Part 19
Harus diakui, tempat yang dipijak Agni saat ini memang bagus. Tempatnya sejuk dan sangat tenang. Bukan pantai, danau atau taman tapi sebuah lahan besar milik keluarga Cakka yang disulap menjadi -persis- tempat peristirahatan atau mungkin memang tempat peristirahatan milik keluarha Cakka. Tanah luas itu hanya berisi sebuah rumah yang terletak persis ditengah-tengah lahan. Dibelakang rumah tersebut, terdapat danau buatan yang langsung menyatu dengan air terjun buatan juga. Dipinggirnya, berdiri pohon-pohon rindang yang membuat suasana disekitarnya semakin sejuk. Lain lagi dengan bagian depan rumah tersebut. Disana terdapat parkiran yang cukup luas dipojok kanan, sedangkan dipojok kiri tumbuh berbagai macam bunga dengan beraneka warna. Agni tidak henti-hentinya berdecak kagum
"Wawww...ini keren banget Kka"puji Agni dengan pandangan yang tak lepas dari bunga-bunga disampingnya
"Ini bisa dibilang rumah impian keluarga Nuraga Ag.."Cakka mengambil sehelai daun yang terjatuh di puncak kepala Agni "..ini tuh konsepnya dibikin sama aku, mas El, ayah sama bunda. Trus ide kita semua dijadiin satu dan...yah gini deh hasilnya"
"Sumpah, ini tuh luar biasa oke deh Kka.."ujar Agni serius "..oh iya, aku liat parkiran kamu lumayan rame tadi"
"Iya, disini lagi ada arisan keluarga"
Agni menghentikan langkahnya "arisan keluarga..??"Cakka mengangguk "berarti keluarga kamu pada ngumpul dong"Cakka mengangguk lagi. Ia sedikit heran ketika Agni bersiap memutar langkahnya, dengan cepat Cakka menahan lengan Agni
"Kamu mau kemana..??"
"Pulang yuk Kka, aku malu deh kalau harus ketemu keluarga besar kamu. Yah..yah yah.."ajak Agni sambil menarik-narik lengan Cakka. Cakka memutar bola matanya, aneh..kenapa mesti malu coba. Agni pake pakaian lengkap ini
"Ngapain malu sih Ag..??"
"Ya malu aja, aduhhh aku kan satu-satunya orang yang bukan siapa-siapa kamu Kka disana. Ayolah Kka, masa' iya kamu tega ngebiarin aku jadi orang bego ntar"
Cakka menghela nafas "siapa bilang kamu bukan siapa-siapa aku..?? Kamu kan pacar aku Ag. Lagian aku tuh sengaja ngebawa kamu kesini karna emang pengen ngenalin kamu ke semua keluarga besar aku"
Agni melotot kaget. Gila apa si Cakka, masa pengen ngajakin kenalan sama keluarga besarnya gak ngabarin dulu. Kalau tau dari awalkan se-ngganya Agni bisa milih baju yang pantas untuk dipakai. Bukannya kaos santai plus jeans gini
"Udah..gak usah protes"
Cakka menarik tangan Agni dan segera menuntunnya melewati jalan setapak yang mengapung di atas air, menuju rumahnya.
Dengan pasrah Agni mengekor dibelakang Cakka. Dalam hati dia berdoa semoga dia gak malu-maluin hari ini
-----
"Eum...jadi..gimana Nov..??"Lintar menatap Nova dengan harap-harap cemas, yang ditatap justru diam tanpa kata. Tangannya asik memilin-milin ujung kaos yang ia kenakan. Dalam hati Nova mengomel, Lintar benar-benar...hiuhhh ngga banget. Ngga bisa ngeliat sikon. Masa' dalam kondisi Nova baru bangun tidur lengkap dengan muka bantal dan setelan rumahan yang jauh dari kesan 'cantik' Lintar datang kerumahnya dan menyampaikan semua yang ada dihatinya
"Kok diem sih Nov..??"Lintar sedikit menunduk mencari kedua bola mata milik Nova
"Lo ngga banget deh Lint"celetuk Nova tanpa menatap Lintar
Kening Lintar berkerut "apanya..??"
