A homepage subtitle here And an awesome description here!

Senin, 30 Januari 2012

Ada Yang Selalu Ada....Flash Fiction


Semua berbeda..
Semua tak sama..
Semua berubah..

Semua memang sudah berbeda. Semua memang sudah tak sama. Semua memang sudah berubah, jauh dari yang pernah ku kira.

Terkadang aku tak mengerti, kenapa perubahan itu mesti ada? Kenapa perbedaan itu harus menyeruak?
Hingga akhirnya, aku mengerti. Jawaban dari segala pertanyaan itu hanyalah untuk menuju yang lebih baik. Yah, mungkin dia tak baik untuk ku, hingga Tuhan mulai menunjukkan tanda-tanda itu melalui perubahan-perubahan (dari yang kecil sampai yang besar) yang aku temui di dirinya. Memunculkan segala perbedaan yang dulu sempat terselubung oleh butanya kata cinta.

"Kenapa Andrean nggak pernah keliatan lagi, Ay?"

Aku menghentikan gerakan jemariku yang sempat sibuk mengaduk-aduk campuran cappucino dan creamer.

Dengan sedikit mendelik aku bertanya, "apanya?"

Naura, sahabatku itu malah mendengus. Yah, aku tahu, jawaban yang keluar dari mulutku bukanlah jawaban yang ia harapkan. Malah terkesan, melenceng.

"Come on, Ay! Gue tau, elo paham sama apa yang gue maksud. Please," Naura sedikit memohon dengan tampang memelasnya. Huhh..tolong lah, Naura... Jangan pasang wajah seperti itu. I hate it!

"Ra, you know me so well. Jadi, kayaknya gue nggak perlu cerita apa-apa lagi, kan?" tanyaku dengan nada yang datar. Ku tiup-tiup cappucino hangat digelasku, kemudian menyesapnya.

Aku terdiam, Naura pun terdiam. Dan aku sangat membenci suasana hening seperti ini. I know, Naura kini kembali memulai aksinya. I mean, dia selalu memilih untuk diam, hingga aku mau kembali berbicara, menjelaskan segala macam hal yang menurutnya tak ia mengerti. Bisa di bilang, paksaan secara halus.

"Terkadang, nggak semua yang kita mau bisa kita raih meskipun kita udah berjuang keras untuk ngedapetinnya."

Aku kembali menyesap cappucino ku. Kemudian meletakkan gelas berisi cappucino tersebut di atas meja.

"Apalagi kalau Tuhan udah berkehendak, dan kehendak-Nya itu..nggak sama, sama apa yang kita mau." aku menunduk dalam, cukup lama. Hingga sebuah sentuhan halus mendarat dipunggungku. Bergerak turun-naik, seiring helaan nafasku.

"Listen me! Semuanya bakal baik-baik aja, selama gue masih ada. Elo inget itu, kan?" tanya nya, dengan tangan yang terus mengelus punggungku.

Aku tersenyum getir. "I know it! Elo emang yang terbaik, Ra."

Dan tak ada yang lebih menyenangkan hatiku saat ini, selain mengetahui "bahwa kapan pun dimana pun, dalam kondisi apa pun, aku tak sendiri. Selalu ada Naura yang menemani!"
Dan..that's true! Everythings gonna be okay!



***


Wowww...mudeng nggak?
No ya? Ahaha i know it, kalau pun ada yang paham hanya seberapa. Ini bener-bener flash fiction yang gue buat iseng-isengan doang.
Inti cerita ini simple banget! Dimana, dalam kondisi sesulit (untuk tokoh Aya. me?) apapun, terpuruk sekalipun, Naura -sebagai sahabat- akan membuktikan ucapannya. Selalu ada untuk Aya dan memastikan semua akan baik-baik aja. Oke..oke, mungkin masih ada yang nggak ngerti, kalau nggak ngerti forget it aja yah..ehehe

seeyaa

Nia 'nistev' stevania_

Surat Untuk Dia...Final Chapter

15 januari 2011


Hei boy? Apa kabar?

Hemmmm..kalau berdasarkan penglihatanku sih kamu baik-baik aja, teramat sehat malah. Yaaa...baguslah, semoga kamu gak gampang sakit lagi seperti sebelumnya.
Oh iya selamat yah...cita-cita kamu bakalan hampir terwujud. Se-ngganya, semua tinggal selangkah lagi.

Dear....ternyata semua perkiraanku selama ini salah yah. Aku kira aku sudah sangat mengenalmu, ternyata...huhhh masih terlalu banyak hal yang belum aku ketahui tentang kamu.

You know dear? Ada banyak hal tentang kamu yang selalu mengganggu pikiranku akhir-akhir ini. Aku harap kamu tahu apa salah satunya, karna hal itu sudah cukup sering aku singgung dalam tiap suratku untukmu.
Yahhh...perubahan sikap kamu ke aku, makin lama kamu semakin melupakanku yah.
Aku ngga tau pasti faktor apa yang menjadi penyebab kamu melupakanku. Tapiiii...kalau aku boleh menebak sepertinya karna orang itu. Kedekatannya dengamu, membuat kamu semakin jauh dari aku.
Apa kamu gak pernah sadar, kalau aku sakit hati dengan semua ini?
Apa kamu gak tau , kalau aku terlalu menderita saat ini?
Dan aku rasa jawabanmu adalah tidak tahu. Malah mungkin kamu gak akan pernah tau.

Dear...menjadi orang yang terlupakan itu sangat menyakitkan dan itu yang aku rasain
sekarang.
Semoga kamu gak akan pernah menjadi orang yang terlupakan seperti aku.
Apa aku benar-benar gak berarti apa-apa buat kamu?

--------

Ku ingin kepastian
Sungguh adanya aku
Untuk dirimu sayang

--------

Kalau memang aku gak berarti apa-apa buat kamu, fine...aku bakalan pergi dari kehidupan kamu. Mungkin memang yang terbaik adalah mundur pelan-pelan , supaya gak terlalu sakit.
Aku merasa....kalau aku selalu kalah bila harus berhadapan dengan januari. Dan memang januari terlalu kuat untuk aku kalahkan. Hummmm...mungkin memang kisah kita harus berakhir di januari.

Well, terima kasih karna selama ini kamu sudah menjadi salah satu orang yang pernah berarti dihidupku. Terima kasih atas keceriaan yang pernah kamu berikan untukku. Terima kasih untuk semua kenangan indah yang pernah kamu ciptakan selama menjadi salah satu pelengkap hidupku.
Kamu memang seperti pelangi yang memberikan warna dalam hidupku. Kamu seperti udara yang mampu menyejukkan hatiku. Kamu seperti matahari yang sanggup menghangatkanku. Terima kasih....untuk semuanya..

--------

kisah kita berakhir di januari

--------

Dan mulai detik ini, aku akan memantapkan hatiku untuk menjauh dari kehidupanmu. Membuang semua rasa yang pernah ada untukmu. Aku akan mencoba bernafas tanpamu dan memulai hidup yang lebih baik dengan atau tanpamu

Finally....mungkin sudah saatnya untukku pergi...pergi dengan indah..


_With Love N.S_


=====

Selesai sudah. Surat terakhir dariku untukmu akhirnya selesai ku buat. Aku rasa memang semuanya harus diakhiri saat ini juga. Toh, aku memang sudah tak berarti apa-apa dihidupmu, ya kan?
Aku yakin 'orang itu' sudah cukup buatmu untuk menggantikan posisiku. Sesungguhnya aku tak rela, tapiiii...ini bukan inginku melainkan takdir hidupku. Meskipun berat aku akan mencoba.
Huhhhh.....akhirnya, harus aku akui januari lah yang menang dan akulah yang kalah.
Jauh dari perkiraan ku sebelumnya, ternyata aku jauh lebih rapuh dari 'dia'. Aku jauh lebih lemah dari 'dia'.
Ntahlah...aku tak tahu, apakah usahaku sudah cukup maksimal atau malah jauh dari kata maksimal. Yang jelas aku menyerah, aku sudah tak sanggup berada dalam keadaan ini.
Aku mulai menghela nafas, mencoba menenangkan pikiranku yang mulai kacau. Perasaanku mulai galau, aku gelisah. Disaat seperti ini, ku pikir mendengarkan lagu adalah pilihanku.
Shit..kenapa? Kenapa lagu yang ku putar justru seperti mengisahkan keadaanku saat ini?
Sialnya, saat berganti ke lagu berikutnya, lagu itu justru seperti menyindirku. Oke..aku kalah, kali ini aku sudah tak mampu untuk membendung air mataku. Apalagi bila harus mengingat 'orang itu' yang dengan santainya memamerkan prihal kedekatannya denganmu. Itu justru semakin membuatku terpuruk, pertahananku jebol hingga lelehan air mata ini bukannya berhenti malah semakin menjadi-jadi. Aku merenung, memikirkan jalan terbaik untuk semua ini. Cukup sudah aku merasa tersakiti, cukup sudah aku menjadi orang yang terlupakan. Dan sepertinya sudah saatnya aku merubah semua demi kebaikanku.
Apakah langkah pertama harus menghapus nomer handphonemu di phonebook handphoneku?
Tidak...untuk yang itu aku rasa belum saatnya.
Lalu, apa sebaiknya aku menghapus semua sms yang pernah kamu kirimkan dan sempat aku abadikan dalam ‘konsep’ handphoneku?
No! aku belum mau menghapusnya.

