Selasa, 09 Oktober 2012

Aku Pernah {1}

- Aku Pernah Merasa Suka... -

Aku pernah merasa suka. Kepada dia yang berwajah manis. Kepada dia yang memiliki senyum menawan. Kepada dia yang menarik perhatianku dengan sejuta pesonanya.
“Over ke gue bola nya, Yo!”

Wushh..bundaran hitam-putih itu pun melesat karena tendangannya.

Aku suka melihatnya bermain bola. Melarikan kedua tungkai kakinya yang terus 'menjaga' bola.

“Hehh! Ngeliatin apaan sih?”

Aku menoleh, kemudian tersenyum kikuk pada Sivia, sahabatku.

“Nggak, cuma iseng aja ngeliatin anak-anak main bola.”
***

Aku senang melihatnya tersenyum. Senyum yang meski bukan hanya untukku. Senyum yang walaupun bukan karenaku.

“Kenapa sih lo, bro, senyum-senyum mulu daritadi.”

Dia menggeleng sambil tetap mempertahankan senyumnya. Dari tempatku--beranda kelas, aku bisa menangkap pembicaraannya dengan teman-teman satu teamnya, di club sepak bola.

“Senyum itu ibadah.” Sahutnya.

“Kebanyakan senyum disangka gila.” Celetuk Gabriel--pemain sepak bola bernomer punggung 14, sekenanya.

Dan mereka pun tertawa bersama. Tanpa menyadari, bahwa disudut lain tempat mereka, ada aku yang juga ikut tersenyum karena dia.
Hingga kemudian, indera pendengarku menangkap derap langkah yang kian mendekat. Oh, dia dan teman-temannya.

Dag..dig..dug..
“Hi, Fy! Serius amat bacanya~”

Aku mengangkat wajahku yang tertunduk dan mengerjap. Terkejut ketika mendengar ia melewatiku dengan sebuah sapaan, disertai sebuah senyum menawan.
Aku tak mampu berucap, hanya mengangguk sekilas dengan senyuman kikuk. Sepertinya, dia juga tidak berharap balasan akan sapaannya.
Setelah membalas senyumku, ia berlalu bersama teman-temannya yang terlihat menggodanya. Menggodanya? Entahlah..
***

Aku suka melihatnya belajar. Wajah tampannya terlihat semakin menarik dengan raut serius itu.

“Yo! Ajarin gue yang nomer 3 dong..”

Dea. Salah satu siswi dikelasku--yang menurut kabar menaruh hati kepadanya, menghampiri dia yang sedang menekuni buku paket Fisika diatas meja.

“Sini deh!”

Dan gadis itu pun menempati bangku kosong disebelahnya. Bangku milik Alvin, kebetulan lelaki berwajah chinese itu sedang tidak masuk karena sakit.

Tanpa sadar aku mendesah. Kapan aku bisa seberani Dea untuk menghampirinya? Kapan aku bisa seperti gadis lain, yang tanpa sungkan menyapanya lebih dulu? Kapan..

“Kapan-kapan kita ke PIM yuk, Fy! Gue udah lama nih nggak ber-window shopping gitu..”

Ucapan Sivia yang mengejutkanku, membuatku tersadar dari lamun panjangku.

“Eh, iya deh, kapan-kapan.” Jawabku sekenanya.
***

Aku suka melihatnya. Aku suka memperhatikannya. Aku..suka semua tentangnya. Mengapa? Karena aku..
- continue -

Tau kok, ini aneh. Yah, agak ngebingungin juga nggak sih? :o
Err..ini rencananya bakal jadi beberapa part gitu (maybe 4-5 part).
Gue rasa, tulisan ini agak garing yah._. Mungkin karena gue udah lama nggak nulis-_-

Btw, alurnya agak beda dari cerita ber-part gue yang sebelumnya. Nggak ngerti sih, ini gue make alur mundur apa bukan :/ tapi kayaknya sih iya._.

Nggak berharap banyak yang ngelike sih, tapi gue berharap banget ada yang baca! Ahahaha
Buat yang udah baca, terima kasiiiiiiiihhhh~

Cheers!


@sugargirl08

0 komentar:

Posting Komentar