"Ya ia. Lo nyatain perasaan udah kaya nyatain berapa jumlah hutang gue aja.."Nova menatap Lintar yang nampak bingung "..gak liat sikon, gak liat tempat"sambung Nova. Lintar menatap ke sekelilingnya, mencari tau maksud ucapan Nova barusan
"Maksudnya..??"Lintar makin bingung, ia menggaruk-garuk kepalanya yang mendadak gatal
"Ya masa' lo nembak gue disaat gue baru bangun tidur, belum cuci muka, belum dandan, pakean gue gak rapi. Ini lagi, masa' lo nembak diteras rumah gue, lengkap dengan petugas kebersihan yang lagi ngangkutin sampah didepan rumah sebagai pemandangannya.."celoteh Nova yang mulai kumat bawelnya "..mestinya lo tuh kalau mau nembak gue, sediain tempat yang bagus kek, kan bisa candle light dinner atau apa gitu yang romantis..huhh"Nova melipat kedua tangannya didepan dada, mulutnya sudah maju mundur saking kesalnya dengan Lintar
"Ya ampunnn itu doang dipermasalahin, emangnya suasana dan prosesi penembakan gue mempengaruhi jawaban lo gitu"
"Ya bisa jadi. Nih ya, seandainya lo nyiapin prosesi penembakan gue dengan matang, gue yang tadinya pengen nolak bisa berubah pikiran jadi nerima lo karna ngerasa kasian dengan perjuangan lo mempersiapkan prosesi penembakan lo. Tapi kalau kaya gini, gue mau nolak ya pasti langsung gue tolak"
"Mending gue ditolak deh kalau kaya gitu. Diterima cuman dengan alasan kasian itu sama aja bikin sakit hati"Lintar mendengus sebal karna perdebatan dadakan ini. Dia jadi lupa kalau Nova belum memberikan jawaban 'iya' atau 'tidak' atas ungkapan hatinya tadi.
Merasa mulai malas meladeni Nova, Lintar bangkit dari duduknya dan berniat meninggalkan Nova
"Eehhh...mau kemana lo..??"tanya Nova, tangan kanannya menahan Lintar dengan menarik ujung lengan baju Lintar
"Balik. Ngomong sama lo bikin emosi, adu bacot mulu"sahut Lintar ketus
"Lah, gue kan belom ngasih jawaban gue"
"Gak usah nerima gue kalau cuman karna kasihan"
"Emang gue bilang kalau gue bakal nerima lo karna gue kasian gitu..??"
Plak...Lintar menepuk jidatnya sendiri. Heran, kok dia bisa jatuh cinta sama perempuan seperti Nova. Kalau cerewetnya keluar pasti ujung-ujungnya berantem. Kadang telmi kadang suka gak peka sama orang lain
"Heh, kenapa lo malah geleng-geleng kepala..??"
"Karna gue heran, kenapa cowo sekeren gue bisa jatuh cinta sama cewe kaya lo"
"Emang gue kenapa..??"tanya Nova polos
"Udah deh lupain aja. So, jawaban lo apa..??"
Nova diam, ia terlihat seperti orang yang sedang berpikir keras
"Gak usah bilang iya, kalau terpaksa"celetuk Lintar lagi
Nova mendesah pelan, kedua kakinya terbentang lurus kedepan "well, gue gak mau bilang iya kalau cuman terpaksa.."Nova menggantung kalimatnya dan menatap Lintar. Lintar mendesah kecewa, kalau menurut kata hatinya sih, kaya' nya Nova mau nolak dia nih "..tapi, mau gimana lagi. Gue juga gak mungkin nolak elo kan kalau nyatanya hati gue mau nerima lo"sambung Nova dengan kedua mata terpejam. Huhhh, akhirnya rangkaian kata yang dipikirkannya secara singkat tadi bisa keluar dengan lancar juga, batin Nova lega
"Elo..elo nerima gue Nov..??"tanya Lintar antusias, Nova mengangguk tanpa menjawab "elo serius..??"
