Selasa, 20 Desember 2011

"_With Love Part 25_"


=====

Part 25

...

Seminggu telah berlalu. Masa-masa menegangkan dimana para siswa/i -kelas 3- Harapan Bangsa harus berperang dengan banyaknya soal yang tentu saja sangat menentukan masa depan mereka selanjutnya, telah mereka lewati. Beruntung saat-saat itu bisa dilalui Ify, Agni, Rio dan Cakka dengan -lumayan- lancar. Ya meskipun tidak 100% yakin kalau jawaban mereka benar seluruhnya, tapi setidaknya mereka cukup percaya diri kalau perjuangan mereka kemarin akan mengantarkan mereka pada gerbang kelulusan.
Kini semua perasaan takut yang menyelimuti mereka lenyap lah sudah. Berganti dengan rasa tidak sabar, akan hasil yang mereka peroleh.

Kalau rata-rata anak kelas 3 yang baru saja bisa mengikuti ujian bisa bersantai ria, hal berbeda justru harus dihadapi Rio, Ify dan beberapa panitia Pensi lainnya. Mereka mulai disibukkan dengan rapat perampungan rencana, untuk kembali membahas apa yang pernah mereka diskusikan sebelum ujian.

Seperti siang ini, disaat Cakka dan Agni asyik berkencan dengan bola basket mereka, Rio, Ify beserta panitia pensi lainnya -termasuk Riko dan Shilla- harus berkumpul di ruang OSIS dengan setengah hati. Gimana nggak setengah hati? Teman-teman yang lain diberi kebebasan untuk melakukan apa saja, dengan catatan tidak mengganggu adik kelas yang sedang belajar. Tapi mereka, justru harus kembali membahas pensi, pensi dan pensi. Membosankan...

"Okay, jadi mungkin emang lebih baik kalau pensinya digabungin aja sama acara perpisahan, prom night dan segala macemnya itu deh." ujar Rio mengambil keputusan, selaku ketua pensi.

"Tapi gimana ngadaiinnya? Dijadiin dalam satu hari semua? Pensi, perpisahan, prom night, belum lagi class meeting kan nggak akan bisa selese dalam satu hari, Yo?" tanya Zevana -salah satu anggota panitia pensi-  panjang lebar. Maklum, gadis manis bertubuh tinggi tersebut memang terkenal cerewet dan selalu bertanya dengan panjang lebar. Kalau menurut dia sih, "gue bukan cerewet, tapi kritis!" dan kritis itu pertanda pintar..

"Ya nggak mesti dijadiin satu hari lah, Va.. Gila aja kalau kayak gitu, tepar lah kita semua." celetuk Riko diangguki teman-teman yang lainnya.

Zevana mengangguk kecil, "So?"

"Emm gini, biar pensi, acara perpisahan sama prom night kita selesein dalam satu hari. Terus class meeting nya kita adain 3 hari sebelum acara 'akbar' -pensi, perpisahan, dan prom night- dilaksanain." jelas Rio "jadi gini, ntar di hari akbar itu siangnya kita adain pertunjukan seni yang emang udah ada didaftar, terus prom night ama perpisahan kita laksanain pas malam."

"Seharian, Yo?" tanya Ify kaget. Pasti sangat melelahkan, pikirnya. Rio mengangguk, mengiyakan. "capek dong?" tanya Ify setengah mengeluh.

"Iya, Yo. Apa itu nggak terlalu memforsir stamina kita? Gila aja, seharian kita ngurusin acara kayak gitu, pasti capek banget deh," tambah Shilla.

"‎​Yang ada ntar bukannya have fun karena acaranya, kita malah tepar gara-gara kecapean.." ujar Riko.

Rio mendengus, "gini yah, guys.. Kita kerja, kan bareng-bareng, pasti semuanya jadi lebih ringan. Lagian, konsepnya kan sama..jadi, soal tata panggung dan dekorasi lainnya nggak ada yang perlu dirubah."

"Lah, tapi kan pas pensi banyak wali murid yang hadir, Yo, otomatis kita nyediain kursi kan?" seloroh Rizky, Rio mengangguk "nah masa iya, pas malam perpisahan sama promnya tu kursi dibiarin disitu-situ aja? Kan jadi nggak enak?"

