Sabtu, 19 Maret 2011

"_Cinta Pertamaku..Cinta Terakhirmu_" By Nia Stevania

Kelak kau kan menjalani hidupmu sendiri...
Melukai kenangan yang t'lah kita lalui...
Yang tersisa hanya aku sendiri...
Kau akan terbang jauh menembus awan...
-----

"kanker otak.."ucap Ify kaget, kalimatnya terdengar pelan, Gabriel yang menjadi lawan bicara dokter tersebut tersentak kaget. Ify sangat terkejut dengan pernyataan dokter yang terdengar samar-samar itu. Ia berjalan 2 langkah lebih maju menghampiri dokter tersebut "apa benar dok..??"tanya nya meminta kepastian. Gabriel dan dokter saling pandang, kemudian dengan ragu dokter tersebut mengangguk sedangkan Gabriel hanya diam tak bersuara "gak..gak mungkin, dokter pasti salah, pasti ini semua salah, gak mungkin dok gak mungkin"Ify terus meracau antara tak terima dan tak percaya dengan pernyataan dokter Indra tadi. Bagaimana tidak, kanker otak, penyakit yang sangat mematikan

"maaf nak, sayangnya dengan sangat terpaksa saya harus mengatakan kalau itu semua benar, stadium akhir"ucap dokter Indra pelan namun tegas. Meskipun tak tega, tapi dokter Indra tak mungkin berbohong walah hanya demi menjaga perasaan Ify

Ify membiarkan bulir-bulir hangat itu menyapa kulit pipinya "gak mungkin..gak mungkin"ia menutup mulut dengan kedua tangannya, kepalanya menggeleng ke kanan dan kiri. Sungguh tidak percaya dengan kenyataan pahit itu "Yel, bilang kalau semua itu bohong, bilang Yel"Ify terus memaksa Gabriel untuk meralat ucapan dokter tadi, tangisnya semakin deras. Kedua bahu Gabriel dicengkramnya kuat, Gabriel yang tak tega menarik Ify kedalam pelukannya membiarkan gadis manis itu menumpahkan perasaan galau yang melandanya. Dengan pelan, Gabriel menuntun Ify untuk duduk disofa yang terdapat dalam ruangan dokter Indra. Tangannya bergerak naik membelai lembut rambut Ify

"udah Fy, jangan nangis"ucap Gabriel miris, ia menatap dokter Indra yang juga menatap miris kearah Ify "kira-kira berapa lama lagi dia akan bertahan dok..??"tanya Gabriel

Ify kaget mendengar pertanyaan Gabriel. Ia melepaskan diri dari pelukan Gabriel "ngga Gab, lo gak boleh nanya begitu. Umur itu Tuhan yang atur"bentak Ify keras

"tapi Fy, kita perlu tau. Dia udah memasuki stadium akhir"Ify menutup kedua telinganya, ia tak ingin mendengar ucapan Gabriel. Dokter Indra..?? Beliau hanya diam, tak tau harus berkata apa

"Gab, lo tuh kakak nya dia, saudara kembarnya dia, kenapa lo tega sih nanyain hal kaya gitu..??!!"

"gue cuman mau kita bisa ngebuat dia bahagia disaat terakhirnya Fy, gue.."

"cukup Gab, gue gak mau denger lagi"

Gabriel diam, dokter Indra pun diam. Mereka membiarkan punggung Ify menjauh dari hadapan mereka. Yahhh...Ify langsung berlari meninggalkan ruangan dokter Indra setelah bentakan terakhir buat Gabriel tadi.