"Elo pengennya gue bo'ong gitu..??"
Lintar tertawa senang, kemudian memeluk Nova sebentar "aaa..makasih Novaku sayang...i love you so much dah pokoknya"ujar Lintar senang, Nova tercengang melihat ekspresi Lintar, seorang Lintar bisa heboh juga ternyata
-----
Oke, harus Agni akui presepsi awalnya tentang keluarga Cakka tadi memang salah. Kalau tadi Agni berpikiran keluarga Cakka yang rata-rata orang tua -bapak-bapak dan ibu-ibu- itu membosankan, kenyataanya justru sebaliknya. Agni merasa nyaman berada ditengah-tengah keluarga Cakka yang dengan senang hati menerima kehadirannya. Bahkan mereka menyetujui seandainya Cakka dan Agni berniat untuk bertunangan, yah sekedar pengikatan hubungan yang lebih serius lagi.
Meskipun baru saling mengenal dalam hitungan jam, Agni tidak merasa canggung sama sekali. Dari sore sampai sekarang jam menunjukkan pukul 20.35, Agni masih bersenda gurau bersama keluarga Cakka
"Eh Ag, kamu mau aku anterin balik sekarang atau nanti aja barengan sama keluarga aku..??"tanya Cakka, Agni yang asik mengobrol dengan tantenya Cakka menoleh
"Udah, Agni pulangnya barengan kita aja. Rame-rame gitu.."sela tantenya Cakka
"Eh ngga usah tante, biar Agni balik sekarang aja. Lagian udah malem juga, ntar kak Alvin khawatir lagi"tolak Agni halus. Bertepatan dengan itu handphonenya berdering, dan nama Alvin muncul sebagai pemanggil
'Panjang umur nih orang'batin Agni. Ia berjalan menjauh dan segera mengangkat telpon dari Alvin setelah sebelumnya meminta izin kepada anggota keluarga Cakka
"Iya kak.."
"..."
"Iyaa, ini juga udah mau balik kok"
"..."
"Sama Cakka dong kak"
"..."
"Iya, Agni sampein ntar"
"..."
"Sipp, bye"
Agni memutuskan sambungan dan kembali ke tengah-tengah keluarga Cakka
"Siapa Ag..??"tanya bunda -mamanya Cakka-
"Kak Alvin bun, nanyain kapan Agni pulang"
"Ohh, ya udah balik sama Cakka sekarang aja kalau gitu. Kasian kan kakak kamu sendirian dirumah"
Agni mengangguk dan melirik Cakka. Setelah itu keduanya pamit untuk pulang terlebih dahulu
"Agni pulang duluan yah tante. Assalamu'alaikum.."pamit Agni sambil mencium punggung tangan kedua orang tua Cakka beserta keluarga Cakka lainnya
"Wa'alaikum salam. Hati-hati yah sayang.."
Agni dan Cakka mengangguk kecil
"Eh Kka, kita gak pulang naik skuter matic kamu kan..??"tanya Agni tiba-tiba. Kalau dipikir-pikir serem juga pulang malam-malam naik skuter matic, mana bakal ngelewatih hutan lagi. Agni bergidik ngeri membayangkannya
"Em..gimana yah, kalau adanya cuman itu gimana dong..??"ujar Cakka dengan tampang -pura-pura- memelas
Agni memeluk lengan Cakka "Eserius dong Kka, kan serem malem-malem pulang naik skuter matic"sahut Agni takut-takut
Cakka tertawa kecil dan dengan gemas mengacak-acak rambut Agni "bercanda sayang..aww"
Cakka berteriak kecil saat jitakan Agni mendarat dikepalanya "apaan sih Ag, masa' pacar sendiri dijitak"
"Aku gak suka dipanggil sayang, enek tau gak..hiii"
"Yahhh..waktu nembak mintanya yang romantis, eh begitu dipanggil sayang gak mau"cibir Cakka
"Emang ada hubungannya gitu..??"