Sudahlah, aku terlalu lelah untuk memikirkannya. Ku putuskan, untuk mengirimkan sebuah pesan singkat yang ku ambil dari potongan lagu kepada teman-teman terdekatku, pertanda kalau aku sedang galau. Mungkinnn...ada salah satu dari mereka yang akan membantuku keluar dari semua ini.
Terkirim...setelah aku cek, ternyata aku mengirimkan potongan lagu -sms- tersebut kepada 15 orang teman terbaikku. Tak berselang lama, handphoneku berkumandang . Sms demi sms berdatangan satu persatu. Thanks god...se-ngganya aku merasa kalau aku gak sendirian. Masih banyak yang sayang kepadaku, masih banyak yang peduli kepadaku. Lelah sudah aku membalasi satu persatu balasan sms galau dariku kepada teman-teman yang merespon sms galau tadi . Saatnya untukku memejamkan mata, dan terhanyut dalam alam mimpi. Semoga dia tak hadir dimimpiku malam ini seperti malam yang sudah-sudah.

1 new messege yang sangat mengejutkan. Bukan dari 'kamu' tapi dari seseorang yang lain. Seseorang yang cukup dekat denganku dan juga denganmu.
Aku senang, karna dia terkesan sangat memperhatikanku. Yahhh...dia memang pantas dijadikan teman curhat. Meskipun usianya jauh dibawahku, tapi dia bisa menghiburku dan membuatku tersenyum kembali. Dia sempat mengajukan satu penawaran yang cukup mengejutkanku, penawaran yang mungkin saja bisa membuatmu kembali mengingat akan tentangku. Hal itu membuatku berpikir berulang-ulang untuk menyetujuinya atau malah menolaknya. Dan aku rasa tak ada salahnya kalau aku menyetujuinya. Yah 'seseorang' itu sudah berjanji untuk mengabarkan hasilnya secepatnya, namun sampai saat ini aku belum mendengar hasilnya .
Baiklah, aku tak akan banyak berharap lagi. Ku biarkan 'seseorang' itu menyelesaikan tugasnya. Kalau toh 'seseorang' itu sampai lupa, aku tak akan mempermasalakannya.
Karna mendengar 'seseorang' itu berniat membantuku saja aku sudah cukup senang.
Hei...buat kau yang aku sebut 'seseorang' itu lebih baik tak usah kau laksanakan niat itu. Karna sekarang memang aku sudah bisa memutuskan kalau aku akan mundur secara pelan-pelan.
Langkah pertama, aku ingin menghilang untuk sementara waktu. Dengan sengaja aku meng-offline kan handphoneku . Karna kalau aku mengnonaktifkan handphoneku , bisa-bisa karya-karyaku tak bisa ku lanjutkan . Memang handphoneku sudah seperti notebook kedua setelah laptopku . Jadi , dengan hanya meng-offline kan handphoneku , aku masih bisa melanjutkan karya-karyaku namun aku pun tak akan terganggu dengan deringan handphoneku yang entah itu untuk telpon atau sms masuk . Ya kan...karna dengan meng-offlinekan handphoneku sama saja aku mengnonaktifkan handphoneku .
Yahhh...aku akan melakukannya dari hari ini , sampai batas waktu yang tidak ditentukan . Karna tujuanku hanya satu yaitu pergi dengan indah........dan aku rasa inilah caranya

--------

Percuma...semua ini percuma
Bila masih ada air mata
Tak sanggupku...sungguh aku tak sanggup
Jika masih sakit yang kau beri

Berakhir sudah atau aku akhiri saja

Tak mungkin...tak akan pernah mungkin
Bila masih ada pilu tersimpan
Terjatuhku...dan akupun terjatuh
Jika masih perih yang tercipta

Berakhir sudah atau aku akhiri saja

Aku yang merasakan
Aku yang menyimpan
Aku yang tersakiti
Meski kau tak menyadari

Akankah waktu kan menjawabnya

--------


Yahhhh...semua memang percuma , jadi lebih baik ku akhiri sampai disini.....


-THE END-
..........


Finishhh...selesai sudah , sesuai target gue memang mau ngebuat ini menjadi 3 bagian aja . Gak asik banget sih endingnya tapi aku cukup puas (?) #gakda yang nanya Nia--''
Nah kalau di Chapter 2 kemaren tokoh yang gue tambahin adalah 'orang itu' and now gue nambahin satu orang lagi yang gue sebut 'seseorang' itu tadi . Jadi total tokoh ada 5 , ada aku , kamu , dia , orang itu dan seseorang itu . Hehee...ngertikan kalau 'orang itu' sama 'seseorang' itu adalah dua orang yang berbeda....



_With Love Nia Stevania_

Jumat, 27 Januari 2012

Surat Untuk Dia


                                           24 desember 2010


Haii...apa kabar?

Hemm..semoga baik-baik aja yah...eh tapi katanya lagi sakit yah? Sakit apa? Aduhhh makanya istirahat yang cukup, makan makanan yang sehat dan jangan lupa minum vitamin biar tetep fit. Aku cerewet yah? Bodo deh, yang penting ini semua karna aku sayang kamu. Huhhh..herann kamu kok hobby banget sih sakit? Padahalkan sakit itu gak enak. Perasaan tiap kali aku selalu dapet kabar kalau kamu sakit mulu--''

Aku yang lebai atau emang mereka gak sepeka aku? Habis aku selalu heboh setiap denger kabar kalau kamu sakit ....

Kamu tau gak sih? Pasti gak tau..Ya ialah kan aku belum ngasih tau...emm aku tuh selalu sedih kalau denger kamu sakit, aku khawatir tau...

By the way...apa aku boleh tanya sesuatu? Aku harap kamu mau jawab dengan jujur pertanyaan aku..
kamu kok berubah sih? Beda banget sama waktu pertama kali aku kenal kamu. Apa kamu udah mulai bosan dengan aku? Atau aku terlalu menyebalkan buat kamu? Aku cerewet yah? Apa aku banyak maunya? Emm jangan-jangan karna aku egois--''
Heuhhh..maafin deh kalau aku semenyebalkan itu...

Aku kangen kamu...kangen kamu yang dulu...aku pengen kamu yang dulu...bisa ngga kamu ngembaliin diri kamu yang dulu buat aku?

--------

Yang kau ingin katakanlah.....
Yang kamu mau katakanlah padaku.....
Ku tak ingin kau merubah...keadaan ini.....
Aku merindukan kamu yang dulu

--------

_With Love N.S_


...............


Huhhhh..berulang kali aku membaca surat itu , sebelum akhirnya aku putuskan untuk melipatnya dan menyimpan rapi kertas putih bertuliskan curahan hatiku itu kedalam sebuah amplop . Aku harap secepatnya surat itu akan sampai padamu...padamu yang berada jauh disana tapiiiiii....ingatlah ini

"walau raga kita terpisah jauh namun hati kita selalu dekat...bila kau rindu pejamkan matamu dan rasakan..aku.."