Semua diam. Memang benar yang dikatakan Rizky. Acara pensi, perpisahan, dan prom night memang satu konsep tapi tetap saja akan berbeda. Karena acara pensi akan dihadiri para wali murid -yang sudah tentu membutuhkan banyak kursi untuk para  undangan-, sedangkan perpisahan dan prom -semestinya prom hanya dihadiri para murid dan beberapa guru yang menjaga- hanya akan dihadiri para guru dan murid-murid. Yang mungkin perlu menyediakan kursi secukupnya saja.

"Gini deh, gimana kalau acara pensi kita adain dilapangan tengah aja, nah acara perpisahan sama promnya di aula sekolah?" ujar Ify memberi usul.

Zevana mengeluh tak setuju, "kita mesti nyiapin dua tempat dong, Fy.. Nggak ah, kan ribet."

"Nggak akan ribet. Kan yang diperluin buat pensi cuman panggung sama beberapa sound system beserta kelengkapan alat manggung eh sama kursi tamu juga deh, sedangkan acara malamnya kita cuman merluin panggung kecil sama ngedekor ruangannya dikit," jelas Ify "nah, kita kan juga bisa minta bantuan temen-temen. Pasti mereka mau kok, demi kelancaran acara bersama ini."

Semua mengangguk pelan, cukup setuju dengan pendapat Ify. Mau tak mau, Zevana pun ikut mengangguk.

"Iya deh," ujarnya.

Rio menghela nafas lega, "hufftt..oke setuju semuanya?" tanya Rio, semua kembali mengangguk. "Sipp, kalau gitu ntar kita tinggal mulai kerja. Soal class meeting, tenang aja. Gue udah minta bantuan anak-anak OSIS bidang olahraga buat ikut andil kok, jadi tugas kita-kita paling cuman jadi juri."

"Beneran, Yo?" tanya Zevana semangat.

Rio tersenyum, "ya gitu sih rencananya. Soalnya gue kasian sama lo semua, kita berenam disuruh ngehandle proyek segini besarnya. Mana bisa lah.."

"Kalau soal acara 'akbar' nya? Kita berenam doang atau dibantu yang lain juga nih?" Shilla bertanya.

Rio menggeleng, "seperti kata Ify, biar nggak ribet, kita minta bantuan temen-temen kelas 3."

Semua tersenyum lega, rapat terakhir benar-benar selesai. Dan selanjutnya, mereka hanya perlu menjaga stamina agar tidak kelelahan melewati minggu berikutnya yang akan menyita banyak waktu mereka.

"Oke guys, rapat selesai. Kalian boleh pulang."

Zevana dan Rizky yang memang berencana pulaang bareng segera berlalu meninggalkan ruangan tersebut. Menyisakan Rio, Ify, Shilla dan Riko yang masih sibuk merapikan peralatan tulis mereka.

"Shill, ntar pulang bareng aku nggak?" tanya Riko ditengah-tengah keheningan mereka berempat. Shilla yang sedang menutup pulpennya menatap Riko dan mengangguk sekilas.

"Iya dong,"

Rio dan Ify yang sempat tersentak mendengar pertanyaan bernada ajakan yang dilontarkan Riko kepada Shilla, kembali terkejut saat melihat anggukan gadis cantik tersebut.

Dengan perlahan, Ify sedikit mendekatkan tubuhnya pada Rio. Dan memposisikan bibirnya tepat disamping telinga Rio, "Sstt..ssttt, Yo? Sesuatu nggak? Mereka mau pulang bareng." bisik Ify pelan, tepat disebelah kuping kanan Rio.

Rio merasakan hembusan nafas Ify yang menyentuh kulit pipinya. Bulu kuduknya berdiri, mendadak tubuhnya terasa kaku ditempat. Apalagi, nafas Ify juga -pastinya- menerjang daun telinga Rio yang cukup sensitif. Rio meringis dalam hati, kenapa tiba-tiba gugup seperti ini?

"Yo? Yo?" bisik Ify agak keras. Rio yang terpaku mengerjapkan kedua matanya dan memutar kepalanya hingga tepat berhadapan dengan paras cantik Ify. Rio menelan ludah, jarak yang teramat dekat.

"Ekhemm.. Ekhemmm.." Shilla berdehem keras, sambil mengelus-elus lehernya.

"Aduh aduhh, kamu kenapa Shill? Batuk yah? Kok batuk sih?" tanya Riko seolah-olah panik, kedua matanya memicing menggoda kearah Rio dan Ify yang kompak menunduk.

Dengan senyum jahilnya, Shilla beranjak mendekati Rio dan Ify.

"Hayooo!! Ngapain tadi liat-liatan? Hahhh? Langsung salting lagi, ahahaa." godanya setengah tertawa.