"Ya adalah Agni sayang, kan orang-orang kalau pacaran suka manggil-manggil sayang biar romantis gitu"
"Ihhh, apaan. Alay iya kali"ujar Agni melengos "jadi pulang naik apaan nih Kka, aku gak mau naik skuter matic kamu lagi"
"Iya tenang, tuh Mang Udin udah stand by didalem mobil.."Cakka menunjuk sebuah mobil yang sudah siap didepannya "...yuk"ia menarik tangan Agni menghampiri Mang Udin
-----
Disudut lain kota Jakarta. Seorang gadis manis sedang menikmati malamnya sambil memikirkan si pemikat hatinya. Rio. Nama panggilan yang sangat simple, ya...kalau gak simple sih bukan nama panggilan namanya.
Sosok Rio selalu menghantui hari-hari Ify belakangan ini. Apalagi sikap Rio yang mulai berubah kepadanya, jauh lebih manis dan lebih lembut, malah kadang-kadang jadi agresif. Kadang Ify merasa heran, tapi kalau boleh jujur Ify sangat senang karna semakin hari ia merasa semakin dekat dengan Rio.
Dering dari handphone yang tergeletak di atas tempat tidur itu membangunkan Ify dari lamuanannya. Dengan sedikit malas Ify yang sedang berdiri di pintu balkon kamarnya berjalan menuju tempat tidurnya.
Tulisan 'Rio calling' yang tertera di layar LCD handphonenya membuat detak jantung Ify kembali berpacu cepat. Lagi-lagi ia tersenyum, hal yang selalu dilakukannya saat mengalami atau berada dalam suatu kondisi yang selalu berhubungan dengan 'Rio'. Dengan sedikit perasaan dag-dig-dug Ify menekan tombol hijau untuk menerima panggilan dari si manis pemikat hatinya
-----
"Hallo..."sapa Rio cepat saat panggilan telpon yang ia layangkan kepada Ify diterima "..lama amat sih Fy, lagi semedi lo"sambungnya tanpa memberikan kesempatan kepada Ify untuk menjawab sapaannya terlebih dahulu
"....."
"Kenapa lo Fy..?? Ngomong lo ribet amat kedengarannya..??"
"....."
Rio diam, memikirkan alasan atas pertanyaan Ify. Sebenarnya dia sendiri juga ngga tau apa alasannya menelpon Ify. Tiba-tiba saja tangannya mengotak-atik phonebook di handphonenya dan menekan tombol 'panggil' saat menemukan nama Ify
"Em..emm, gue..gue.."Rio bolak balik sambil menggigit bibir bawahnya "..ah iya, gue mau nanya kita ada PR apa ngga..??
"....."
Rio menepuk jidatnya. Bagaimana dia bisa lupa kalau minggu depan sudah try out
"Ohhh iya yah, lupa gue..ehehee"Rio tertawa kecil, menertawai dirinya sendiri pastinya akan pertanyaan bodohnya
"....."
"Yeee...biarin.."Rio melangkahkan kakinya menuju teras rumah. Kebetulan saat ia menelpon Ify, ia sedang duduk-duduk malas di ruang tamu "..eh ngomong-ngomong soal try out...gak kerasa yah Fy bentar lagi kita lulus"Rio mendesah panjang
"Kok diem lagi sih Fy..??"tanya Rio karna tak mendapatkan sahutan dari Ify
"....."
"Astaga...lo udah mulai budek yah Fy..??"tanya Rio dengan nada bicara serius "..eh elo rencananya mau nerusin kemana Fy..??"