Tapi...aku tak yakin apakah sekarang kau masih pernah merindukanku?
Seperti aku yang akan dan selalu merindukan dirimu. Mengingatmu ternyata amat menyesakkan hatiku, semua perubahan yang terjadi didirimu begitu membuatku sedih. Dan seperti malam-malam sebelumnya, aku hanya bisa menangis dalam diam disudut kamarku. Didepan 'nya' aku berusaha tegar, tak memperlihatkan betapa hancurnya hatiku dengan semua sifat berbedamu sekarang. Berbeda denganku, 'dia' justru dengan terang-terangan memperlihatkan butiran air matanya didepanku. Tahukah kamu, air mata itu untuk siapa? Hanya dan akan selalu hanya untukmu. Terlalu berlebihan memang, tapiiii...aku rasa itu jauh lebih baik daripada dia harus memendam semua kekecewaannya seorang diri, seperti aku.
Yahhh..aku tau rasanya, betapa sakit nya hati ini karna harus selalu memendam semua kekecewaan yang timbul karenamu. Tapiii..percayala, kekecewaan itu tak kan merubah sedikitpun posisimu dihatiku.

Handphone 'nya' tiba-tiba saja berdering. Perasaan 'nya' mendadak menjadi deg-degan begitu melihat sebuah nomer yang dikenal 'nya' sedang memanggil. Karna masih belum mampu menahan debar jantung 'nya', 'dia' pun menyodorkan handphone itu padaku. Aku menghirup nafas sejenak dan kemudian segera menekan tombol hijau untuk menerima panggilan yang ternyata dari 'kamu'.
Kerinduanku terasa berkurang begitu mendengar lembut halus suara 'mu'. Tapiiii...mengapa sekarang berbeda? Suara 'mu' tak seceria biasanya? Aku merasa kali ini 'kamu' menelpon tanpa niat . Dan yang paling menyebalkan kamu memutuskan sambungan telpon tanpa mengucapkan salam perpisahan sebelumnya .
Huhhhhhh...kecewaaa....

- - - - -
Anyway..sebenernya ini tulisan udah lama. Lamaaaaaa banget. Persis seperti tanggal yang ditulis disudut kanan atas itu loh. 24 desember 2010. Awal kehancuran hubungan kami..ahaaaa, forgrt it. Sebelumnya, gue udah pernah ngepost di acc "saling sapa" dengan alasan 'privasi'. Oh, No1 i mean, ini sifatnya mesti tersembunyi dari dia. Ya gue nggak mau aja dia baca ini, seandainya gue ngpost di fb. Ehehee..


seeyaa..

Nia 'nistev' stevania_

Iseng....again!

Dear my blog..

 Hello everybody in my blog..saya kembali bukan dengan sebuah curhat, cerpen atau lanjutan WL. But, dengan ke-isengp-an yang gue lakukan again. Nah kalau some time ago gue isengnya bareng ade gue, now gue ber-iseng-iseng ria sendiri. Mau tau hasilnya? oh no! i was too confident sepertinya._.v
Okedeh, gue cuman berbagi sama yang berminat, kalau nggak minat? i'm so sorry....

Lets chek this link!

http://www.4shared.com/video/pkvFHIny/Apalah_arti_menunggu__cover_Ra.html






Rabu, 25 Januari 2012

I think.....


Dear my blog...

Sebenernya gue heran deh sama tu anak. Seneng banget kayaknya nyari sensasi. Bener-bener abg labil yang kerjaannya ngegalau mulu tiap hari. But, labil nggak segitu nya juga kali. Zaman gue dulu nggak nyampe tuh gue kayak tu anak. Tiap hari online cuman buat ngeshare masalah pribadi, kesannya tuh privasi dia terbuka buat umum. Kesiannn...ckckckk
Ditambah lagi dia tuh udah mau ngelepas seragam putih birunya, gitu-_- bisa kali mbak sikapnya dibenerin.
Gue tuh sebenernya bukan CLs loh, APALAGi shivers... Gue mah milih idola bukan karena dia CANTIK, but karena skill, talent, attitude, dia emang good banget.
Gue ngefans sama Ify bukan karena dia cantik, manis (ya meskipun faktanya kayak gitu) tapi lebih karena ngeliat keahlian dia main piano, vokal dia yang emang selalu bikin merinding (menurut gue vokal Ify ini bener-bener amazing loh. Lets kita bandingin sama vokal dia waktu zaman awal-awal IC1. Ada yang bilang sounds like 'kaleng rombeng' meski gue nggak terima tapi emm lebih manisnya suara Ify dulu itu ditelinga gue lebih cempreng. But now, bener-bener wonderfull! Ketauan banget progress nya luar biasa. Kece, kan? Gue coba ngebandingin sama temen sealumninya yang dulu pas di IC1 gue akuin bagus tapi sekarang? Suara dia jauh dibawah Ify, kemampuan Ify dalam mengolah vokal jauh di atas dia), terus prestasi disekolah akademik/non akademik yang emang bener-bener mencerminkan kalau dia murid teladan. And etch..
Gue ngefans sama Gabriel & Rio juga bukan karena mereka ganteng, manis, charming or etch. Tapi karena emang suara, keahlian bermain musik, attitude mereka nggak cuman sama fans tapi juga sama ORANG TUA. Ya meskipun gue belum pernah ketemu mereka, tapi dari apa yang gue liat di dunia maya atau pun media elektronik ya like that.
So, ngerti kan kenapa gue menilai Shilla buruk, atau banyak minusnya di mata gue. Ya karena gue juga ngeliat berdasarkan attitude dia di dunia yang masih bisa gue jamah selain televisi (dunia maya), dia (sorry) nggak pantes disebut idola.
Masih 3 SMP? Masih labil? Akibat sakit+patah hati?
Itu alasan para sebagian shivers yang mewajarkan tingkah dia.
Alasan yang menurut gue terlalu...emm gini deh kelas 3 smp, gue (mungkin) juga labil (karena actually zaman gue dulu, gue nggak ngerti sama artinya L-A-B-I-L) tapi yang gue inget, nggak sampe nyindir orang di dunia maya. Nggak sampe melupakan kewajiban gue sebagai yang lebih muda untuk menghormati yang lebih tua. Nggak sampe balik nyerang orang yang niatnya baik, cuman pengen ngasih pengertian kalau kita salah.
Sakit+patah hati?
Hemm..gue mungkin emang BELUM PERNAH pacaran. Tapi bukan berarti nggak pernah ngerasain sakit hati, kan? Kalau nggak siap sakit+patah hati, nggak usah pacaran. Lagian masih smp gue rasa pikiran untuk 'serius' itu paling masih jauh. Dia sebenernya sayang Cakka nggak sih? Kalau dia sayang Cakka, mestinya dia tau gimana caranya memperlakukan Om Gub yang nggak lain adalah bokapnya Cakka. Sok-sokan bawa bad background, mature, attitude. Look at yourself! Apa nyindir-nyindir sampe ngbawa-bawa masa lalu orang lain itu merupakan hal yang baik?
Gue bukan CLs! Alasan gue ngebela oh no, i mean alesan gue lebih berpihak ke Om Gub itu karena gue ngebayangin gimana kalau bokap gue yang ada di posisi Om Gub. Bayangin deh dari awal Om Gub tuh udah nggak suka sama dia, tapi kok yaa.. Kalau gue jadi Shilla, kalau gue bener-bener sayang Cakka dan berharap happy ending to forever ama Cakka pasti yang gue lakuin adalah ngebuat Om Gub jadi suka sama gue, respect sama gue, dan menerima gue.
But yang di lakukan Shilla nggak nunjukin satu pun usaha buat ngerubah perasaan ga suka Om Gub itu menjadi suka.

Beberapa hari yang lalu ada masalah lagi loh antara dia dan keluarga Nuraga. You know what?

the first, jangan tanya kenapa yang gue capture adalah rt-an orang. Alasannya jelas, karena nggak ada satupun acc twitter Shilla yang gue follow. So, gue cuman bisa ngecapture hasil rt-an nya temen gue yang ngeretweet tu tweets.



