Sabtu, 01 Juni 2013

(Menjadi) Seutuhnya

Ketika mata melihat, tangan menggenggam, dan hati merasakan. Saat itu pula lah, aku merasa kau milikku.
Yang ditakdirkan untuk menyelami luasnya samudera kehidupan bersamaku. Mendaki gunung-gunung kehidupan yang begitu tinggi menjulang. Ah, aku yakin, apapun yang terjadi, semua akan terasa sama, menyenangkan, jika ku lewati bersamamu.

“Tahu tidak? aku merasa, Tuhan terlalu baik padaku.”

Aku mengernyit mendengar ucapannya. Seolah memahami mimik tak mengerti diwajahku, ia kembali bersuara.

”Kehidupan yang serba cukup, bahagia, itu semestinya sudah cukup menjadi alasan untuk aku selalu bersyukur, kan?” Ucapnya seolah bertanya. Aku mengangguk bingung. ”Tapi ternyata aku salah. Rasa syukurku tak cukup sampai disitu.”

Aku menyingkirkan poni yang terasa mengganggu diujung mataku. ”Aku tidak mengerti apa maksudmu.” Ungkapku jujur.

Ia tertawa kecil. Tangan kanannya bergerak halus menyusuri rambut coklat sebahu-ku. ”Kamu. Kamu adalah alasan lain mengapa aku patut bersyukur. Hadirmu membuat aku tahu, bahwa mencintai itu seperti ini. Saat aku mengenalmu, memilikimu,”

Benarkah? Jika memang seperti itu, kapankah ia akan membuat hubungan ini memiliki suatu kejelasan yang lebih pasti. Dimana aku tak perlu merasa takut akan kehilangannya, karena sepenuhnya, aku telah memilikinya. Seutuhnya!

”Apa kamu tidak ingin menyampaikan sesuatu?” Tanya nya memecah keheningan.

Aku terdiam, bingung.
Haruskah aku yang memulainya? Memancing agar ia mengerti bahwa aku ingin dia memintaku menjadi miliknya, seutuhnya.

”Apa kamu tidak memiliki permintaan kepadaku?” Aku menggeleng dalam diam. ”Satu pun?” Aku mengangguk ragu.

Hela nafasnya terdengar sampai ke telingaku. Entah mengapa, aku merasa sesuatu yang besar akan terjadi sesaat lagi. Tapi apa? Bukan keinginannya untuk memintaku pergi dari kehidupannya, kan?

Ah sial! Tiba-tiba, percakapan beberapa staf kantornya semalam--yang ku dapat dengan curi-curi dengar, mengisi otakku.
Prihal asistant pribadi baru-nya yang sangat cantik, seksi, menawan. Tentunya, membuat semua mata pria tak berhenti memujanya.
Ada kemungkinan kalau ia akan merasakan hal yang sama seperti para pegawainya, kan?

Aku merapatkan kedua mataku, kemudian menggeleng cepat.
Tidak, Ify! Tidak ada pikiran kotor semacam itu. Bukankah kau membangun hubungan ini dengan cinta dan kepercayaan? Lantas, mengapa kau justru meragukan kesetiannya?

”Kau kenapa, Ify? Apakah ada yang mengganggu pikiranmu?”

Pemuda didepanku ini bertanya dengan nada panik. Membuat aku merasa bersalah, karena telah berpikiran buruk terhadapnya.

”Tidak, Rio. Aku baik-baik saja.” Jawabku menenangkan.

Rio mendesah lega. Kemudian, ia meraih tanganku, dan menuntunku menuju pinggir pantai yang tersapu ombak.

”Kalau kau tak memiliki permintaan kepadaku, bolehkah aku meminta satu permintaan padamu?”

Apa yang akan ia minta kepadaku?
Bukankah dia telah memilikiku? Ah, belum seutuhnya memang. Tapi, apalagi yang ingin ia minta dariku?

”Bo..boleh.”

Ia berbalik menatapku. Mengeratkan genggaman tangannya padaku, dengan tatapan mata menghujam, namun lembut.

”Mau kah kau menikah denganku? Menemaniku menjalani sisa hidupku, dengan menjadi milikku, seutuhnya?”

Aku terdiam dengan mulut setengah terbuka.
Tuhan, benarkah yang ku dengar?

”Rio...”

”Ya, aku?”

”Kau?”


Aku masih belum begitu yakin dengan pendengaranku. Bahkan disaat kedua mataku menangkap gurat serius diwajahnya pun, keragu-raguan itu masih menyelimutiku. Hingga akhirnya ia berlutut didepanku, dengan masih tetap menggenggam tanganku.
Ah, apalagi yang akan ia lakukan?
Dengan tiba-tiba ia melepaskan genggamannya ditangan kiriku, kemudian mengarahkannya menuju saku celana.
Tak sampai 2 menit berkutat dengan saku celananya, ia mengeluarkan tangannya yang nampak terkatup rapat. Dan kemudian..

”Ify Alyssa, will you marry me?”

----

Yeayyy!!!! Ini something gaje yg gatau apa namanya. Cerpen? Flashfiction? Atau apasih? Gue gapaham'-'
Intinya gue lagi kangen nulis gitu, jadi tadi malam, ditengah kegalauan *hasekkk* gue melakukan sesuatu (?) finally jadi deh yang beginian. Rada absurd gasih?
Kata-katanya baku banget yah? Haha kesannya ga Nia banget gitu u.u
Abis ceritanya ini RiFy usia dewasa *okay, ini gada hub.nya*

Buat yang ingin mengkritik? Silahkan! Gue terbuka kok hahaa




Cheers!

@Kania08_

0 komentar:

Posting Komentar