"....."
"Gue denger dari Cakka, elo mau ke Aussie yah Fy..??"
"....."
"Gue mau ngikutin elo aja, boleh ngga nihh..??"tanya Rio dengan nada menggoda. Dalam hati dia berharap semoga keinginannya bisa dipenuh oleh kedua orang tuanya nanti, amiennnnn...
"....."
"Ahahahaa...elo gak mau jauh-jauh dari gue yah Fy, semangat banget jawabnya.."Rio kembali menggoda Ify, dan meskipun tidak melihat ia tahu kalau saat ini pipi Ify merona malu-malu. Hal yang selalu menjadi tontonannya setelah menggoda Ify "..pasti muka lo merah deh sekarang, iya kan. Ayo ngaku"
"....."
"Gue tebak deh, pasti sekarang bibir lo udah maju mundur kaya ikan mas koki...muahahaaa.."Rio memegangi perutnya sambil memaju mundurkan mulutnya, memperagakan mulut Ify yang melintas dibayangannya. Aneh, Ify kan ngga liat
"....."
"Ngambek nih yeeee"
"....."
Hening. Rio mulai kehabisan kata-kata untuk sekedar mengulur waktu lebih lama lagi karna memang ia masih ingin berbicara dengan Ify. Hhhhh..kenapa sekarang dia jadi susah menciptakan obrolan dengan Ify..??
"Eumm Fy, kayanya udah malem deh. Elo gak mau tidur..??"
"....."
"Ya ngga sih, besok kan sekolah"
Lagi. Rio salah ngomong lagi nih kayanya. Anak SD juga tau kalau besok sekolah, kan bukan tanggal merah. Disebrang sana Ify terkekeh kecil
"....."
"Hahhh..nyanyi..?? Buat apa..?? Ntar kalau ada produser lewat ribet Fy, pasti gue ditawarin rekaman. Terus ntar gue jadi artis, super sibuk, sekolah gue terbengkalai ter..."
"....."
"Ehhh, iya deh iya gue nyanyi. Spesial buat lo, tapi gak pake musik yahh"
"....."
"Jiahhh, jadi ceritanya gue nge-nina-bobo-in elo gitu..??"tanya Rio agak ngga terima. Ya masa' ntar dia cape'-cape' nyanyi eh si Ify nya malah molor. Rio yang awalnya protes terpaksa setuju karna mendengar desahan kecewa dari Ify
"Okee, gue nyanyi..ehm ehmm.."
"...."
"Iya, iya bawel.."Rio menghirup udara sekilas untuk menetralkan degup jantungnya, karna rencananya dia ingin menyanyikan sebuah lagu spesial ngga pake telor buat Ify. Karna Ify cuman minta Rio nyanyi sedikit, maka Rio memilih untuk langsung menyanyikan bagian reff dari lagu pilihannya
"My prize possession, one and only...Adore you girl, I want you...The one I can’t live without...That’s you, that’s you.."
Disebrang sana, Ify tersenyum GR. Gimana ngga GR, di nyanyiin lagu itu sama si 'pemikat hati' pake embel-embel spesial lagi
"..You’re my special little lady...The one that makes me crazy...Of all the girls I’ve ever known
It’s you, it’s you.."
Rio mengakhiri senandungnya di kata-kata 'my favorite girl'. Kata-kata yang memang berasal bukan hanya dari suaranya melainkan juga dari dasar lubuk hatinya. Hingga dengkuran halus Ify mulai menyapa telinganya
"Nite Fy, love you"ucap Rio lembut, sesaat sebelum memutuskan sambungan telponnya
-----
Ify menyeringai lebar mendengar sapaan awal Rio yang terkesan cerewet itu. Ia tidak langsung menyahut karna harus menetralkan perasaan dag-dig-dug yang bergemuruh di dadanya
"Hahhh..?? Ngg..ngga kok. Tadi gue habis dari toilet"jawab Ify beralasan
"...."