Gue boleh berkomentar soal yang nomer 3 kan? pikirin deh, sopan nggak sih ngebawa-bawa latar belakang suatu keluarga sampe kedunia maya? apalagi kalau dimata dia itu buruk, sama aja ngomongin aib orang, kan?
Lagian, kita hidup di masa depan. Kalau selalu memandang orang berdasarkan masa lalunya (apapun jenisnya) itu berarti semua rasa cinta yang pernah lo bilang itu, bulshit! Cinta itu mau menerima segala kekurangan dan kelebihan masing-masing karena emang tujuannya saling melengkapi. Tau aja latar belakangnya (dimata dia) jelek ngapain di pacarin?
Yang nomer 4. Penampilan nggak penting? itu sebenernya kalimat munafik yang sering dilontarkan beberapa cewek karena jaim, atau emang asal nyeplos. Sekarang, pas tersakiti ngomongnya gitu. Someday. kalau ditembak cowok jelek paling juga mikirin 1001 macem alasan buat nolak. Nggak usah jauh-jauh lah, gimana kalau dia ditembak Sule? apa bakalan nerima? karena di mata gue hatinya Sule itu nggak busuk. Setia! Gue tau banget tuh sejarah cintanya. Cewek yang jadi istrinya sekarang itu kan gebetannya zaman SMA, yang sempet pacaran sama sahabatnya sendiri. Berhubung sohibnya orang tajir, Sule minder. And now, kalian bisa liat apa yang terjadi kan?
But, coba sekarang kalau kalimat itu diposisiin ke Shilla nya sendiri. Shilla vs Nafisa. Shilla good looking, tapi hatinya...
Nafisa di mata Shilla is (maaf) babontet, gue rasa artinya "gendut". Berdasarkan julukan yang nggak enak di baca itu gue ngerasa Nafisa itu bad looking di mata Shilla. Tapi hatinya...bisa jadi lebih baik dari Shilla, kan? Karena gue sih nggak pernah ngebaca tweets-tweets dia yang terkesan menyimpang. Bahkan saat dibully soal gosip putusnya CakShill yang dikait-kaitkan ke dia, kayaknya dia nggak rusuh kayak yang diputusin dehh *upss


Well, semua tau @ashillazhrtiara itu twitter pribadi loe. Sama kayak @sugargirl08 yang juga punya gue. Tapi, jangan menyalah gunakan twitter dengan tindakan nggak bertanggung jawab gitu dong. Ini nih salah satu alasan kenapa kadang social network itu dianggap haram oleh sebagian kalangan. Karena penggunanya nggak memanfaatkan dengan baik. Bukannya nambah teman malah nambah musuh. Bukannya menunjukkan indahnya persahabatan malah menciptakan permusuhan. Twitter emang punya lo, tapi bisa nggak kalau mau ngetweets itu pikirin dulu perasaan orang yang loe sindir. Well, it's not my business tapi gue ngerasa enek aja gitu ngebacanya. Apalagi tiap elo bermasalah, mesti nongol di TL gue. Padahal ngefillow acc yang loe punya pun nggak-_-


Dan gue ngerasa kesian sama Om Gub sehabis ngebaca tweets ini. Bisa ngebayangin perasaan Om Gub?

Dan ini bikin gue ngakak. Bener tuh kata Om Gub. Udah end ngapain masih main sindir-sindiran segala sih. End ya end. Itu artinya udah nggak punya hubungan. So, urus masalah masing-masing bisa kali, ya kecuali Shilla masih cinta (tapi dari tweets dia kemaren, dia bilang udah nggak cinta lagi. Tapi dalam kamus wanita no = yes. maybe = tidak. So, i think 'nggak cinta' yang di sebutkan itu cuman statement but not about feeling)
Kebanyakan shivers mencoba memposisikan diri sebagai Shilla. Apa ada dari kalian yang memposisikan diri sebagai Cakka? Sebagai anak yang orang tuanya disindir-sindir di dunia maya? Gimana perasaan dia?
Atau sebagai Om Gub. Sebagai orang tua yang mestinya dihormati, di hargai tapi malah disindir-sindir seolah-olah nggak pantes untuk dihormati dan dihargai?
Gue rasa nggak ada, karena kebanyak shivers yang ngenote mencoba memposisikan diri sebagai Shilla. Bocah 3 smp yang masih labil, lagi sakit+patah hati, padahal masih cinta dan berharap bisa terus sama-sama. Hummm..forget it!

Well, mungkin ada yang beranggapan gue terlalu mencampuri urusan mereka. Apalagi status gue bukan CLs APALAGI Shivers! But, kebebasan mengeluarkan pendapat itu udah di atur dalam Undang Undang. Dan itu juga emang hak semua orang, termasuk gue.

Anyway, gue mau ngshare beberapa quotes dari otak gue sendiri nih. Nggak jauh-jauh sih inspirasinya dari mana..ehehe

- - - - -
Ngerti, paham, kalian ngebela 'dia' karena sayang. Tapi, sayang bukan berarti membenarkan dan mewajarkan semua hal yang udah jelas-jelas salah.
Masih inget sama ajaran guru kalian, kan? Hormati yang lebih tua. Sebagaimana pun buruknya 'beliau' bukan berarti kita bebas bertingkah setidak sopan itu. Bagaimana kalau orang tua kalian yang diperlakukan seperti itu?
- - - - -
Sebagai seorang public figur, sudah kewajiban 'dia' untuk memberikan contoh yang baik. Karena sudah hukum alam seorang fans (fanatik) akan mengikuti tingkah idolanya. So, gimana jadinya kalau 'dia' sebagai idola justru bersikap buruk?
- - - - -
Kata abah, mengidolakan seseorang itu jangan asal. Harus yang benar-benar baik, bukan cuman outer tapi juga innernya. Karena di 'hari' nanti, kita akan disatukan ditempat yang sama dengan idola kita. Kalau dia masuk neraka, ya kita juga ikut masuk neraka.
- - - - -
Public figur nggak cuman dituntut cantik luarnya, tapi juga cantik hatinya.
- - - - -
Jangan salahkan orang-orang yang menilai buruk tentang 'dia'. Karena sebenarnya 'dia' sendiri yang membuat dirinya dinilai buruk dengan semua attitude yang meng-atas-nama-kan ke'labil'an.
- - - - -
Now, mari kita renungkan. Lebih bagus mana, berasal dari 'bad background' tapi menghasilkan 'good boys' or berasal dari 'good background' tapi menghasilkan 'bad girls'?
- - - - -

Nahhhh..itu tuh sebenernya pengen banget gue share sebagai status fb but, damn! App FFB gue error kan ribet kalau mesti log ‎​in via web-_-

Okehokehh....nggak terima sama postingan gue? Koment langsung nggak usah main sindir. Nggak kece! Pastinya you're loser kalau cuman berani ngebacot dibelakang gue.
But, mengutip dari tweetsnya Shilla "ini blog gue, terserah gue mau ngeshare apa. Gue mau nyindir beruang (gajah kan Shilla yang make XD) sekalipun terserah gue" gitu kan :p

Spesial buat Chaca is Fayra (nama lo di phonebook gue gitu, Cha._.) Sorry yaa..Aya yang dulunya disimpen sebentar. Sekarang yang keluar adalah Aya yang labil (eciee gue labil-,-) yang gampang emosian, dan lagi gedek-gedeknya. Aahahaha ntar nyanyi "Kembalikan lagi Aya ku yang manis seperti dulu~" deh, pasti Aya yang kalem, manis bin kece nya balik ahahaa

Seeyaaa

Nia 'nistev' Stevania_

Senin, 23 Januari 2012

-- Suka Padamu -- Short story of CaGni


 Short story of CaGni...

 


Suara derap langkahmu..
Yang selalu aku tunggu..

Rintik hujan perlahan menyapa bumi. Namun itu semua tak membuat pemuda tampan ini beranjak dari tempatnya. Masih disini, di tempat ini, menanti kehadiran seseorang yang dikaguminya.
Ia melirik ke arah arloji silver di tangannya. 15 menit lebih lama dari biasanya, dan itu sempat membuat ia berniat untuk meninggalkan tempat ini.
Sayang, hujan turun semakin deras.

Tap..tap..tap..
Derap langkah berlari yang memecah kesunyian di tempatnya berdiri saat ini sontak membuat kepalanya terangkat. Berharap feeling nya (yang sebenarnya memang sudah terlatih untuk mengingat dan menghafal pemilik suara derap tersebut) tak salah.

"Ckckkk...basah lagi!"

Ia menoleh ragu-ragu atau lebih tepatnya mencuri pandang,  menatap gadis yang baru saja menggumam sambil mengibaskan rambut kuncir kudanya.

Aku dilirik olehmu..
Membuatku ingin lari saja..

Sighh..
Secepat kilat ia membuang pandangan saat gadis yang menjadi objek perhatiannya menoleh.