Riko ikut mendekati Rio dan Ify, kemudian berdiri disamping Shilla dan merangkul santai pundak kekasihnya tersebut.

"Mana pake bisik-bisikan segala lagi, ayo ngomongin apa coba?" tambah Riko menggoda. Ia dan Shilla sama-sama terkikik melihat rona malu-malu yang menyembul dari balik pipi putih Ify. Sedangkan Rio, buru-buru menutupkan pulpennya dan bersiap pergi.

"Lo berdua kali, apaan coba mau pulang bareng segala? Pake rangkul-rangkulan lagi," balas Rio menutupi kegugupannya.

"Elo cemburu?" tanya Shilla santai, ia sedikit melirik ke arah Ify. Bermaksud untuk kembali menggoda 'teman baru' nya tersebut.

"Tau, nih.. Cemburu yah?" tanya Riko ikut menggoda.

Ify hanya melengos sebal, kemudian meraih handphonenya dan memasukkannya kedalam saku seragam sekolahnya. Mukanya terlihat kesal.

"Ap..apaan sih, nggak!" bantah Rio cepat "gue kan cuman nanya, ya kan, Fy?" tanya Rio pada Ify -setelah sebelumnya menyikut refleks lengan Ify- meminta persetujuan. Ify mengangguk acuh.

Shilla dan Riko sama-sama menahan tawa melihat perubahan raut wajah Ify.

"Jangan takut, Fy. Kita udah jadian kok, ahahaa." ucap Riko menggoda, Ify membesarkan kedua matanya tanpa sengaja "kita duluan yah, bye!" pamit Riko seraya membimbing Shilla untuk melangkah bersamanya.

"Duluan, Yo.. Fy!" pamit Shilla "Lebih baik cepet-cepet jadian deh!" serunya dari jauh.

Mendengar seruan yang lebih bersifat sebuah saran -suruhan-, sontak membuat Rio dan Ify bertukar pandang, detik berikutnya mereka sama-sama tertawa kecil dengan canggung.

"Eh emm, Yo.. Gue..gue duluan yah, bye!" pamit Ify, yang segera berlari meninggalkan Rio seorang diri.

Rio mendesah. Kapan keberanian itu muncul? Kapan hatinya benar-benar siap menyatakan perasaan terpendam yang kian hari semakin nyata?

"Huhhh.. Rio.. Rio.. Cuman nembak Ify aja, gak bisa-bisa," keluhnya pada diri sendiri.

.. .. ..

Suasana kantin siang ini cukup sepi. Mayoritas pengunjungnya adalah siswa/i kelas 1 dan 2, hanya ada segelintir siswa/i kelas 3 yang mengisi bangku kantin saat ini, tidak banyak. Maklum, rata-rata anak kelas 3 menghabiskan waktu di kantin saat jam bebas -yang hanya diberikan kepada murid kelas 3-, yang sama dengan artinya jam belajar bagi murid-murid kelas 1 dan 2.

Tukk.. Ray dan Lintar sama-sama meletakkan sebuah baki berisi 2 porsi makanan dan 2 gelas minuman -yang masing-masing mengisi baki mereka-, di meja tempat Oliv dan Nova menunggu mereka. Kedua gadis yang tadinya asyik mengobrol lantas menyuguhkan seulas senyum penuh terima kasih kepada kekasih mereka tersebut.

"Makasih!!!" seru Oliv dan Nova bersamaan. Keduanya segera meraih pesanan mereka dan bersiap untuk menyantapnya.

Lintar berdecak kecil, "ckckckk, kalian kelaperan pake banget yah? Segitunya nyambut tu makanan." ujarnya, seraya menghempaskan tubuh kurusnya disamping Ray.

"Tau nih," tambah Ray.

Yang ditanya hanya menyeringai lebar sambil tetap melanjutkan suap demi suap makanan mereka.

Glekk.. Oliv meneguk minumannya dengan buru-buru ketika teringat sesuatu tentang Ray. Mumpung inget, ntar kalau lupa nggak bakalan ketanya-tanya deh, pikirnya.

"Eumm, Ray.."

Ray langsung menghentikan makannya, dan menatap Oliv, "ya?"

"Festival yang pengen kamu ikutin itu gimana?"

"Ohh itu, ya--"

"Elo ikut festival, Ray?"

"Festival apaan?" tanya Nova dan Lintar nyaris bersamaan, memotong jawaban Ray.