-----
Memulai kisah baru tanpa diriku...
-----

Dengan susah payah pria hitam manis itu menyusut derai air mata yang terus membasahi pipi tirus gadisnya

"jangan nangis"ucapnya pelan, ia memberikan senyum termanisnya untuk Ify. Berharap tangis gadis itu mereda, namun ia salah..tangisnya semakin menjadi-jadi melihat senyum itu, senyum yang tetap manis namun menyimpan banyak kepiluan didalamnya "gue gak mau liat lo nangis Fy"

Ify masih terisak kecil, dipejamkannya kedua bola mata hitamnya. Dengan perlahan ia menghirup udara untuk mengurangi rasa sesak yang dirasanya. Meskipun sulit, ia tetap berusaha menghadirkan sebuah senyum manis sebagai penyemangat untuk kekasihnya "aku sayang kamu Yo"

"gue juga sayang sama lo Fy"Rio tersenyum lagi, dibelainya pipi Ify dengan lembut "jangan nangis lagi yah, baru diambang usia gue aja lo udah nangis apalagi kalau gue harus tutup usia"ucap Rio disertai tawa renyah nya

"please jangan ngomong gitu Yo"ucap Ify terdengar memohon "kenapa sih kamu lebih dengerin omongan dokter itu..?? Umur manusia Tuhan yang ngatur Yo, kalau Tuhan berkehendak, Tuhan bisa aja ngangkat penyakit kamu dan menyembuhkan kamu Yo"

"tapi kita juga harus berpikir dengan logika kita Fy"

"tapi semua tetap Tuhan yang nentuin"

"suatu saat nanti kalau gue udah per..."

"stop Yo, berenti ngomongin hal itu"pinta Ify keras, ia tak mau mendengar semua kalimat pengandaian Rio yang sama sekali tidak membuatnya bahagia itu. Kalau saja kalimat pengandaian itu indah semisal 'kalau lo selalu disamping gue, gue pasti sembuh' atau 'kalau gue sembuh gue pengen deh kita tunangan' atau apa sajalah yang penting mampu menyenangkan Ify mungkin Ify akan biasa saja. Bukan pengandaian yang terdengar miris seperti itu.
Badan Ify kembali bergetar, air mata yang sempat terhenti itu kembali mengalir. Rio semakin miris melihatnya, baru tau penyakitnya saja Ify sudah serapuh ini apalagi kalau kenyataan terburuk yang ditimbulkan penyakit ini menimpa dirinya..??

Rio mencoba merubah posisi berbaringnya, dengan perlahan disenderkannya badan yang sebenarnya sudah teramat lelah karna terlalu lama berbaring. Ify yang melihat Rio agak kesulitan membantunya. Disematkannya sebuah bantal sebelum Rio benar-benar menyandarkan tubuhnya pada sandaran ranjang rumah sakit itu.

Rio agak menggeser duduknya kesebelah kiri "duduk sini deh Fy"Rio menepuk tempat kosong disebelahnya, Ify menurut. Tangan kanan Rio mulai bergerak naik menyibak sedikit anak rambut yang menutupi mata Ify "senyum dong sayang"ucap Rio manis, Ify tersipu dengan pipi yang merah merona. Kata-kata itu...mungkin bagi kebanyakan orang kata 'sayang' adalah hal biasa yang diucapkan oleh pasangannya. Tapi bagi Ify, itu adalah hal yang luar biasa mengingat selama ini tak pernah sekalipun Rio memanggilnya dengan kata 'sayang'. Maklum saja, Rio memang bukanlah tipe cowok romantis atau terbiasa mengobral gombal-an

"makasih"

Rio mengerutkan kening "buat...??"

Ify memberanikan diri menatap kedua bola mata hitam milik Rio "setelah sekian lama aku nunggu, akhirnya kamu mau juga manggil aku sayang"ucap Ify jujur, Rio terkekeh mendengarnya. Poni Ify mau tak mau menjadi korban 'acak-acak' Rio yang dilakukannya sambil tertawa geli, tadi

"ya udah, sekarang elo tidur disini dulu yah, nemenin gue"pinta Rio, Ify menatapnya ragu "gue gak bakalan macem-macem sama orang yang gue sayang"sambungnya meyakinkan. Akhirnya Ify kembali menurut, kepalanya telah disandarkannya di dada Rio. Rio membelai lembut rambut Ify, Ify hanya tersenyum merasakan sentuhan jemari Rio