'Shitt! Pake noleh segala lagi!' rutuknya dalam hati, tengsin. 'Tapi nggak papa sih, makin manis aja ni anak.' tambahnya dengan diiringi lirikan kecil melalui ekor matanya.

Sementara itu, sang gadis menaikkan sebelah alisnya melihat tingkah aneh pemuda di sampingnya. Dengan mencuri-curi pandang, lantas membuang muka saat tertangkap basah, tidak sopan.
Ia meneliti tubuhnya -tak kentara- dari atas ke bawah.

'Nggak ada yang salah dari gue..' batinnya dengan kening berkerut. 'Astaga! Jangan-jangan baju gue tembus pandang lagi?!' ia refleks memeluk tubuhnya erat-erat. Tanpa memastikan apakah benar bajunya-tembus-pandang-atau-tidak, ia segera berlari menembus hujan. Membuat pemuda yang tetap memperhatikannya terkaget-kaget sendiri.

Ku suka tapi ku tak tahu..
Harus bagaimana diriku..
Beranikan diriku ini berkenalan..
Denganmu...

Tuk..tuk..tuk..
Pemuda tampan ini masih termenung. Telunjuknya mengetuk-ngetuk bola basket di hadapannya.

"Baru kali ini nih, gue suka sama cewek yang kenal pun nggak." Happ..ia melempar dan menangkap kembali bola basket miliknya. "Gimana caranya gue kenalan, kemaren aja dia kayaknya takut gitu sama gue."

Pukkk...

"Hayolohhh...ngapain malem-malem ngelamun?!!" teriak seseorang mengejutkannya.

Ia menoleh, kemudian menatap gadis cantik yang baru saja mengganggu 'private time' nya tersebut.

"Nyebelin banget sih! Ganggu aja!" ujarnya ketus.

Gadis itu cemberut. "Dasar kakak durhaka! Gitu banget sih sama adek sendiri!"

Ngambek. Gadis ini mulai melakukan aksi 'ngambek' yang memang selalu terjadi saat mendengar ucapan kesal sang kakak yang ditujukan kepadanya.

Pemuda itu menghela nafas, sadar sikapnya barusan membuat sang adik kesal. "Maaf deh, Fy.. Tadi kakak lagi mikir soalnya.." bujuknya dengan tangan kanan yang sudah melingkar halus di lengan Ify, adiknya.

Ify memasang tampang 'sok' mikir dengan telunjuk yang bergerak mengetuk-ngetuk dagu panjangnya. "Tapi anterin Ify ke rumah temen dulu yah... Mau balikin buku soalnya.." pinta Ify sambil tersenyum lebar.

Pemuda itu mengangguk dengan setengah mendengus. "Iya deh, yuk!"

"Ify ambil bukunya dulu!" pamit Ify, kemudian segera berlari menuju kamarnya.

Suka aku suka padamu..
Suka aku suka kau..

"Mybro! Suka bener lo nyanyiin tu lagu?"

Rio, salah seorang sahabat yang selalu mengintil kemana kakinya melangkah langsung merangkul hangat pundaknya. Lelaki itu memutar bola matanya asal, kemudian kembali menyanyikan lagu kesukaannya tersebut.

"Suka..aku suka padamu~ suka..aku suka kau~"

"Elo kenapa sih? Lagi naksir sama cewek ya?" tanya Rio terdengar polos.

Plukk...pemuda itu mengetuk kepala Rio tanpa ampun dengan pulpen yang ia peroleh dari saku seragamnya.

"Ya ialah gue naksir cewe..masa' naksir cowok!" sahutnya jengkel.

Rio tersenyum setengah meringis. "Ya, sorry deh, gue kan cuma pengen mastiin aja. Anyway, tu cewek siapa? Anak sini? Nggak mungkin Ify kan? Kecuali kalau elo korbannya 'the virgin'," celetuk Rio panjang lebar. "Tuhan...berikan--"

"Rio hidung..satu centi lagi..awww!"

Rio memberikan jitakan mautnya pada Cakka, saat pemuda tersebut memotong senandungnya, dan mengganti liriknya sesuka hati. Catat! Sesuka hati dan lebih mengarah kepada 'penghinaan'.

"Nggak gitu liriknya!" ujar Rio antara kesal dan gemas. "Eh back to the topic deh, jadi tu cewek siapa?" sambungnya bertanya. Seolah telah melupakan kekesalan hatinya akan penghinaan Cakka beberapa menit yang lalu.

"Jadi--"

"Pagi Cakka! Pagi Rio!" sapa beberapa siswi yang berpapasan dengan mereka.

"Pagi..." sahut keduanya bersamaan.

"Ganggu aja tuh cewek!" sungut Rio saat cerita Cakka yang belum sedikit pun terselesaikan harus terpotong oleh sapaan pagi dari para gadis yang memang sering mencuri-curi perhatian mereka.

"Tapi lo suka kan~"

"Nggak! Kalau Ify yang nyapa, baru gue seneng!" seru Rio bersemangat.

Brukk..
Cakka melemparkan ranselnya saat ia dan Rio telah sampai di kelas. Kemudian, ia mengeluarkan selembar foto seorang gadis, dengan rambut dikuncir satu yang agak basah, dan wajah yang juga basah. Foto itu di ambil dari sudut kanan oleh Cakka secara diam-diam melalui kamera ponselnya, yang setelahnya segera ia cetak beberapa lembar.

Rio meraih lembaran foto tersebut dan memperhatikannya secara seksama.

"Manis.." gumam Rio sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Namanya Agni, gue sering ketemu dia di halte dekat perempatan ujung jalan sekolah kita. Emm..bukan sering ketemu sih, lebih tepatnya..gue sengaja nungguin dia, biar bisa ketemu sama dia."

Rio mengembalikan foto tersebut pada pemiliknya. "Anak mana?"

"Satu sekolahan sama Ify."

Rio mengangguk kembali. "Jadi Ify yang ngenalin dia ke loe, gitu?"

Cakka menggeleng. Tiba-tiba saja ia tersenyum manis, bayangan kejadian semalam terlintas kembali dalam benaknya.

"Bukan. Malah gue baru tau, kalau dia sama Ify tuh sohib banget! Chair mate.."

"Kok bisa?"

"Jadi..."

Cakka memutar-mutar kunci motor yang terselip di jari telunjuknya dengan malas. Sesekali ia melirik arloji di tangannya, kemudian mendengus kesal. 30 menit telah berlalu, namun Ify belum menampakkan batang hidungnya.

"Tadi katanya mau ngambil buku doang, kok lamanya nggak di diskon gini sih." gerutu Cakka, kesal.

Dari atas, Ify melangkah riang menapaki satu per satu anak tangga, dengan sekantong plastik hitam berukuran cukup besar yang kemungkinan isinya adalah buku.

"Lama amat sih! Kayak putri keraton aja! Ngapain dulu tadi? Luluran?" sembur Cakka.

Ify terkekeh geli, kemudian ia menggandeng tangan kakaknya tersebut dan membawanya keluar menuju kendaraan yang akan mereka gunakan.

"Jangan bawel yah kakak cakep. C'moon kita lets go!" ajaknya yang tanpa aba-aba segera mengikuti Cakka, menaiki motor abangnya tersebut.

"Itu buku temen lo?" tanya Cakka yang mulai menghidupkan mesin motornya. Ify mengangguk tanpa menjawab. Ia sibuk memposisikan kakinya agar berpijak dengan pas. "Ckckk..gilaaa! Temen lo punya toko buku apa perpustakaan nih? Sampe elo bisa minjem segitu banyak?"

Ify memeluk pinggang Cakka demi keamanan. Mengingat frekuensi kecepatan mengendara Cakka yang memang sudah dapat ia pastikan-berapa.

"Bawel banget sih! Buruan, entar kemaleman."

Cakka mendengus dan mulai melajukan kendaraannya menuju sebuah rumah, dengan berbekal alamat yang disampaikan Ify secara lisan selama dalam perjalanan.

10 menit kemudian, keduanya telah berdiri di depan pintu sebuah rumah bergaya minimalis dengan beberapa tanaman yang menghiasi depan rumah tersebut.

Cklekk..
Pintu terbuka setelah Ify menekan bel rumah tersebut beberapa kali. Seorang gadis manis muncul dengan senyum ramahnya.

