Selasa, 20 Desember 2011

Dan Bila.....(Short Story)







Setiap malam saat kau tak ada
Hanya sepi yang ku rasa

Aku kembali melewati malam ini seperti malam-malam sebelumnya. Sunyi, sepi...
Dan itu bermula semenjak kepergiaannya. Terlalu berlebihan mungkin. Tapi sungguh, aku sangat rapuh karena kepergiannya. Cinta pertama yang membuatku bisa menikmati hari penuh cinta. Namun kini, membuatku terpaksa menjalani waktu dengan perasaan hampa..

Tak ada lagi tawa renyah nya yang selalu menanggapi celotehan garing dariku. Tak ada lagi bujukan manja saat aku cemburu. Semua terasa berbeda semenjak kepergiannya.
Kosong...

Satu tempat di sudut hatiku yang hingga detik ini masih menjadi miliknya bagai tak berpenghuni...

Ku berharap dirimu ada
Menemani aku yang hampa
Malam ini

Dan jika ku ingat saat-saat dimana aku masih bersamanya, semua langsung berubah menjadi lebih berwarna.

"Jangan ngelamun! Jelek tau kalau pasang tampang gitu," ujarnya yang tiba-tiba saja memeluk tubuhku dari belakang.

Aku menyingkirkan kedua tangannya yang melingkar di leherku dengan kasar. Wajah menawannya yang tepat berada disampingku -membuat kedua pipi kami nyaris bersatu-, ku tepis dengan kesal.

"Bodo! Sana jauh!" aku merajuk.

Bukan tanpa alasan. Tapi itu semua terjadi karena ia telah menggagalkan mini party dalam rangka hari ulang tahunku. Acara yang semestinya dihadiri olehnya, justru ia wakilkan kepada orang lain. Alasannya apalagi, kalau bukan...

Aku melempar bola basket disampingku ke pangkuannya. "Makan tuh bola basket! Pacaran sama dia aja!"

Dia terkekeh dengan gerakan perlahan, ia menggeser duduknya, semakin mendekat padaku.

"Sayang~" ia membelai rambut panjangku dengan lembut. "Jangan ngambek donggg.. Aku kan terpaksa. Kan kamu tau, pertandingan ini penting buat aku."

Ku tepis -sekali lagi- jemarinya yang masih sibuk menyusuri tiap helai rambutku. "Pentingin aja sana basket! Aku nggak usah!"

Ku putar tubuhku, membelakanginya. Dan untuk kedua kalinya, ia memeluk tubuhku dari belakang. Terasa hangat dan rasanya tak ingin ku lepaskan. Membuat detak jantungku kian berpacu cepat, dan keringat dingin pun mulai membasahi kedua telapak tanganku. Rasa hangat dan -keringat- dingin yang bercampur menjadi satu membuat sensasi berbeda, yang terasa menyenangkan untukku. Namun aku tetap bertahan dengan tampang cemberut penuh kekesalan. Bertingkah seolah-olah tak perduli dengan apa yang ia perbuat.

Ia semakin merapatkan tubuhnya. Meletakkan dagunya tepat di atas pundak ku. Dan lagi-lagi, posisi wajahnya tepat berdampingan dengan wajahku, pipi kami pun nyaris bersatu.
Desah nafasnya terdengar jelas di telingaku. Bahkan terasa hangat menyusuri kulit leherku. Membuat hatiku kembali berdesir.

"Happy birthday honey.. Happy birthday honey.. Happy birthday.. Happy birthday.. Happy birthday Ify~"

Ia mengakhiri senandungnya dengan satu kecupan singkat di pipi ku. Yang sudah pasti, tanpa bisa di cegah semburat merah mulai menghiasi kedua pipi ku. Untung sudah malam.

"Liat sini dong, Fy~"

Aku menggeleng malas. Masih dengan degup jantung yang semakin lama kian tak beraturan.

"Aku punya sesuatu untukmu, cantik~"

"Nggak usah gombal deh.." ucapku ketus.

"Aku serius! This is it!"

Dia langsung memajukan tangannya ke depan muka.
Surprise! Aku menemukan sebuah bingkai foto dengan ukuran sedang di hadapan ku. Isinya.. Semua foto-foto kami berdua, sejak awal menjalin hubungan, hingga beberapa hari kemarin, saat kami menghabiskan liburan sekolah dengan mengikuti study tour di daerah Bromo.
Sederhana, namun menyimpan sejuta makna. Setidaknya itu untuk ku.
Semua ekspresi tentang percintaan kami terlukis disana. Ada foto yang di ambil saat aku dan dia tertawa, bercanda, bertengkar... Emm..tapi foto saat bertengkar itu, siapa yang mengambil yah?

Aha..aku ingat, foto itu diambil oleh Alvin saat rapat OSIS. Kala itu aku dan Rio -yang kebetulan menjabat sebagai sekretaris dan ketua OSIS- sedang memperdebatkan sesuatu.