"untuk pertama kalinya, kamu bersikap romantis kaya gini Yo"ucap Ify, kedua matanya mulai terpejam menikmati setiap belaian lembut Rio

"ehehe..sorry yah, selama ini gue terlalu cuek sama lo"Ify menggeleng tanpa berbicara "buat elo, gue usahain mulai malam ini gue akan selalu bersikap romantis sama lo"sambung Rio "sampai waktu gue habis"tambahnya dalam hati

"makasih yah Yo. Aku gak minta kamu jadi romantis, karna aku sayang kamu dengan semua apa yang ada di diri kamu"ucap Ify tulus "tanpa ada yang harus kamu rubah"tambahnya,Rio semakin sakit mendengarnya. Selama ini ia memang berpacaran dengan Ify, selama ini ia memang menyayangi Ify namun selama itu juga ia tak pernah bersikap setidaknya sedikit lebih manis pada Ify yang notabene nya adalah pacarnya. Ify maklum karna begitulah Rio apa adanya, seorang yang cuek, dingin tapi tetap perhatian dengan orang-orang yang dia sayang

"I love you Fy"

"me to darl. Nyanyi buat aku mau gak..?? Kan malem ini kamu lagi romantis-romantisnya sama aku"pinta Ify manja, Rio mengangguk

"seanggun warna senja menyapa...bersambut musim yang dijalani...semegah bintang penuh harapan...mencoba tuk terangi dalam gelapnya malam..."Rio langsung menyanyikan lagu itu sambil terus membelai lembut rambut Ify "ungkapanku..untuknya..untuk seorang wanita..yang ku puja dan ku puji takkan ku rasa jenuh..dirinya di hatiku.."Rio menyanyikan lagu itu tanpa diiringi petikan gitar atau alat musik lainnya "parasnya sungguh indah sekali...menggugah rasa tuk ingin s'lalu bersamanya...senyum nya menggetarkan jiwaku...meresap indah dalam alunan syair laguku"Rio menatap wajah teduh Ify. Wajah yang selalu menenangkan pikirannya, mendamaikan hatinya dan membahagiakan dirinya saat melihat senyum manis si pemilik wajah itu

"hemmm..Ify udah tidur yah..??"tanya nya, Ify tak menjawab. Hanya suara hembusan nafasnya yang ditangkap indra pendengaran Rio "Fy...kalau waktu itu tiba, gue pengen lo gak nangis lagi. Gue pengen lo ngelepas gue dengan senyuman manis lo ini"Rio kembali menatap wajah Ify yang tetap tersenyum meski matanya terpejam "karena kalau lo nangis, gak ada lagi gue yang biasanya ngapusin air mata lo. Tuhan mungkin emang udah nentuin kalau umur gue gak lama lagi. Gue harap lo tetap tegar dan gak akan terpuruk karna gue, gue sayang banget sama lo Fy"air mata yang tak pernah Rio biarkan menghiasi matanya itu pun perlahan turun, ia tak juga berusaha mencegah deraian air mata itu "kalau gue udah gak ada, itu artinya lo harus memulai hidup lo tanpa gue tapi bukan berarti lo juga harus memulai hidup lo tanpa orang lain. Lo ngerti maksud gue kan Fy..??"tanya Rio, Rio sadar benar Ify sedang terlelap tapi ia yakin Ify mampu mendengar apa yang ia ucapkan saat ini "selamat malam Ify. Rio sayang Ify"ucap Rio agak canggung, kemudian tertawa kecil mengingat ucapannya barusan 'Rio sayang Ify'. Dan lagi-lagi itu untuk pertama kalinya Rio berucap seperti itu.
Cuppp..sebuah kecupan hangat mendarat dikening Ify. Rio merasakan mukanya memanas

"aneh, gue yang nyium lo tapi kok gue yang malu sama salting gini yah"Rio menggaruk-garuk tengkuknya