"Eh elo, kirain nggak jadi." sapa gadis tersebut sambil melebarkan pintu rumahnya. "Masuk, Fy! Eh ini, siapa?" sambungnya bertanya, setelah menyadari ada sosok lain di samping Ify.

"Kenali, Ag, ini kakak gue, Ca-Kka.."

Agni tersenyum kemudian mengulurkan sebelah tangannya. "Agni, Kak."

"Err..Cakka!" balas Cakka sambil menjabat tangan Agni.

Sebagai adik Cakka, Ify dapat menangkap dengan jelas raut kegelisahan yang tercetak di wajah kakaknya tersebut. Dan Ify dapat mengartikan ada sesuatu dibalik tingkah Cakka yang ‎​‎​​‎​tiba-tiba saja terlihat tak seperti biasanya.

"Masuk, yuk!" ajak Agni.

"Ok--"

"Err..nggak usah, Ag. Gue sama Ify balik sekarang aja." sela Cakka buru-buru. Ia tiba-tiba saja teringat tentang kebiasaannya -menunggui Agni sepulang sekolah-, dan takut kalau-kalau Agni mengenali wajahnya sebagai 'pemuda halte'.

Benar saja, selang beberapa detik setelah mendengar penolakan Cakka, kedua mata Agni menyipit dan keningnya berkerut. Seolah-olah sedang mengingat sesuatu.

"Emm..kayaknya, gue pernah ketemu sama lo deh, kak.."

Cakka tertawa garing, "Hahhh?! Hahaha err masa sih? Ahh bukan kali, salah liat orang. Ahaha kan muka gue ganteng." sahutnya yang mulai kacau. Ify terkikik kecil. Agni, gadis itu mengangguk ragu. Hemm..mungkin, dia memang salah orang, tapi sepertinya tidak mungkin juga. Ehh..

"Udah..masuk aja yuk, Kak! Ify haus nih," rengek Ify sambil mengelus-elus tenggorakannya. "minta minum boleh kan, Ag?"

Agni mengangguk cepat. "Tentu! Yuk, masuk!"

Keduanya pun melangkah beriringan menyusul Agni yang berjalan lebih dulu.

"Stt..stt.." Ify menyikut pinggang Cakka, pelan. "Elo naksir Agni yah? Waa ayo ngak--"

Cakka buru-buru membekap mulut Ify yang padahal kalau tidak di bekap pun Agni tak mungkin mendengar karena gadis tersebut berujar pelan.

"Iya, diem! Makanya gue grogi nih."

"Loh kok masih disitu? Ayo, duduk sini!" seru Agni yang baru saja kembali dari dapur dengan sebuah nampan berisi 3 gelas syrup di tangannya.

"Makasih yah, Ag! Gue minum!" seru Ify yang langsung menenggak setengah gelas minuman yang disuguhkan Agni.

Agni menggeleng-geleng melihatnya, sedangkan Cakka, ia justru jadi malu sendiri melihat tingkah Ify.

"Nggak minum, kak?" tanya Agni menyadarkan Cakka dari lamunannya.

"Ehh iya, nih gue minum." Cakka meraih gelas minumannya dengan sedikit gugup.

"Oh iya, Ag, lo tau? Kakak gue ini jago banget loh basketnya. Di sekolah dia kapten basket. Elo mau duel sama dia nggak? Pasti seru deh kalau kalian duel. Kan kalian sama-sama jago." celoteh Ify dengan semangat. Semangat buat nyomblangin sohib dan abangnya ini maksudnya.
Cakka yang sedang minum hampir tersedak, namun ia tetap mencoba bersikap biasa.

"Wahhh! Beneran?! Boleh tuh! Boleh! Mau nggak kak?"

"Uhuk..uhuk.."

Cakka benar-benar tersedak kali ini. Ia mengembalikan gelas kosong di tangannya ke atas meja dan menutupi mulutnya yang mulai batuk.

"Ehh emm maksud lo?"

Ify berdecak gemas. "Yee..si kakak. Agni ngajakin lo duel noh, mau nggak?"

"Kalau kakak mau sih." tambah Agni penuh harap dalam ucapannya.

Kalau bukan karena menahan gengsi, mungkin Cakka sudah berseru "YES! I WANT IT!" dengan semangat 45.

"Emm kenapa nggak? Penasaran juga, gimana sih kemampuan yang lo punya."

"Jangan ngeremehin Agni lo, kak.. Dia tuh kapten basket putri di sekolah Ify." ucap Ify bangga, sambil menepuk keras pundak Agni.

"Nggak make nabok juga kali neng.."

Ify menyeringai lucu, Agni hanya mendelik melihatnya.

"Ya udah, Ag. Gue pamit sekarang deh, takut kemaleman."

"Sippp, gue anter ke depan deh." Agni berdiri dan mulai mengiringi Ify dan Cakka yang melangkah di depannya.

"Jangan kangen sama gue yah, Ag!" seru Ify bercanda.

"No thanks!"

"Iya deh, paling elo kangennya sama kakak gue~" goda Ify sambil melirik Cakka melalui ekor matanya.

"Apaan sih~"

"Ahahhaa, gue balik dulu, seeya Ag!" pamit Ify sambil menaiki motor Cakka.

"Kak?" panggil Agni sebelum Cakka melajukan motornya. Cakka menoleh dan menaikkan kaca helmnya.

"Yaa?"

"Besok siang yah? Di lapangan basket yang depan halte, tau, kan?" ucap Agni menahan senyum, membuat Cakka salah tingkah. Sepertinya Agni sudah sadar.

"Sippp!" Cakka mengacungkan ibu jarinya sambil tersenyum manis. Entah mengapa, Agni jadi malu sendiri.

"Udah kali ngobrolnya, Ify ngantuk woyyyy!" seru Ify yang langsung membuat Cakka merutuk dalam hati. Ia merasa suara cempreng adiknya tersebut mematahkan keindahan suasana hatinya.

"Balik yah, Ag! Nih nenek lampir satu manjanya kumat, bye!"

"...gitu~"

Rio mengangguk paham setelah Cakka menceritakan kejadian semalam, saat ia yang awalnya setengah mengantar Ify untuk mengembalikan buku milik temannya yang ternyata Agni, gadis yang selama ini selalu membuatnya menunggu di halte.

"Eh, bro, kapan kek gitu elo ngizinin gue jalan sama Ify. Masa' gue cuman ketemu sama adek lo di rumah lo doang? Mana gue nggak bisa main tiap hari lagi, huhhh.." keluh Rio.

Berhubung hatinya sedang berbunga-bunga, Cakka berniat untuk menyenangkan hati sahabatnya yang satu ini. "Entar sore, mending elo ikut gue duel sama Agni deh, gue yakin Ify juga ikut. Jadi pas gue tanding, elo temenin deh tuh si Ify."

Kedua mata Rio melebar, kemudian dengan semangat menggebu-gebu, ia memeluk -sangat- erat tubuh Cakka. "Siap mybro! Aku padamu dah!"

"Nggak pake meluk juga kali!" sungut Cakka risih.
***

Siang hari sepulang sekolah..

Duk..duk..duk..
Ify mendribbel bola basket milik Agni yang dititipkan padanya. Sedang Agni sendiri, tengah serius menguncir rambutnya agar lebih mudah saat berduel nanti.

"Kakak lo mana, Fy? Lama bener.."

Ify menghentikan kegiatannya, dan menatap Agni dengan senyum menggoda. "Ecieee kangen nih sama abang gue?~"

Mendadak Agni jadi kehilangan kata-kata. "Ahhh ehh enggak. Kan mau duel? Iya, kan?"

"Ya...gue sih cuma mau ngebocorin sesuatu doang sama lo."

Agni menatap Ify dengan alis terangkat. "Apa?"

"Sebenernya abang gue tuh..."
***

Cakka tak henti-hentinya membenarkan tatanan rambut yang sebenarnya sudah sangat rapi dan...keren!
Rio yang berjalan di sebelahnya jadi risih sendiri. Sepanjang jalan, dari rumah hingga mereka hampir sampai di lapangan basket, Cakka tetap sibuk mengurus rambut dan setelannya. Dan dengan santainya, pemuda tersebut membebankan bola basket, air mineral dan ransel nya kepada Rio.

"Gue telen juga lo, Kka!" ucap Rio dongkol.