"Emang lo berdua belum tau?" tanya Oliv, Nova dan Lintar kompak menggeleng "jadi, Ray rencananya mau ikutan festival drum yang diadain sama salah satu universitas swasta gitu." sambungnya.

Lintar membulatkan mulutnya, setelah menelan habis sesendok nasi goreng miliknya. Sedangkan Nova mengangguk paham.

"Kirain festival yang pawai itu," celetuk Nova polos.

"Enak aja, lo pikir gue anak TK apa?!" sungut Ray tak terima, Oliv terkikik pelan.

"Ya secara status, elo emang bukan anak TK Ray, tapi secara postur tubuh..." Lintar berdiri, memasang gaya seolah-olah tengah meneliti penampilan Ray dari atas ke bawah. "Lo TK banget." sambungnya santai.

Tuinggg..dengan pelan sendok ditangan Ray mendarat di tempurung kepala Lintar. Membuat lelaki hitam manis tersebut meringis kecil sambil memegangi kepalanya.

"Hehh, tolong yah, sesama pendek jangan saling hina!"

"Ahahaa, udah-udah," lerai Oliv "jadi, festivalnya kapan?"

"Seminggu lagi, nonton yah.." pinta Ray, dengan memasang tampang imutnya.

"Pasti dong!" seru Nova dan Lintar kompak.

"Idihh, siapa yang minta lo berdua, gue minta ke Oliv yah."

"Biarin!" cibir Nova dan Lintar, yang lagi-lagi bersamaan.

.. .. ..

Sehari setelah Rio dan kawan-kawan melakukan rapat, mereka mulai segera beraksi menjalankan tugas.

2 hari setelahnya, lapangan siap, peralatan lomba -nomer urut peserta, net untuk voli, dan lain sebagainya-, serta meja dewan juri juga telah siap. Setelah memastikan semuanya aman, Rio pun berjalan menghampiri Ify yang sedang sibuk membagikan minuman kaleng dingin kepada teman-temannya.

Waduh, tinggal satu, Ify memandangi sekaleng minuman dingin ditangannya dengan bingung. Minuman tinggal satu, tapi selain dirinya sendiri, masih ada satu orang lagi yang belum mendapatkan jatah minum.

Fy, minuman gue mana? tanya Rio setelah sebelumnya menyempatkan diri untuk mendaratkan sebuah tepukan ringan dibahu Ify.

Gadis yang sebelumnya asyik menatap bingung pada minuman kaleng ditangannya, lantas mendelik kesal dengan kening berkerut.

Apaan, sih?! tanyanya ketus.

Rio menelan ludah, "yaelah, galak amat neng. Jatah minum gue mana? Haus nih.. pintanya dengan tangan menengadah.

Ify berdecak kesal, dan buru-buru menyodorkan minuman ditangannya. Nih..

Nggak ikhlas amat, Rio mencibir. Setelah itu ia langsung membuka kaleng minuman, dan menenggak isinya. "Elo nggak minum?" tanya nya.

Ify menggeleng, nggak haus..

Iya?

Ify mengangguk dan menggumam pelan. Hem...
Dalam hati Ify membathin jengkel. Hawa panas, dari tadi kerja, dan belum minum. Ditanya minum apa nggak, dan dijawab "nggak haus" Rio malah percaya. Nggak peka amat, mana ada sih, orang yang tahan kerja dalam waktu lama tanpa minum.

Rio memperhatikan sekeliling Ify, lebih tepatnya disekitar kanan dan kiri Ify. Tak sebuah pun ditemukannya kaleng atau botol minuman. Dengan heran Rio membathin, masa' iya Ify nggak haus? Secara daritadi dia sibuk kerja dan menurut se-penglihatannya sih, Ify belum minum seteguk pun.

Nih.. Rio menyodorkan minuman miliknya kepada Ify. "Ambil.. suruhnya, saat tak mendapat respon dari Ify.

Apaan?

Rio menarik tangan Ify dan memindah tangankan minumannuya kepada Ify.

Nggak usah belagak nggak haus deh,

Lo nyuruh gue minum bekas punya lo, gitu? tanya Ify -agak- nyolot. Yang bener aja, masa bekas?

Iyalah, kenapa emangnya?

Masa' bekas?

Rio melayangkan sebuah toyoran pada kepala Ify. Yee..lo pikir gue penyakitan? Udah minum, bentar lagi mendung. Lo nggak mau gue anter pulang?

Eh iya, iya..