-----
Ku iringi langkahmu sampai ke akhir jalan...
Sungguh berat terasa menyadari semua..
-----

Ify melangkahkan kakinya dengan gontai, lemah hampir tak bertenaga. Disampingnya Gabriel terus merangkulnya agak tak terjatuh. Air matanya tak mengalir sederas saat terakhir kali ia bertengkar kecil dengan Rio hanya saja raut kesedihan itu tetap membingkai wajah manisnya yang terlihat sangat lelah. Ia masih belum percaya, kalau saat ini kedua kakinya sedang melangkah menuju tempat peristirahatan terakhir kekasih hatinya. Semua terasa begitu cepat, begitu singkat, begitu....Ify sudah tak mampu mengungkapkan kata-kata apapun untuk mengungkapkan kesedihannya saat ini. Yang di lakukannya hanya menangis dalam diam, tanpa isakan tanpa raungan

-----
Disaat terakhirku menatap wajah itu...
Terpejam kedua mata dan terbang selamanya...
Inginku mengejar dirimu...
Menggenggam erat tangamu...
-----

Ify menangis sesenggukan di pundak Tante Manda -Ibunda Rio-. Ia tak sanggup menerima kenyataan pahit ini.
Gabriel menghampiri Ify yang tengah menangis dalam pelukan mama nya disalah satu sudut rumahnya. Ia baru saja melihat wajah Rio untuk terakhir kalinya di dalam kamar Rio

"lo gak mau ngeliat muka Rio untuk terakhir kalinya Fy..??"tanya Gabriel pelan, Ify melepaskan pelukannya pada Tante Manda. Tanpa menjawab pertanyaan Gabriel kakinya sudah mengarah ke kamar Rio.

Sepertinya langit siang ini ikut berduka mengiringi kepergian Rio. Langit dan Ify memang satu hati, sama-sama merasa kehilangan atas kepergian Rio saat ini.
Didalam kamar Rio, Ify tak banyak bicara. Ia hanya terus menatap wajah Rio yang tetap terlihat gagah meskipun pucat. Senyuman manis itu pun tetap terpahat dibibir Rio, seperti menandakan bahwa Rio pergi dalam damai.
Secara perlahan peti dihadapan Ify itu di tutup. Beberapa orang pun akhirnya mengangkat peti jati bercorak itu menuju tempat peristirahatan abadi Rio.
Ify diam ditempat, membiarkan orang-orang itu membawa orang yang dicintainya. Meskipun hatinya berseru agar Ify berlari, mengejar Rio yang telah tersimpan dalam peti itu. Namun kakinya terasa kaku, ia ingin..ingin sekali menggenggam kedua tangan Rio sekali saja...untuk terakhir kalinya. Namun sekali lagi, ia tak mampu...sungguh tak mampu


Sungguh ku tak rela...

-----
Ku tahu kau tak tersenyum melihatku menangis...
Maka sekuat tenagaku ku relakan saat kepergianmu...
-----

Ify menyusut lelehan air matanya ketika teringat satu hal

'karena kalau lo nangis, gak akan ada lagi gue yang biasanya ngapusin air mata lo'

Kata-kata itu terngiang kembali di telinga Ify. Ify memang mendengar dengan jelas saat Rio mengucapkan kata-kata miris tersebut. Namun Ify berpura-pura sudah tidur, seakan-akan tak mendengar apa yang Rio ucapkan. Entah mengapa malam itu Ify enggan mencegah Rio membicarakan hal-hal yang memang sudah jelas mampu menghancurkan batu ketegaran Ify. Ia hanya ingin memberikan kesempatan kepada Rio untuk mencurahkan segala ungkapan-ungkapan hati yang tertahan karna menjaga perasaanya. Dan akhirnya malam itu Rio memang mengeluarkan semua isi hatinya kan..??
Ify mencoba tetap berdiri tegar saat peti itu secara pelan namun pasti dimasukkan kedalam tanah coklat dihadapannya. Hingga sampai akhirnya, tanah-tanah disekitar lubang tersebut mengubur peti Rio dan menyisakan gundukan tebal dihadapan semua pelayat yang ada.
Kali ini air mata Ify benar-benar tak mengalir, entah memang karna sudah lelah atau hanya karna Ify ingin memenuhi permintaan Rio. Ify menaburkan rangkaian bunga dalam keranjang yang dipegangnya sambil tersenyum, senyum miris pastinya. Sedangkan disampingnya, Gabriel ikut membantu Ify menaburkan bunga-bunga segar itu diatas makam Rio, adik sekaligus saudara kembarnya