Cakka mengernyit heran. "Lah, kenapa? Gue kan nggak ngapa-ngapain elo?"

"Nggak ngapa-ngapain lo bilang? Terus gue bawa-bawain barang lo ini karena apa? Karena siapa?"

Cakka meringis, kemudian terkekeh pelan. Ia menghentikan kegiatan mengurus rambutnya dan mulai mengambil kembali barang titipannya kepada Rio.

"Heheee sorry, cuy. Jangan ngambek, ngambek nggak gue kasih izin deketin Ify, nih.." bujuk Cakka mengancam, bercanda sebenarnya. Mendengar nama Ify disebut, Rio langsung memasang tampang semanis mungkin dan merebut kembali barang-barang Cakka yang sempat ia bawa.

"Ehhee iya deng, gue nggak marah. Tapi izin gue buat pacaran sama Ify ada dong? Nggak pake nyogok, kan?" Cakka tersenyum sambil mengangguk. Lumayan, nama Ify bisa di andelin juga.

"Ify!"

"Agni!"

Keduanya sama-sama berseru dengan mengucapkan nama yang berbeda.

"Lama banget sih, ngapain dulu? Nonton? Nyelem? Apa syuting? Nggak tau apa ini lagi panas banget!" semprot Ify begitu Cakka dan Rio menghampirinya.

"Ya ampun! Ify haus yah?" Rio -sok- panik, dan langsung mengobrak-abrik tas Cakka. "Ini deh, minum dulu! Biar nggak dehidrasi." Rio menyerahkan botol minuman yang sebenarnya milik Cakka. Ify menerimanya dengan senyuman manis seolah berterima kasih.
Sedangkan Cakka dan Agni menyaksikan dengan heran tingkah Rio yang sok panik dan terkesan to much tersebut.

"Ya ampun! Sampe keringetan gini..sini deh kak Rio lapin yah." Rio mengeluarkan sapu tangan dari sakunya dan mulai menyeka keringat Ify.

"Ehh kak, nggak usah--" tolak Ify.

Rio mesem-mesem sambil memasang tampang lucu yang membuat Cakka jadi geli sendiri. "Nggak papa kok, kesana aja yuk, lebih adem!" ajak Rio sembari menggamit lengan Ify.
Tapi sebelumnya....
Brukk..
Ia melemparkan ransel dan bola basket milik Cakka kepada si empunya.

"Tuh bro, perabotan lo! Gue sama Ify ke sana dulu yee~" pamitnya sambil menunjuk sebuah stand es kelapa di dekat mereka.

"Arghhh..Rio pesek! Dasar emang!"

Agni tertawa melihat Cakka yang meringis menahan sakit. "Sakit yah, kak? Jadi duelnya, nggak?"

Cakka menghembuskan nafasnya sejenak kemudian berdiri tegap. "I'm strong! Ayo, kita duel!" ajaknya sambil tersenyum manis.

Agni tidak dapat menahan senyum malu-malu nya saat melihat senyuman manis Cakka. Huhhh, sepertinya ia mulai menyukai kakaknya Ify ini.

"Siapa yang duluan?"

"Suit yourself, i'll follow you."

Finally, mereka sepakat untuk mengundi terlebih dahulu, untuk menentukan siapa yang memulai. Setelah menemukan jawabannya, keduanya pun asik dan larut dalam pertandingan seru yang tanpa mereka sadari telah membuat mereka nyaman satu sama lain.

"Yess! Masukk!" seru Cakka saat memasukkan three point yang menurut Agni 'waw' tersebut.

"Keren! Udahan yuk, kak! Capek.."

Cakka mengangguk dan mengikuti Agni yang melangkah menuju pohon rindang, tempat tas dan air mineral milik mereka berada.

"Huhhh, kakak mainnya keren banget deh!" puji Agni sungguh-sungguh.

Cakka menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal. Di puji gebetan? Seneng dong!

"Ehehe elo juga kok, keren! Gue sampe ngos-ngosan nih, huhh hahh huhh.." ujar Cakka sambil berpura-pura mengatur nafas.

"Jayus deh," sahut Agni sambil mendorong pelan pundak Cakka.

"Ehh nggak percaya.. Serius! Gue ngos-ngosan banget ini.."

Agni terkekeh, "itu mah karena ini nih.." Agni menepuk-nepuk perut Cakka yang kontan saja membuat nafas Cakka tertahan sejenak. "buncit! Ehhee." 

Cakka diam tak merespon. Masih terlalu shock dengan tingkah Agni yang hanya sebentar tapi berefek lama bagi dirinya.
Agni yang melihat ke-diam-an Cakka, menggigit bibir bawahnya. Jangan-jangan, Cakka marah karena ia katai buncit. Atau malah ia tadi telah lancang karena telah menepuk-nepuk perut Cakka tanpa izin?

"Ehh, Kak. Maaf, aku nggak maksud ngatain kakak buncit kok, aku juga nggak sengaja tadi nepuk-nepuk perut kakak. Beneran deh, refleks.."

Cakka tersadar, dan menjadi salah tingkah sendiri. "Hahh?! Enggak kok, enggak! Emm gue eee haus aja, emm kan tadi minuman gue di embat sama Ify, ehehe"

Agni tersenyum, "ohh kirain kakak marah. Ya udah, nih minum punya aku aja.." Agni menyodorkan botol minumannya kepada Cakka.

"Elo sendiri?"

"Kan udah gue minum setengahnya, nggak papa kan bekas mulut gue?" tanya Agni agak ragu.

'Nggak papa! Nggak papa banget malah!' seru Cakka dalam hati.

"Nggak papa kok, gue habisin, boleh?" pinta Cakka dengan seringai lucu yang menampakkan deretan gigi yang baru di behel beberapa minggu yang lalu.

Hening..
Cakka masih sibuk menenggak minuman Agni, sedangkan Agni.. Ia sedang berusaha melepaskan ikatan rambutnya. Niatnya sih hanya ingin merapikan.

Lihat rambutmu terurai..
Ku rasakan terbang melayang..

Srettt..
Agni menarik karet rambutnya dan membuat kumpulan rambut tersebut meluruh secara perlahan. Cakka yang masih minum ternganga. Adegan terlepasnya ikatan rambut Agni tersebut bagai di slow motion, dan entah mengapa, Cakka terpana menyaksikannya.
Agni menyisir rambut terurainya dengan jemari tangannya. Masih dengan pengawasan mata Cakka yang tak di sadarinya, ia mulai mengumpulkan rambutnya kembali menjadi satu untuk di ikat.

"Jangan di iket, Ag! Lo cantik banget kalau kayak gitu.."

"Hahh?!"
***

Rio tertawa terbahak-bahak saat mendengar cerita Cakka kemarin sore. Lucu! Dan terkesan bukan Cakka banget.

"Hahh hahh, gila! Elo sampe muji dia tanpa sadar dan dia sampe mangap?"

"Ahh udah kek, gue beneran lagi terpesona tau sama dia, eh pas gue ngomong gitu dia malah mangap, terus tau-tau gue liat pipinya merah--"

"Terus langsung lari ninggalin elo sendiri gitu? Ahahaa."

Cakka mengangguk, ia memainkan karet rambut Agni yang tanpa sadar di tinggalkan oleh pemiliknya. Yah, Agni batal mengikat rambutnya saat mendengar celetukan spontan dari mulut Cakka. Agni sendiri merasa malu dan salah tingkah setelah mendengarnya, dan entah atas dasar apa..gadis tersebut berlari meninggalkan Cakka yang -mungkin- masih tertegun.

"Terus, mau lo apain tuh iket rambut?"

"Mau gue balikin entar.."
***

"Ughhh..gue malu banget, Fy!" seru Agni sambil memukul-mukul mejanya.

"Hehh, apa yang perlu lo maluin coba? Kakak gue cowok, kalau dia bilang elo cantik kan, wajar.."

"Tapi gue langsung lari, entar dia ngiranya apa lagi. Ahhhh Agni bego!"

"Ahahha makanya, jadi anak jangan polos-polos banget napa."

Agni mendengus. "Iya deh, yang pdkt nya lancar sama kak Rio."

"Ahhaha itu anugerah hidup gue."

Agni menggigit bibir bawahnya, dan mulai menatap Ify serius. "Errr, Fy? Yang elo bilang di lapangan kemaren..beneran nggak sih?" tanya Agni tiba-tiba.