"Terserah! Kamu ketua! Dan aku emang nggak punya hak buat ngatur semuanya!" Aku memutar tubuhku membelakanginya.

"Bukan gitu, Fy! Tapi emang apa yang kamu bilang itu salah!" tegasnya.

Aku tak menjawab. Ku lihat dari ekor mata ku, ia mulai kesal -sepertinya-. Lantas ia menyenderkan tubuhnya di kursi dan membuang pandangan dari punggungku.

Cklikk..suara yang disertai secercah sinar putih membuat kamu kompak menoleh.

"Alvinnn!!!" seru kamu bersamaan. Alvin? Pria bertampang ramah itu hanya menyeringai lebar sambil mengacung-acungkan kamera di tangannya.

"Foto bagus nih! Jadiin headline minggu ini ah~" ucapnya, sambil melenggang santai meninggalkan kami berdua.
««

"Love you, honey~"

Bisikan lembut itu membuatku tersadar dan refleks menoleh ke samping kanan. Di mana ia sedang memasang wajah menawan dengan senyum termanisnya, sambil menatap dalam kedua bola mataku. Kini, wajahku tidak lagi cemberut. Sebuah senyuman tulus penuh bahagia ku persembahkan hanya untuknya.

"Makasih.." ucapku lirih.

"Everything for you, aku kan sayang kamu.."

Aku tertawa...
Terlalu miris jika mengingat itu semua.
Sebuah moment di mana aku bisa melewati malam dengan tawa. Bukan seperti sekarang, hampa...

Dan bila…
Ku jauh darimu
Maka izinkanlah
Memeluk erat bayangmu

Tap..tap..tap
Derap langkah yang teramat pelan membawaku menuju ke dalam kamar tidurku. Ku tatapi seluruh sudut ruangan ini.
Semua masih sama. Tak ada yang berubah. Memasuki kamar ini seolah-olah membawaku kembali masuk ke dalam dunia nya. Di dalam kamar ini, aku bisa menemukan segala sesuatu hal yang selalu bisa mengingatkan ku padanya.
Gitar, bola basket, poster, foto yang terpajang rapi dan...

Aku meraih sebuah teddy bear berukuran sedang yang terduduk lemas di sudut ranjangku. Posisi nya menyender, dengan kepala setengah miring. Bentuknya masih bagus, warnanya masih coklat, hanya saja boneka tersebut -perutnya- mulai menipis. Mungkin karena terlalu sering ku peluk, saat tidur atau sedang menangis karena merindukannya.
Dan untuk malam ini, sepertinya aku akan kembali terlelap dengan posisi tidur sambil memeluknya. Karena memeluk boneka tersebut, membuatku merasa sedang memeluknya. Seseorang yang -mungkin-masih- kekasihku, Mario...

Dan bila…
Semuanya akan kembali
Seperti dahulu lagi

Jika Tuhan mengizinkan, aku ingin mengulang semuanya. Mengulang kisah manis yang pernah tercipta di hidup ku karena ke hadirannya.
Setidaknya, jika tak seperti itu. Aku ingin Tuhan mengizinkan ku untuk kembali bertemu dengan nya. Menebus semua kesalahan besarku kepada nya.

"Aku kangen kamu, Fy.." ucapku lirih.

Aku terus memandangi sosok cantik yang tergambar pada selembar kertas di tanganku. Sosok yang tengah tersenyum manis, dengan ekspresi lucu nan menggemaskan. Membuat rasa rindu ku semakin menggunung tiap kali aku memandangi sosoknya, meski hanya melalui selembar foto.

"Aku pengen ketemu kamu lagi. Aku pengen minta maaf sama kamu. Aku pengen menebus semua kesalahan aku sama kamu. Aku pengen.."

Aku mulai frustasi. Sejak awal aku memang tak pernah menyetujui ini. Kepindahan yang secara tiba-tiba, bahkan untuk sekedar berkata selamat tinggal pun aku tak sempat.

"Apa hati kamu masih buat aku?"

Layak bulan setia temani bintang
Hadirnya atas nama cinta
Malam ini

Aku kembali memandangi langit indah malam ini. Masih sama seperti malam kemarin. Ada bulan dan penuh bintang. Seolah tak terpisahkan, sang bintang terus mengelilingi sang bulan.

"Bulan, bintang... Kamu masih suka sama kedua benda itu nggak yah?" tanyaku terbawa angin. "Pasti masih, kamu bulan untuk ku dan aku bintang untuk mu.." sambungku dengan tawa lirih.

Mengucapkan kalimat itu membuat ku teringat pada suatu peristiwa di mana aku dan dia pernah menghabiskan malam bersama.

"Kamu tau, aku suka banget sama bintang!" ucapnya bersemangat.