-----
Takkan pernah ku lupakan dirimu..
Takkan sanggup ku lupakan semua..
-----

Ify menghentikan langkahnya disebuah makam orang yang disayanginya. Orang yang baru 2 bulan ini pergi meninggalkan dirinya. Dan seperti yang sudah-sudah, Gabriel selalu setia menemaninya saat 'menjenguk' Rio

"mendung"gumam Ify saat menatap ke arah langit

Ify mengalihkan perhatiannya pada makam dihadapannya yang sudah dipasangi keramik, terlihat lebih bersih dan lebih rapi dari sebelumnya. Ia mulai berjongkok didepan makam Rio diikuti Gabriel. Ify mulai mengusap lembut permukaan batu nisan yang sedikit berdebu itu. Setelah dirasa cukup bersih, Ify menundukkan wajahnya dan mulai melantunkan doa khusus untuk Rio

Ify mengusap wajahnya dengan kedua tangannya sehabis mendo'akan Rio "hai Yo, apa kabar..??"sapanya diiringi tawa kecil diakhirnya. Menertawai dirinya sendirikah..??

"aku kangen kamu deh Yo. Padahal 2 bulan ini aku gak pernah sekalipun absen ngunjungin kamu"

Sambung Ify. Memang sehari semenjak hari dimakamkan nya Rio, Ify selalu mengunjungi makam Rio. Sekedar melepas rasa rindu dan berbagi ceritanya tentang hari-hari baru yang harus dibiasakannya dilalui tanpa Rio

"kamu kangen juga kan Yo sama aku..??"tanya Ify, suaranya mulai bergetar. Dan tanpa diperintah, Gabriel langsung merangkul Ify

"malem terakhir kamu hidup, aku seneng banget karna kamu memberikan kesan yang indah buat aku"

"aku masih inget kata-kata kamu, pesan kamu dan...."Ify menggantungkan kalimatnya dan mengusap air mata yang membasahi pipinya

"ciuman pertama kamu dikening aku"sambungnya

"seandainya aku gak pura-pura tidur, mungkin aku bisa ngeliat ekspresi muka kamu yang malu karna habis nyium aku waktu itu"kali ini Ify tertawa kecil, Gabriel yang disampingnya tersenyum

"huftt..banyak banget hal yang gak bisa aku lupain dari kamu. Dan...semua kenangan saat aku masih sama kamu, yah meskipun kamu bilang kamu terlalu cuek sama aku waktu itu, tapi...justru hal itu yang ngebuat aku semakin sayang sama kamu, semakin berusaha untuk selalu bisa mengerti kamu dengan semua sikap cuek kamu"lanjut Ify panjang lebar, Ify kemudian menatap Gabriel dengan tatapan yang yah mungkin bisa di artikan -lo mau ngomong sesuatu buat Rio...??-. Gabriel tersenyum dan menggeleng kecil. Bukan..bukan tidak mau, hanya saja ia memang selalu mendatangi makam ini lagi sehabis mengantarkan Ify pulang. Dan saat itulah ia mulai berbicara, berbagi cerita tentang hati dan perasaanya

Ify mendesah "hhhhh..udah sore Yo, aku balik yah. Jangan nakal, didunia udah nakal masa disana juga nakal. Kasian Tuhan...ehehe"

"aku pulang...i'm still loving you"bisik Ify saat mencium nisan marmer yang terukir nama Rio itu