Dengan ragu Ify menenggak minuman -bekas- Rio tersebut, tanpa sisa. Sedangkan Rio hanya menatap Ify dengan mata melotot. Karena, minuman tersebut baru diminum olehnya sedikit dan sekarang....habis tanpa sisa.

Nih, Ify meletakkan kaleng kosong ditangannya dalam genggaman Rio. Rio masih menatap 'shock' ke arah Ify. "Ayo, pulang!" sambung Ify mengajak, dengan semangat. Rio? Dia hanya menurut pasrah sambil mengguncang-guncang kaleng minuman ditangannya. Benar-benar kosong...


Ditempat lain...

Seorang gadis cantik, berambut panjang terlihat fokus menatap ke satu titik. Titik dimana 'pangeran' hatinya sedang sibuk memasang net voli dengan temannya yang lain.
Dari jauh, 'pangeran' nya tersenyum. Kemudian, setelah memastikan kerjaannya selesai, ia melangkah menghampiri gadis yang masih setia menunggunya.

Sorry yah, Shill..lama..

Shilla menggeleng tak masalah. Nggak papa, kok. ujarnya, sambil menyeka keringat yang mengalir di kening Riko.

Riko tersenyum manis, ia mengulurkan tangan manisnya yang segera disambut oleh Shilla. Keduanya pun berjalan beriringan dengan tangan saling mengenggam.

Jadi...hari ini mau ditemenin kemana? tanya Riko.

Shilla menggeleng, nggak ada rencana, lagian aku capek banget. Jalan-jalannya setelah event sekolah selesai aja yah..

Setuju!

Dan keduanya pun terus melangkah, saling menggenggam tangan dengan erat, seerat keduanya menggenggam cinta mereka. Dalam diam, tanpa berucap. Namun saling menebar senyum ceria.

.. .. ..

Suara berisik yang teramat mengganggu membuat Agni semakin memijat kepalanya dengan kuat. Rasa sakit dikepalanya semakin bertambah ketika mendengar suara gedebak gedebuk hasil dari perbuatan Ray. Siapa lagi pelakunya kalau bukan dia? Apalagi dalam waktu dekat, sepupunya tersebut akan mengikuti festival drum yang memang sejak dulu sangat ingin diikutinya.

"Raynald!!! Berisik! Bisa diem nggak sih, lo?!" teriak Agni dari kamarnya.

Beberapa menit kemudian, kepala berambut gondrong telah menyembul dari balik pintu kamar Agni yang tak terkunci.

"Ehehe..sorry kak." Ray mengacungkan kedua jari telunjuk dan tengahnya. "Maklumin dong, kan bentar lagi gue performe, butuh latihan ekstra keras biar gue bisa menang ntar..."

Agni berdecak kesal. Bukan tak ingin memaklumi, tapi rasa sakit di kepalanya membuat ia susah untuk di ajak berkompromi.

"Gue lagi migran, gondrong..." ucap Agni gemas.

"Yah, kak..minum obat lah~"

"Obatnya abis!"

"Beli.."

Agni melengos, "ogah elo aja sono, gue lagi sakit disuruh pergi."

Ray mendengus sebal sambil sedikit menghentakkan kakinya. "Ya udah, diem lo disitu!"

Agni melongok mendengar ucapan Ray. Itu anak maksudnya apaan deh? Mau ngebeliin obat buat dia, atau apasih?
Tak ingin ambil pusing, setelah sebelumnya menghembuskan nafas lega, Agni kembali membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur dan mulai memejamkan kedua matanya.

.. .. ..

Tapi aku malu~
Ku malu-malu tapi mau~
Sungguh-sungguh aku malu~
Merona merah pipi ku~

Ify senyum-senyum sendiri saat mendengar lagu 'malu-malu tapi mau' yang dibawa kan oleh Echa Mamamia tersebut. Sekilas terlintas wajah Rio yang tengah tersenyum manis kepadanya. Harus ia akui, semakin hari perasaannya pada Rio semakin besar. Dan dalam hati kecilnya, ia sangat berharap Rio pun memiliki rasa yang sama kepada nya. Tingkah Rio memang sudah menunjuk kan kalau pria tersebut 'any feeling' pada Ify. Tapi tetap saja, kalau tidak ada pengakuan, semua tingkah laku Rio -yang menunjuk kan kalau dia menyukai Ify- hanya akan menjadi tanda tanya besar dalam benak gadis tersebut.

"Hahh..ribet emang, masa gue naksir sama cowok model Rio, sih? Orangnya songong, nggak peka..hufttt."