"Hahh?! Yang mana?" Ify balik bertanya sambil mencomot sebungkus Yupi di depannya.

"Yang emm sebelum kakak lo dateng itu~"

"I hope so!" jawab Ify santai.

Agni melotot kaget. "Hahhh?! Jadi nggak pasti? Ishh elo bikin gue berharap aja sih."

"Ahahaha, feeling gue sih nggak pernah meleset.."

"Jadi maksud lo?"

"We'll see.."
***

"Suka..aku suka padamu~ suka..aku suka kau~"
Cakka bersenandung riang sambil mengelap bola-bola basket di gedung olahraga, Rio yang sedang bersamanya jadi heran sendiri. Mungkin Cakka sudah melupakan kejadian tempo hari.

"Kalau suka, tembak dong bro! Dor..dor..dor..phew!" sahut Rio sambil bergaya ala koboi yang sedang menembak, lengkap dengan suara tembakannya.

"Elo sendiri, belum nembak adek gue, kenapa tuh?"

Rio menepuk-nepuk pundak Cakka. "Gue mah let it flow aja. Slow but sure, yang penting elo dulu."

"Caranya gimana yah, Yo?"

Rio mulai berpikir, jari telunjuknya bergerak mengetuk-ngetuk dagunya bak detektif. "Hemmm...dinner!"
***

Ify memanyunkan bibirnya dengan kesal. Kalau bukan karena Cakka kakaknya, mungkin dia akan menolak rencana Rio mentah-mentah.
Rencananya, Cakka akan mengajak Agni dinner. Nggak usah jauh-jauh, di rumah cukuplah. Makanan tinggal delivery aja, soal pelayan seperti usulan Rio, nanti ia sendiri yang akan turun tangan melayani Cakka dengan di dampingi Ify.
Jelaslah Ify menolak. Masa' jadi pelayan?

"Ahh, elo nggak asik banget sih, kak.. Masa' gue jadi pelayan?~" rajuk Ify pada Rio yang sibuk menata meja makan.

Rio tersenyum kecil, "ya..sekali-kali gitu Fy, biar Cakka seneng."

"Iya sih, tapi--"

Ting tong..ting tong..
Bel rumah yang berbunyi memotong ucapan Ify.

"Kak Cakka! Bukain pintunya!" teriak Ify dari dapur. Rio menutup kedua kupingnya saat mendengar teriakan maha dahsyat dari mulut Ify.

"Gilaa! Itu mulut apa toa mesjid?"

"Toa mesjidnya kak, yang gue telen, ehehee. " sahut Ify bercanda.

Sementara itu..
Cakka baru saja memastikan kerapian penampilannya. Ia segera menuruti titah Ify untuk membuka pintu. Sambil bersiul-siul, Cakka menuruni anak tangga satu persatu.

"Suka..aku suka padamu~"

Dan kembali, ia menyenandungkan lagu kesukaanya tersebut saat ini membuka pintu. Sebenernya ia sudah dapat memastikan, bahwa tamu ini adalah orang yang sedang ia tunggu-tunggu.

Cklek..
Cakka membuka pintunya sambil tetap bersenandung, guna menghilangkan rasa gugupnya. "Suka..ak-ku su-ka ka-au..~"
Senandung Cakka berubah menjadi kalimat patah-patah yang diucapkannya tanpa nada. Ia kembali terpesona mendapati sesosok gadis manis yang terlihat cantik meski dengan dandanan seadanya. Mini dress simple berwarna kalem, dengan flat shoes senada telah Agni kenakan saat ini.
Jujur, Agni jadi risih sendiri melihat Cakka yang menatapnya dengan sedemikan berlebihan-dimatanya.

"Elo cantik banget, Ag! Gue bener-bener jatuh cinta sama lo, lo mau nggak jadi cewek gue?" tembak Cakka langsung, masih dalam kondisi di bawah alam sadarnya.

"Hahh?! Maksud kakak?!" tanya Agni agak keras. Ia shock, dan ingin memastikan pendengarannya tidak salah.

Cakka tersadar, kemudian menggaruk-garuk tengkuknya. "Emm maksud apa?"

"Maksud ucapan sebelum kakak bener-bener sadar." ucap Agni melemah. Sepertinya ia kecewa saat menyadari Cakka mengucapkan kalimat lancar tersebut dibawah alam sadarnya.

"Hahh! Err emang gue, gue tadi ngomong apaan, Ag?"

Agni menggeleng lesu, moodnya mendadak hilang. Ia pun berniat meninggalkan kediaman Cakka tanpa dinner, sekarang juga.

"Emm lupain aja deh. Gue balik kak, kayaknya gue mendadak badmood." Agni berbalik tanpa mendengarkan jawaban dari Cakka, hatinya benar-benar sedih karena semua tidak seperti yang ia harapkan.

"Tunggu, Ag! Aku..ak-ak-ku," Cakka terdiam saat Agni menghentikan langkahnya tanpa berbalik. "Aku emang suka sama kamu! Aku serius!" lanjutnya berteriak, membuat Agni terdiam di tempat dengan perasaan tak menentu.
Cakka sadar apa nggak? Ini beneran apa bo'ong?

Perlahan tapi pasti, Cakka menyusul Agni dan memutar balik tubuh gadis tersebut untuk menatapnya. "Aku beneran suka sama kamu! Kamu mau jadi pacar aku?" aku Cakka tegas. Ia meminta kesediaan Agni untuk menjadi kekasihnya dengan sungguh-sungguh.

Tak tahu harus berkata apa, Agni hanya mengangguk sambil tersenyum malu. Cakka benar-benar bahagia dan segera merengkuh gadis tersebut kedalam dekapannya.

Prok..prok..
Suara tepuk tangan tiba-tiba saja terdengar oleh telingan mereka. Sumbernya, darimana lagi kalau bukan Ify dan Rio. Mereka memang sengaja mengintili Cakka, saat pemuda tersebut hendak membukakan pintu untuk Agni. Keduanya pun langsung memasang kuping baik-baik saat Cakka dan Agni memulai pembicaraan.
Cakka melepaskan Agni dari dekapannya dan menatap Ify serta Rio yang merusak moment romantisnya bersama Agni. Yang di tatap hanya memasang cengiran tak berdosa.

"Yahh, jadi juga lo, bro! Batal deh dinnernya.." ujar Rio pura-pura mengeluh.

"Yeyyyy! Nggak jadi deh jadi pelayannya, asikkk.." seru Ify senang, karena ia tak jadi melayani kakaknya yang semula direncanakan untuk melancarkan aksi penembakannya.

"Enak aja! Karena elo-elo udah ganggu acara peluk-pelukan gue sama Agni, elo berdua kudu mesti wajib ngelayanin kita di dinner kita yang pertama ini!" seru Cakka sambil merangkul Agni. "Nggak ada yang ngebantah! Atau izin pacaran kalian berdua gue cabut.." sambungnya mengancam. Kemudian, bersama Agni yang menahan tawa, ia memasuki rumah menuju ruang makan terlebih dahulu.

"Yah..kakak..."

----

Finish!
Huhhh, bahagia sekali rasanya karena saya bisa menyelesaikan cerpen ini. Yah meskipun harus memakan waktu dua hari-_-
Gimana? Seru nggak? Ngefeel nggak?
Gue bingung! Ini pertama kalinya gue bikin short story of CaGni (atau lebih tepatnya, short story about couple selain RiFy!). Dan jujur, sulitttt banget ngedapetin feelnya. Spesial nih, buat "RESTI" si sarap yang suka CaGni. Maaf kalau alurnya nggak sesuai harapan elo ya, rap-_-
Gue galau soalnya, temsek lo nggak ada kabar. Gue kangen banget tau nggak?!!!!

Anyway, itu endingnya kok garing banget sih-_- ini lagi judulnya nggak banget ahahahaa
Okehhh, saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari kalian yang sudah membaca yaaaa...

Hemm soal yang nanyain WL, diusahain cepet..cepet-cepet tamat maksudnya._.v
Buat yang minta cerpen RiFy, harap ditunggu aja yaaa ehehehee

Ow..ow.. Gue orangnya nggak pernah bosen loh buat say thanks to all readers, likers, komentator, dan semua-muanya! Ahahahaa

Song title : Suka Padamu
Artist : Bastian

Seeyaaa

Nia 'nistev' stevania_