-----
Seandainya kau tahu...ku tak ingin kau pergi...
Meninggalkan ku sendiri bersama bayanganmu...
-----

Ify mematung dibalkon kamarnya sambil menatap langit penuh bintang malam ini. Ia berkali-kali mendesah, beberapa hari ini ia selalu memimpikan Rio. Mestinya dia senang, tapi...entah mengapa, semua itu justru semakin memperbesar rasa rindunya. Ingin sekali rasanya Ify menatap wajah teduh Rio, melihat senyum manis Rio dan mendengar senandung merdu dari mulut Rio.
Ify teringat pada suatu moment, dimana saat itu Ify sedang cemburu berat pada Rio. Sebagian orang mungkin menganggap alasan kecemburuan Ify itu hal sepele tapi tidak bagi Ify.
Saat itu Rio baru saja selesai berlatih basket, dan tiba-tiba saja Dea datang menghampirinya dengan membawa sebotol isotonik untuknya

>>>>>

"nih Yo, lo pasti cape"ujar Dea sambil menyodorkan minuman isotonik tersebut. Rio ingin menolak namun apa daya, rasa haus yang teramat sangat tengah menderanya. Dengan amat sangat terpaksa, Rio menerima minuman tersebut

"Rio..."pelan terucap, namun cukup nyaring terdengar. Rio menoleh dan melihat Ify dengan wajah sedihnya tengah menatap ke arahnya. Belum sempat Rio mengejar, Ify sudah berlalu pergi meninggalkan Rio. Ify mungkin tidak mempermasalahkan kalau Rio TIDAK menerima minuman yang diberi oleh Dea. Karna yang Ify tau, dari dulu Rio selalu menolak dan melarang Ify untuk membawakannya minuman pada saat Rio latihan. Alasannya sepele karna Rio tidak ingin merepotkan Ify dan memang pada dasarnya Rio yang cuek itu terkenal mandiri. Tapi saat itu, dia terlihat biasa saja menerima minuman dari orang lain yang bukan pacarnya. Dan parahnya lagi orang itu adalah Dea, gadis yang memang tergila-gila pada Rio sejak awal kedatangannya sebagai murid baru disekolah Ify.
Peristiwa itu membuat Ify ngambek 2 hari dan tak ingin bertegur sapa dengan Rio. Hingga suatu saat Rio mengiriminya sebuah pesan singkat

..........
Ify, maafin gue yah. Gue gak tahan lo diemin gini terus.
Hari ini gue ada jadwal latihan basket dari jam 2 sampai jam 4. Dan gue gak akan bawa minum, gue akan nungguin lo datang dan bawain minum spesial buat gue.
Gue sayang sama lo Fy :)
Sender : My Lovely
..........

Ify senang membaca sms tersebut. Dengan senyum merekah Ify yang memang sedang berada dikamarnya turun kelantai dasar dan berjalan menuju dapur. Di dapur Ify segera mengeluarkan semua keperluan untuk membuat jus jeruk, minuman kesukaan Rio.
Setelah beres, Ify segera kembali ke kamar dan mengganti bajunya.

Tes...tess...sial, hari yang tadinya cerah mendadak hujan. Ify melirik jam dinding di ruang tamunya

"jam setengah 3"gumam Ify. Ify memilih untuk duduk diruang tamu, lalu ia meletakkan jus buatannya diatas meja. Ia menanti meredanya hujan dengan gelisah, kakinya terhentak dengan bosan. Berkali-kali ia melirik jam dinding diruang tamunya

"oh God, 15 menit lagi jam 4"gumam Ify resah

Ia segera memeriksa keadaan diluar dan beruntung hujan tak sederas tadi. Hanya sekedar rintik-rintik kecil yang ada saat ini. Dengan senyum lebar Ify mengambil botol jus buatannya dan sebuah payung untuk ia gunakan menuju mobilnya.