Aku menatapnya dengan kening berkerut, "kenapa?"

"Suka aja!" jawabnya tanpa alasan.

"Ihh aneh deh," cibirku, bercanda pastinya. "Kayak aku dong.."

Dia terdiam, memasang wajah serius dan mulai menatapku. "Emang kamu kenapa?"

Aku berdehem sebentar, bersiap meluncurkan sederet kalimat manis untuknya, pujaan hatiku. "Aku mau jadi bintang, buat kamu, karena kamu itu bagaikan bulan buat aku." ucapku serius.

Dia mengernyit heran, "the meaning is.."

Aku menggaruk-garuk kepalaku yang mendadak gatal. "Ekhem, Ify..kamu itu kayak bulan. Cantik, bersinar dan penuh daya tarik. Kamu liat aja, di sana.." aku mengarahkan telunjuk ku ke atas langit. "Begitu banyak bintang di atas sana yang bersaing untuk mendapatkan posisi terdekat dengan bulan. Seperti aku, aku itu seorang laki-laki di antara banyak nya laki-laki yang menginginkan kamu."

Terdengar gombal? Mungkin..
Tapi itu tulus, dan sungguh-sungguh.
Dia memang gadis yang cantik dengan sejuta pesona. Begitu banyak pria di luar sana yang juga menginginkannya. Namun aku lebih beruntung, karena hanya aku lah yang bisa memilikinya.

"Ihhh..gombal~"

"Serius!"

Dia menutup paras cantiknya dengan kedua tangannya. "Aaa..Rio..aku malu~"

Aku tertawa geli mengingat semua itu. Ekspresinya ketika senang, sedih, menangis, tertawa. Semuanya membuatku jatuh cinta. Bagaimana caranya bermanja. Ahhh..dia begitu membuatku merindu

Dan bila…
Ku jauh darimu
Maka izinkanlah diriku
Memeluk erat bayangmu

Angin malam berhembus semakin kencang. Membelai lembut wajah senduku yang sedang membayangkannya.
Ku rentangkan ke dua tanganku, seolah menentang angin. Oh bukan. Aku bukan sedang menentang angin, hanya saja...aku sedang berkhayal bahwa saat ini gadis itu sedang berada di depanku. Dan disaat posisiku sudah seperti ini -dengan kedua tangan terbentang-, ia akan menyambutnya dengan sebuah pelukan yang selalu mampu menghangatkanku.

"Sambut aku..sambut cintaku..dengan pelukmu..ku merindukan mu~" senandungku dengan mata terpejam.

Ku rasa kan hembusan angin semakin kasar menabrak tubuhku. Oh Tuhan..rasanya aku sedang mendapatkan pelukan tak kasat mata dari nya. Huhh..terlalu berhalusinasi..

Dan bila…
Ku kan datang kembali
Sambutlah ku dengan senyum mu cinta


"Ayah serius?!" tanya ku spontan. Aku segera berdiri dan maju selangkah mendekati ayah ku.

Ayah mengangguk, dan berdehem pelan. "Yah..seperti permintaan kamu. Dengan satu syarat. Tepati semua janji kamu pada ayah!"

Aku mengangguk cepat, "pasti! Pasti, Yah!" ucapku bersemangat. Aku melirik mamah yang tersenyum manis disamping ayah. "Jadi, kapan Rio bisa merealisasikan keinginan Rio itu, Yah?"

"Kapan kamu mau, silahkan!"

Aku tak dapat menahan rasa bahagia ku saat ini. Segera ku peluk erat tubuh ayahku. Kemudian beralih mengecup kedua pipi mamah.

"Makasih, Yah. Makasih, Mah!" ucapku bahagia.

'Tunggu aku, Fy! Aku balik buat kamu..'

Dan bila..
Kau mengizinkan ku untuk kembali mengisi hatimu, mengisi harimu, mewarnai dunia mu dengan sejuta cinta di hatiku.
Akan ku tebus semua salahku padamu. Hanya untukmu..

Seminggu kemudian,
di taman kota..

Aku mengamati suasana malam di taman kota ini dengan perasaan rindu. Jelas saja. Di sini, di taman ini, aku dan dia sering menghabiskan satnite bersama. Meski hanya di temani sebuah gitar, atau setumpuk buku PR, rasanya tetap menyenangkan jika kami bersama.

"Kamu masih sering ke sini nggak yah?" gumamku lirih. Ku hembuskan nafasku dengan berat.

Dengan gontai aku melangkah menuju sebuah bangku panjang yang letaknya persis menghadap air mancur.
Entar mengapa, langkah demi langkah ku yang teramat pelan ini secara tiba-tiba membuat degup jantungku berdetak sangat cepat. Dan nafas ku mendadak tertahan saat aku mendapati sosok seorang gadis berambut panjang, yang tengah duduk di bangku itu dengan posisi membelakangiku.
Dengan ragu, aku melanjutkan langkah ku. Dan rasa nya, aku semakin gugup jika harus mendapati kenyataan bahwa gadis itu adalah..dia!

