Rabu, 20 April 2011

"_Tentang Sebuah Kisah : Aku, dia dan mereka_" bagian 4





Ini sebuah kisah. Tentang aku, dia dan mereka. Tentang perasaan, penyesalan dan pegharapan. Tentang dia ‎yang terlalu mudah untuk ku cinta dan terlalu sulit untuk ku lupakan.
Dan inilah sebuah kisah, tentang cinta ‎yang terlalu sulit untuk ku akui kehadirannya. Hingga membawa ku pada penyesalan dan hanya bisa berharap semoga kita akan dipertemukan kembali.....



Bagian 4


»» Disaat restu sudah ditangan, aku justru merasa ragu untuk bisa mendapatkanmu ««

Aku sedang terduduk dibangku taman ‎yang terletak didekat musholla sekolahku. Pandanganku menyebar, mencari-cari sesosok wanita, dia.
Aku berencana untuk memberitahukan kepada dia bahwa mereka -Shilla dan Sivia- ingin meminta maaf. Dia pasti senang, apalagi dia pernah mengutarakan keinginannya untuk bisa berteman akrab dengan Sivia dan Shilla. Yahhh..bagaimana pun juga, Shilla dan Sivia adalah teman -satu sekolah- lama dia kan..?? Sudah semestinya kalau mereka saling bercengkrama satu sama lain.
Mataku sudah lelah mencari-cari dia, tapi hasilnya nihil. Padahal sebentar lagi waktunya dia melakukan shalat dzuhur, dan biasanya dia akan datang minimal 5 menit lebih awal dari waktu adzan.
Aku mencoba mengedarkan pandanganku sekali lagi. Senyum sumringah terukir dibibirku saat ku dapati dia sedang melangkah ke arahku, mungkin lebih tepatnya ke arah musholla ini. Tapi...dia tidak sendiri. Disampingnya ada Debo -salah satu teman sekelasku- ‎‎yang terlihat asik membicarakan sesuatu dengan dia. Ahhhh..lagi-lagi perasaan kesal itu hadir, aku cemburu.
Dia semakin mendekat dengan senyuman manis yang sepertinya untukku. Aku menghirup nafas sejenak, sesaat sebelum dia benar-benar berada tepat dihadapanku

"Hai Yo"

"Eumm...hai Fy"aku membalas sapaannya dengan kikuk. Ohhh...Tuhan..kenapa detak jantungku semakin hari semakin sulit dikontrol saat bertemu dia..?? Tenangkanlah Tuhan..kali ini saja

"Kok malah diem sih Yo..??"

"Ehh..sebenarnya gue peng..."

"Eh udah adzan, masuk yuk Fy"

Shitt..!! Aku mengumpat kesal. Debo baru saja memotong ucapan ‎yang dengan susah payah ku usahakan untuk keluar dari mulutku. Hahh..aku bisa menebak, Debo tidak suka denganku yang mungkin menurutnya dekat dengan dia. Meskipun pada kenyataannya aku dan dia memang dekat. Aku bisa melihat jelas sorot mata penuh ketidak sukaan dimata Debo

"Bentar De"aku tersenyum miring mendengar sahutan dia "kamu mau ngomong ‎apa Yo..??"

"Aku mau bilang kalau..."

"Gak baik menomer duakan Tuhan Fy, dan sebaiknya kamu memenuhi panggilan Tuhan dulu setelah itu baru makhluk-Nya"

Ohh..Tuhan...‎Debo benar-benar pengganggu.
Aku bisa melihat raut kebingungan diwajah dia. Well, aku akui perkataan Debo ada benarnya. Tapi, bisakan dia mengucapkannya dengan manis bukan tatapan sinis

"Ya udah, kamu shalat dulu aja Fy"suruhku "ntar gue sms-in lo aja kalau lo lagi sendiri"sambungku sedikit menyindir Debo. Dia mengangguk dan tersenyum kecil

"Makasih Yo buat pengertiannya"

"Sipp, gue ke kelas dulu yah..bye"aku pamit, dia menjawabnya dengan sebuah senyuman.

Dari jarak yang tidak terlalu jauh dari musholla, aku memandangi punggung dia ‎yang mulai menghilang dibalik pintu musholla.

-----

"Sekedar ngingetin yah, elo gak pantes sama Ify"

Aku menatap Debo dengan alis bertaut. Apa maksud Debo berkata seperti itu..??

"Maksud lo apa..?? Gue gak ngerti"ucapku berusaha biasa

"Gak usah pura-pura bego, elo suka kan sama Ify..??"aku mengangguk mantap "gue peringatin sama lo, elo jangan pernah ngedektin Ify. Karna elo sama dia beda..inget beda"aku bisa merasakan tatapan tidak bersahabat Debo "dan gak perlu gue jelasin, lo pasti ngerti dengan maksud perbedaan itu"

Debo pergi setelah mengucapkan semua itu. Dan aku hanya memandang penuh amarah ke arah pintu gerbang, sebelum Debo menghilang dari sana
Hahhh...kenapa Debo begitu sinis sih tadi..?? Apa Debo juga menyukai dia..?? Tapi..bukan berarti Debo bisa bersikap seenaknya kan..?? Aku tau, aku dan dia berbeda. Dia Islam sedangkan aku..?? Tapi bukan berarti aku tidak boleh jatuh cinta kepada Dia kan..??