Ify segera melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sebenarnya Ify ingin menambahkan kecepatan mobilnya, tapi mengingat kondisi yang memang sudah hujan niat itu urung dilakukannya.
Ify berdecak kesal saat sampai disekolahnya karna saat ia melirik jam ditangannya jam sudah menunjukkan pukul 4 lewat 25 menit. Itu artinya Ify telah terlambat 25 menit. Apa Rio masih didalam untuk menunggunya..?? Tapi masa sih..?? Rio pasti sudah sangat kehausan karna terlalu lama menanti Ify, dan memutuskan untuk langsung pulang saking hausnya, iya kan..?? Bayangkan saja, selama 2 jam berlatih basket yang jelas-jelas menguras keringat itu Rio hanya mengandalkan minuman dari Ify yang tak kunjung datang, demi untuk mendapatkan satu kata maaf dari Ify. Tapi apa...?? Ify justru datang setelah latihan Rio usai ditambah ngaret pula 25 menit.
Ify mendesah, ia rasa kali ini keadaan akan berbalik. Bukan dia yang marah sama Rio tapi Rio yang marah sama dia. Ditengah kegalauannya, Ify merasakan sebuah sentuhan halus dipundaknya. Ify menoleh dan sedikit terkesiap saat tahu orang yang ada disampingnya adalah..

"Rio..."ucapnya lirih. Ify lantas memeluk Rio, airmata nya sudah mengalir saja bersama rintikan hujan. Rio yang sedikit heran karna dipeluk mendadak oleh Ify hanya diam tak membalas pelukan Ify

"lo kenapa..??"tanya Rio akhirnya

"maaf..maaf.."Rio mengerti sudah, ia mulai membalas pelukan Ify

"iya..iya, gue udah maafin kok. Emm mendingan elo ngasih gue minum sekarang deh, sebelum gue bener-bener dehidrasi"ujar Rio yang memang merasa sangat haus. Ify melepaskan pelukannya dan menatap tidak percaya pada Rio

"ja..jadi kamu beneran gak bawa minum Yo..??"Rio hanya mengangguk "jadi dari kamu latihan kamu gak minum-minum..??"Rio kembali mengangguk, Ify menangis lagi. Ia langsung membukakan botol minum ditangannya dan menyerahkannya pada Rio. Dengan cepat Rio menerimanya dan langsung menandaskan sebotol besar jus jeruk buatan Ify tersebut

"makasih yah, gak sia-sia gue gak minum-minum dari tadi"Rio mengacak kecil rambut basah Ify "jusnya enak, pasti lo yang buat"sambung Rio, Ify hanya tersipu dan mengangguk kecil

"jangan pernah ngediemin gue lagi yah"pinta Rio, Ify mengangguk

"iya"

"cuman elo satu-satunya cewe yang ada dalam hati gue"

"dan cuman kamu satu-satunya cowo yang ada dalam hati aku"lanjut Ify tersenyum simpul