"Pe..permisi.." sapaku gugup. Aku masih pada posisi di belakangnya.

Bagaikan sinetron, gerakan memutar yang di lakukan gadis tersebut saat menoleh kepadaku terasa slow motion. Dan..

"Ka..kamu.."

Aku terdiam, mulutku terkatup rapat. Ingin rasanya aku memeluknya, namun langkahku terasa kaku di tempat.

Brukk..dan bukan aku yang pada akhirnya menubruk tubuhnya. Tapi sebaliknya.

"Kamu jahat! Kenapa kamu ninggalin aku gitu aja?! Kenapa kamu nggak ngasih aku alasan kenapa kamu pergi?! Kenapa kamu nggak ngasih kabar?! Kenapa?! Kenapa?!" ia meracau dalam pelukanku.

Aku merasa tersanjung, sepertinya gadis ini masih setia pada ku. Bahkan, meski 3 tahun kita tak bertemu, ia tetap mengingat raut muka ku.

Ku eratkan pelukan ku. Ku belai halus rambut panjangnya dengan sayang.

"Maaf... Ayah ngajak pindah mendadak, aku nggak sempat ngabarin kamu karena kepindahan aku terjadi dihari itu juga. Hari dimana ayah menjelaskan tentang alasan kepindahan kami." jelas ku lirih.

"Tapi kenapa kamu nggak ngubungin aku?" tanya nya terisak.

"Maaf... Aku bingung, aku kalut, dan aku udah nggak kepikiran buat ngubungin kamu. Begitu sampai bandara, aku mulai rileks dan berniat ngubungin kamu. Tapi handphone aku udah nggak ada.."

"Hilang?"

Aku tertawa, nada bicaranya saat mengucapkan kata 'hilang' tersebut terdengar lucu. Dan sepertinya, ia mulai bisa mengontrol dirinya, serta menghentikan tangisnya.
Ku lepaskan pelukan ku kepada nya, setelah sebelumnya aku mengangguk sebagai jawaban. Dan kemudian mulai menuntun tubuhnya untuk kembali duduk di bangku kenangan kami.

"Kamu apa kabar?" tanya ku berbasa-basi.

"Basi! Kamu tau kan? Aku tuh sayang banget sama kamu! Dan kamu ngilang tiba-tiba tanpa kabar. Jelas aja aku langsung sedih, dan efeknya..aku sama sekali 'nggak baik-baik' aja.."

Ia mengerucutkan bibirnya dengan kesal, sangat lucu. Ku cubit pipi nya dengan gemas. Tanpa terasa pandanganku mulai mengabur. Menangiskah?

"Kamu nangis?" tanya nya lembut. Ia merengkuh ke dua pipi ku, dan menatap tepat di kedua bola mata ku.

Ku raih kedua tangannya yang merangkum wajahku, kemudian ku genggam dengan erat.

"Kamu tau? Kalaupun aku menangis, ini adalah tangisan kebahagiaan, karena akhirnya Tuhan menjamah doaku, Tuhan mengabulkan keinginanku, untuk kembali. bertemu denganmu." ucapku lembut, "orang yang paling ku rindukan.." sambungku. Ku kecup lembut kedua tangannya yang berada dalam genggamanku.

"Apa itu artinya..hati kamu masih buat aku?"

Aku tersenyum kecil, "hatimu sendiri? Masih untukku, atau--"

"Selamanya cuma buat kamu.." potongnya cepat.

Aku kembali menarik tubuhnya ke dalam dekapanku. Ku pejamkan kedua mataku, merasakan hangatnya pelukan yang begitu ku rindukan ini.

"Sebagaimana kamu, hati ini pun sepertinya memang sudah di takdirkan untuk selamanya di isi olehmu, sayangku.."

Dan bila...
Tuhan merestui..maka kisah kita akan berakhir indah. Seindah harapan yang pernah kita rajut bersama...sayangku...


....


Yakkkk!!! Finish!!
Ini cerpen gaje..banget! Nggak tau gimana alurnya, tapi saya sebagai penulis hanya mengikuti jalannya imajinasi yang berputar (?) dalam benak saya. Well, inspirasinya dari lagu 'Dan Bila' yang sumpah gue lupa siapa penyanyi nya-_- yang jelas, model VC nya si Gading Marthin. Ada yang tau?

Okay guysss..buat yang sempet baca, ngelike, coment..makasih paling banyak buat kaliannnnnnn!!!



• Http://niastevania.blogspot.com
• @NiaStvnia


Seeyaaa...

_Nia 'nistev' Stevania_

0 komentar:

Posting Komentar