»» Sebuah lagu menenangkan hatiku. Lagu kesukaanmu yang mulai menjadi lagu kesukaanku. Dan setidaknya aku semakin mantap untuk bisa memiliki hatimu ««

"Bukankah kita diciptakan untuk dapat saling memahami...mengapa ini yang terjadi"

Aku berdiri dibelakang dia yang sedang bersenandung pelan. Sepertinya dia menyenandungkan lagu ‎yang terputar dari mp3 miliknya. Karna aku sudah hafal betul kebiasaannya ‎yang sering menyendiri sambil mendengarkan lagu di taman dekat musholla ini.
Suara dia yang begitu menghanyutkan membuatku tidak menyadari bahwa lagu yang ia bawakan sudah berakhir. Diluar kesadaranku, aku bertepuk tangan, takjub. Dia menoleh dan tersenyum malu, aku berkata demikian karna melihat dia yang salah tingkah

"Suara lo bagus"

"Masa' sih..?? Lagunya kali yang bagus"

"Lagunya bagus..??"aku memasang tampang 'sok mikir' sambil memposisikan duduk disebelahnya "mungkin sih. Tapi..gue lebih terpesona karna ngedengerin suara lo. Buktinya gue sampe gak sadar kalau lo udahan nyanyinya"sambungku jujur. Karna memang itu yang kurasakan

"Kamu paling bisa deh Yo, bikin cewe terbang"

Dia tertawa kecil, dan aku hanya menyeringai bangga kearahnya

"Woyyalahh..Rio"ucapku "eh emang tadi lo terbang..?? Mana..?? Kaki lo masih napak"aku clingukan kearah kaki dia ‎yang masih menapak dirumput, dengan ekspresi kaget yang dibuat-buat. Lagi-lagi dia tertawa sambil meninju pelan pundakku

"Jayus banget sih kamu"

"Jayus..?? Tapi ketawa. Berarti lucu dong"

"Iya deh, terserah kamu aja. Yang penting kamu seneng"

"Eh iya Fy, elo habis dengerin lagu apa..??"tanyaku ingin tahu. Saat mendengarkan dia bernyanyi tadi, aku jadi penasaran ingin mendengar lagu aslinya

"Tere, mengapa ini yang terjadi"dia tersenyum dan menyodorkan mp3 miliknya "nih kalau kamu mau ngedengerin"tambahnya. Aku meraih mp3 putih itu. Baru saja memasangkan satu earphone ke telinga kananku, bel tanda masuk berbunyi. Aku mendengus sebal karna rencana ku untuk mendengarkan lagu itu terhenti

"Yah..pake bel lagi"

"Bawa pulang aja kalau mau. Ntar lagunya kan bisa sekalian kamu copy ke PC kamu"aku mengangguk mendengarkan saran dari dia

"Oke tapi gak papa nih..??"tanyaku basa basi

"Ngga papa kok, tapi besok dibawa yah, soalnya aku suka dengerin mp3 kalau lagi kesepian..ehehe"

Dan kami pun beranjak setelah perundingan singkat itu. Huhhh..jadi tidak sabar untuk cepat-cepat pulang

-----

Aku membanting tubuhku diatas tempat tidur empuk milikku. Melempar asal seragam sekolah ‎yang baru saja kuganti dengan kaos hijau yang lebih santai. Aku merogoh ransel hitamku dan mengeluarkan sebuah mp3 berwarna baby blue dengan les putih. Ku pasang earphone putih ‎yang masih menempel di mp3 itu. Dan aku pun mulai mencari lagu Tere yang didengarkan dia tadi di list lagu. Sekali..dua kali, aku mendengarkan lagu itu. Dan untuk ketiga kalinya aku memutar lagu itu sambil mendengarkannya dengan seksama. Mencoba menghayati makna dari lirik lagu itu

~~~
Tiada ‎yang salah dalam perbedaan
Dan segala yang kita punya
Yang salah hanyalah sudut pandang kita
Yang membuat kita terpisah
~~~

Yah...harus ku akui kalau dipikir-pikir, perbedaan yang ada diantara aku dan dia bukanlah hal yang salah. Karna pada dasarnya semua yang ada di dunia ini diciptakan dengan memiliki perbedaan. Tergantung bagaimana cara kita menanggapinya.

~~~
Karna tak seharusnya perbedaan menjadi jurang
~~~

Kalau dari awal aku sudah menganggap perbedaan itu penghalang, selamanya dia benar-benar akan menjadi penghalang.

~~~
Bukankah kita diciptakan
Untuk dapat saling melengkapi
Mengapa ini ‎yang terjadi
~~~