"always, together, and forever"sambung Rio dan Ify bersamaan

<<<<< Ify mengusap wajahnya, menghapus jejak-jejak air mata yang kembali berbekas saat mengingat kenangan bersamanya dengan Rio saat itu. Cinta pertama yang teramat disayanginya itu Pernah kau berkata bila ku merindu Bicara saja bintang kan mendengar Maka kau kan merasakannya Ify menatap radio yang tengah menyala dipojok kamarnya. Lagu itu adalah lagu favoritenya bersama Rio. Dulu setiap mereka terpaksa harus terpisah jarak karna sesuatu hal, mereka selalu mendengarkan lagu itu secara bersamaan meski ditempat yang berbeda. Ify tersenyum kecil lantas memandangi langit dan mulai bersiap untuk berbagi cerita tentang Rio kepada bintang ----- Seandainya kau tahu aku kan s'lalu cinta... Jangan kau lupakan kenangan kita s'lama ini... ----- Ify memilih untuk bersantai di taman belakang rumahnya sore ini. Ditangannya ada sebuah bingkai foto yang menyimpan gambar dirinya dengan Rio. Keduanya tengah tersenyum bahagia dengan posisi tangan saling merangkul "sampai detik ini..rasa sayang aku buat kamu gak pernah pudar Yo. Malah semakin bertambah"ucap Ify sambil terus menatap wajah Rio dam foto itu "semua kenangan kita masih tersimpan rapi dihati dan memori otak aku"tambahnya "dan aku yakin kamu juga pergi dengan membawa pergi semua kenangan kita"Ify mulai tersenyum "ternyata kamu benar, aku adalah cinta pertama dan terakhir kamu tapi kamu kayanya gak ngizinin aku buat ngejadiin kamu cinta terakhir aku" "kamu tau Yo, waktu malem terakhir kamu di dunia ini aku tuh gak bener-bener tidur. Aku denger semua apa yang kamu omongin"Ify berbicara sambil menatap bingkai ditangannya itu. Seolah-olah ia sedang berbicara dengan Rio "aku inget sama kata-kata kamu yang ini 'kalau gue udah gak ada, itu artinya lo harus memulai hidup lo tanpa gue. Tapi bukan berarti lo juga harus memulai hidup lo tanpa orang lain' ehehee"Ify mengulang sebuah kalimat yang menyimpan sebuah pesan untuknya "awalnya aku gak ngerti sama maksud kamu itu, tapi...kayanya sekarang aku udah mulai ngerti deh Ify mendesah kecil "hhh..tapi aku rasa sekarang belum saatnya, karna lebih dari setengah hati aku masih milik kamu"ujar Ify "sisanya....emm"Ify menggantungkan kalimatnya "Yo, aku pengennnn banget ketemu sama kamu. Sekaliiiii aja"pinta Ify. Satu persatu titik air matanya mulai terjatuh dikaca bingkai foto nya, tepat dibagian wajah Rio Tiba-tiba saja langit cerah berubah menjadi hitam pekat, angin berhembus dengan kuatnya membuat rambut Ify yang tergerai menjadi berantakan. Sepertinya akan hujan, Ify berdiri sambil merapikan roknya. Saat hendak berbalik, Ify menangkap sesosok pria yang amat dirindukan tengah tersenyum manis. Langkah Ify tertunda, bingkai foto yang berada dalam genggamannya terjatuh. Tes..tes..tes...satu persatu rintik hujan mulai mengguyur tubuh Ify dan sosok itu. Selangkah demi selangkah Ify menghampiri sosok itu, Rio. Sosok Rio yang tengah tersenyum itu diam ditempat, kedua tangannya terbentang. Menanti sosok Ify berdiri dihadapannya dan memeluk tubuhnya. Brukk..Ify menubruk tubuh Rio dengan keras. Tubuhnya langsung terpagar oleh kedua tangan Rio, keduanya berpelukan ditengah guyuran hujan. Anehhh, Ify masih dapat merasakan pelukan hangat itu. Nyatakah sosok Rio yang ada dihadapannya saat ini..?? "kamu kembali Yo..??" "karna elo yang minta gue" "jangan pergi lagi" "gue akan selalu ada dihati lo Fy, selamanya"ucap Rio lembut. Kedua tangannya membelai lembut permukaan pipi Ify. Ify membalas senyum Rio "always, together, and forever"ucap Rio dan Ify bersamaan. 3 kata yang selalu mereka ucapkan sehabis mereka bertengkar atau sedang melepas rindu karna telah lama tak bertemu. Rio mengecup kening Ify sebentar, lalu sedikit demi sedikit Ify merasakan pelukan hangat itu menghilang diikuti sosok Rio yang juga mulai lenyap dari hadapannya "I love you, I miss you...My Mario" :: The End :: Hemmmm….ini cerpen 100% real karya gue. Karya gue buat selama 2 jam dari jam 12 malam sampai jam 2 pagi. Semoga hasilnya gak jelek-jelek amat deh. Tapi kalau emang jelek harap maklum, sayakan penulis amatiran.eheeee _With Love Nia Stevania_

0 komentar:

Posting Komentar