Ify bergumam sendiri sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di atas meja. Ia masih asyik menikmati lagu yang mengalun dari mp3 nya, lagu 'malu-malu tapi mau' itu.

Tapi aku malu~
Ku malu-malu tapi mau~
Tuhan tolong lah diriku~
Buat lah dia jatuh cinta padaku..itu pintaku~

"Aminnn..."

Tanpa sadar, Ify malah mengamini lirik terakhir dalam lagu tersebut.

"Apanya yang amin?" tanya Oliv, yang tanpa permisi langsung masuk ke dalam kamar Ify.

"Ya ampun, Oliv! Ketuk dulu kek sebelum masuk, bikin kaget aja."

Oliv melengos, "salah lo sendiri, kak..kamar lo kan nggak di kunci, nggak di tutup juga lagi."

Ify mendengus tak perduli.

Oliv melangkah perlahan mendekati Ify, kemudian gadis itu menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur Ify. "Kak?"

"Hemm.."

"Elo sama kak Rio...udah jadian, belum?"

Ify mematikan mp3 nya dan berbalik menatap Oliv. "Belum."

Oliv bangun dengan segera, "belum? Berarti lo ngarep dong, bisa jadian ama dia? Hayyooo.." goda Oliv.

Ify yang sebelumnya menjawab pertanyaan Oliv dengan asal dan sedikit tidak fokus langsung membelalakan kedua matanya.

"Hahh?! Emang gue tadi bilang apa?"

Oliv berdiri dan tersenyum samar. "Emmm..bilang apa yah? Pikir sendiri deh." jawab Oliv, dan segera meninggalkan Ify.

"Oh No! Gue tadi bilang apa sama Oliv?!!!"

-----

Well...ini cerbung bener-bener-bener ngaret! Udah berapa bulan, yah? Sebulan? Dua bulan? Atau 3 bulan? Gue lupa-__-- dan hasilnya cuman secuile inii...
Mungkin juga banyak yang lupa sama part sebelumnya kalau lupa di check lagi yah part 24 nya._.v

Ohh iya, mungkin juga ada yang ngerasa alurnya kecepatan?
Emang sengaja sih, soalnya ini cerbung rencananya bakal segera diendingin. Malah sebenernya nggak pengen gue lanjut. Krisis ide, krisis pd, krisis waktu, krisis semuanya itu adalah alasan kenapa gue berpikir kayak gitu.

Jujur gue nggak pd ngepost ini difb makanya gue ngepost di blog (-̮_-̮")
Tapi ntar kalau ada yg minta di post di fb, ya gue usahain deh yahhhh..

Okayy..readers, likers, dan komentator (?) makasih buat partisipasinya dalam meningkatkan semangat menulis gue ahahaaa...


Seeyaaa...

_Nia 'nistev' Stevania_


3 komentar:

  1. ihh keren kak,,,, :D
    lanjutttt kak, d tunggu klanjutannya, jgn lama2 ya kak niaa.... :D

    udh kpalang pnasaran nih sama klanjutannya,,,, hehehe
    d post d fb dung kak,,,, :D

    Vivi :)

    BalasHapus
  2. yampun niaaaaaaaa tadinya gue mau protes ke elo kok lo bisa2nya udh post wl part 25 tp ga ngetag gue hahha eh taunya emg sengaja
    gelen2deh gue what's hppned beyb i? post dong di fb. jangan kecewain readers setia lo yg nungguin wl dipost. jgn buat penantian mereka sia2 ni
    maaf nih kalo kata2 gue rada2 keras yah, tp gue cuma pengen lo balik jd nia yg dulu:")

    anyway wlnya semakin bagus kok lanjut terus pantang mundur ya, itu si masbos gentle dikit kenapa bang, tinggal jedor juga
    emm feeling gue kayanya peristiwa dag dig dug dernya pas nanti perpisahan+prom ya? :p wkwkwk

    BalasHapus
  3. Vivi : ahahaa.. makasih de Vivi :) entar kania post difb tapi fb kedua aja..ehehee

    Iffah : aaa sorry..sorry..padahal perasaan gue udah ngeshare tautannya ke wall fb lo deh-_- ga ke kirim kali yah...
    aww makaci sayang...ga papa kok, di anggep support ama gue mah ahahaha.. gue posting di fb kedua aja deh :D
    makaci lagi ya neng, padahal udah takut kalau part ini garing banget--"
    rencananya sih gitu, semoga sukses! *ehhh

    BalasHapus