Semua manusia diciptakan dengan perbedaan. Ada yang mempunyai kelebihan dan ada juga yang memiliki kekurangan. Dan Tuhan punya alasan tersendiri mengapa Ia menciptakan makhluk-Nya dengan berbeda. Logikanya, ‎yang 'berkelebihan' diciptakan untuk melengkapi ‎yang 'berkekurangan', seperti misalnya yang bisa melihat, bisa menjadi mata bagi yang buta. Ahhh...kenapa aku tak pernah berpikir sampai sini sebelumnya..??

~~~
Mestinya perbedaan bukan alasan
Untuk tak saling memahami
Harusnya cinta bisa memberi jalan
Tuk satu kan semua harapan
~~~

Dan kalau aku benar-benar mencintai dia, mestinya aku berusaha keras agar perbedaan itu bukan lagi penghalang untukku dan dia.

~~~
Karna tak seharusnya perbedaan menjadi jurang

Bukankah kita diciptakan
Untuk dapat saling melengkapi
Mengapa ini ‎yang terjadi
~~~

Aku tersenyum puas, kemudian melepaskan earphone putih ‎yang menempel dikupingku. Sepertinya semangatku kembali muncul. Omongan Debo yang sempat terngiang-ngiang ditelingaku dari beberapa hari yang lalu, mulai menghilang.
Ahhh...lagu ini benar-benar ajaib, pantas saja dia menyukai lagu ini. Karna dari lagu ini kita bisa membuka pikiran kita agar tak selalu menjadikan segala macam perbedaan -apapun itu bentuknya-, sebagai penghalang dalam mewujudkan suatu harapan

»» Aku bahagia karna dia bisa berada disini bersamaku dan mereka ««

"Ify.."

Aku mendongak, mengalihkan perhatianku dari semangkuk bakso dihadapanku. Dengan kening berkerut aku menatap Shilla yang baru saja menyerukan nama Ify

"Mereka udah baikan Yo"ujar Alvin seolah membaca pikiranku

"Hai.."

Dia menyapa sambil tersenyum ramah dan tentu saja aku dan mereka juga membalas dengan senyuman yang tak kalah ramah

"Gabung disini aja Fy, Rio kangen tuh"

Well, mungkin Sivia hanya bermaksud untuk menggodaku. Tapi tidak tahukah bahwa aku merasa seperti menjadi orang bodoh saat ini. Karna celetukan Sivia tadi tentu saja membuatku salah tingkah

"Hahh...ap..apaan sih lo Vi"aku agak gelagapan menyahuti celetukan Sivia tadi. Sontak saja, mereka tertawa melihat tingkahku sedangkan dia, dia hanya menahan tawanya

"Eh duduk Fy, gak cape ‎apa lo bediri mulu"ujarku berusaha mengalihkan perhatian mereka

"Emm..aku duduk dimana nih..??"

Dia clingukan mencari tempat kosong. Mereka saling pandang, dan atas inisiatif ku sendiri aku menggeser duduk ku sedikit lebih ke kanan

"Duduk sini aja Fy"suruhku sambil menepuk tempat kosong disebelahku. Dia mengangguk dan mengambil posisi duduk disebelahku

"Ehm..ehm..aduhh, Yel gue keselek nih"

"Hahh..keselek yah Shill, ini nih minum dulu"

Gabriel memberikan segelas es jeruk miliknya kepada Shilla dengan gaya 'sok mesra'. Lalu keduanya tertawa bersama, yahh..aku tahu, mereka sedang menggodaku lagi saat ini

"Kok kamu gak makan Yo..??"

"Hahh..‎engga itu, ini mau makan"aku meringis sambil menghentak-hentakkan kakiku dengan pelan.
Hiuhh..tak tahukah dia..?? Selera makanku menghilang karna dia. Bukan berarti dia perusak moodku, tapi...aku seperti merasa lebih kenyang menatap wajahnya daripada menyantap makanan dihadapanku saat ini

"Ya udah, dimakan dong Yo. Kok malah di diemin"ucapan dia membuyarkan lamunanku "ntar kalau dingin nggak enak lagi lho"

Aku tertawa kecil, tidak menyangka gadis yang awalnya ku kenal sebagai gadis -cukup- pendiam ternyata bisa cerewet juga

"Malah ketawa"dia mencibir pelan

"Ehehe...habis, sekarang elo cerewet banget deh perasaan. Padahal sebelum-sebelumnya rada pendiem"

"Apaan sih Yo"dia mendorong pelan pundakku, membuat tubuhku terdorong ke belakang dan tepat menubruk bahu Gabriel. Sehingga, bulatan bakso yang hampir mendarat didalam mulut Gabriel terlempar jauh ke mangkuk Alvin

"Huahahahaaa"aku tak dapat menahan tawaku, begitu pun dengan dia dan mereka. Kecuali Gabriel, yang nampak memajukan bibirnya beberapa centi

"Rese' banget sih lo Yo, bakso terakhir gue tuh"ucap Gabreil agak kesal. Garpunya mengarah ke dalam mangkuk Alvin

"Eitsss...ini mangkok gue dan segala yang ada didalam mangkok ini adalah milik gue"ujar Alvin sambil menepis tangan Gabriel ‎yang siap menusukkan garpunya ke salah satu bakso di mangkuk Alvin

Hahhh...dan aku merasa, keadaan semakin menyenangkan saat ini. Semoga ini akan berlangsung selamanya

0 komentar:

Posting Komentar