau ia akan merasakan hal yang sama seperti para pegawainya, kan?

Aku merapatkan kedua mataku, kemudian menggeleng cepat.
Tidak, Ify! Tidak ada pikiran kotor semacam itu. Bukankah kau membangun hubungan ini dengan cinta dan kepercayaan? Lantas, mengapa kau justru meragukan kesetiannya?

”Kau kenapa, Ify? Apakah ada yang mengganggu pikiranmu?”

Pemuda didepanku ini bertanya dengan nada panik. Membuat aku merasa bersalah, karena telah berpikiran buruk terhadapnya.

”Tidak, Rio. Aku baik-baik saja.” Jawabku menenangkan.

Rio mendesah lega. Kemudian, ia meraih tanganku, dan menuntunku menuju pinggir pantai yang tersapu ombak.

”Kalau kau tak memiliki permintaan kepadaku, bolehkah aku meminta satu permintaan padamu?”

Apa yang akan ia minta kepadaku?
Bukankah dia telah memilikiku? Ah, belum seutuhnya memang. Tapi, apalagi yang ingin ia minta dariku?

”Bo..boleh.”

Ia berbalik menatapku. Mengeratkan genggaman tangannya padaku, dengan tatapan mata menghujam, namun lembut.

”Mau kah kau menikah denganku? Menemaniku menjalani sisa hidupku, dengan menjadi milikku, seutuhnya?”

Aku terdiam dengan mulut setengah terbuka.
Tuhan, benarkah yang ku dengar?

”Rio...”

”Ya, aku?”

”Kau?”


Aku masih belum begitu yakin dengan pendengaranku. Bahkan disaat kedua mataku menangkap gurat serius diwajahnya pun, keragu-raguan itu masih menyelimutiku. Hingga akhirnya ia berlutut didepanku, dengan masih tetap menggenggam tanganku.
Ah, apalagi yang akan ia lakukan?
Dengan tiba-tiba ia melepaskan genggamannya ditangan kiriku, kemudian mengarahkannya menuju saku celana.
Tak sampai 2 menit berkutat dengan saku celananya, ia mengeluarkan tangannya yang nampak terkatup rapat. Dan kemudian..

”Ify Alyssa, will you marry me?”

----

Yeayyy!!!! Ini something gaje yg gatau apa namanya. Cerpen? Flashfiction? Atau apasih? Gue gapaham'-'
Intinya gue lagi kangen nulis gitu, jadi tadi malam, ditengah kegalauan *hasekkk* gue melakukan sesuatu (?) finally jadi deh yang beginian. Rada absurd gasih?
Kata-katanya baku banget yah? Haha kesannya ga Nia banget gitu u.u
Abis ceritanya ini RiFy usia dewasa *okay, ini gada hub.nya*

Buat yang ingin mengkritik? Silahkan! Gue terbuka kok hahaa




Cheers!

@Kania08_