"Ah, kata siapa..?? Gue biasa aja kok.."Ify menghela nafas sejenak "..eumm ngomong-ngomong ada angin apa lo nelpon gue..??"
"......"
Kening Ify berkerut. Tumben, ngga biasanya Rio nanyain soal PR biasanya dia ngga pernah menanyakan hal seperti ini. Lagian kan minggu depan mereka sudah mulai try out, dan guru-guru lebih banyak memberikan soal-soal latihan bukan PR
"Minggu depan kan udah mulai TO Yo. Mana ada PR"
"....."
"Iya lah, bener-bener yah lo tuh udah pikun, ingatan jangka pendek, otak pentium 4...ckckkk"Ify berdecak dengan kepala bergerak ke kanan dan ke kiri
"....."
Ify tertegun. Perkataan Rio barusan membuatnya tersadar, betapa waktu yang dimilikinya bersama Rio semakin berkurang. Setelah itu, entahlah. Yang jelas sedari dulu Ify sudah memiliki cita-cita untuk meneruskan sekolahnya ke negri orang, lebih tepatnya Australia. Sedangkan Rio..?? Ify masih belum tau kemana pria itu akan melanjutkan study nya
"....."
"Eh iya, lo nanya apaan tadi..??"
"....."
Ify meringis kecil mendengar ucapan Rio "eumm..gak tau sih"sahut Ify ragu. Mau bilang ke Australia tapi ngga tau kenapa mulutnya malah enggan berucap demikian
"....."
"Eummm, planning gue dari kecil sih gitu Yo, kalau elo..??"
"....."
Ify terkejut "eserius lo Yo..?? Boleh, boleh banget malah.."jawab Ify semangat, membuat Rio yang ada diseberang sana tertawa mendengarnya "..eh maksud gue, ya kan enak kalau kita barengan, gue jadi ada temennya gitu"ralat Ify cepat. Ify merutuki jawabannya yang pasti terdengar begitu semangat di telinga Rio, sampai-sampai lelaki hitam manis itu tertawa disana
"....."
Glekkkk...Ify menelan ludah. Wajarlah Rio tau, itu kan ekspresi pasti yang ditunjukkan Ify saat sedang tersipu. Hahhh..kalau saja saat ini Rio ada disampingnya, pasti Ify sudah menghujani Rio dengan pukulan-pukulan kecil dilengan si 'pemikat hati' nya itu
"Apaan sih lo, seneng banget ngegodain gue"Ify memanyunkan bibirnya
"....."
"Apa kata lo aja deh, yang penting lo happy"
"....."
"Bodo'..."
"...."
"Elo ngantuk..?? Ya udah, tidur aja, gue ngga papa kok"
"....."
Ify mendengus "huhh..gue juga tau kali kalau besok sekolah, eh Yo nyanyi donggggg..."pinta Ify manis "...kata anak-anak suara lo keren"puji Ify
"....."
Ify memutar kedua bola matanya saat mendengar celotehan panjang Rio. Bisa bawel juga ternyata, pikir Ify
"Stop..stop..stoppppp, stopp ngebawel, buruan nyanyi"paksa Ify
"....."
Ify tersenyum, kemudian ia melangkahkan kakinya menuju tempat tidur
"Okesipp, gue udah standby diatas kasur, buruan nyanyi"paksa Ify -lagi-
"....."
Ify mendesah panjang "Ya udah kalau gak mau"ucap Ify -pura-pura- kecewa
"....."
"Ohhhh my God, makasih Mario. Ayooo buruan nyanyi, gue udah narik selimut nih"seru Ify riang sambil memegangi selimutnya
"....."
Ify mulai mendengar Rio menyenandungkan sebuah lagu, yang masih termasuk dalam daftar lagu favoritenya.
Dan Ify mulai memejamkan matanya. Membiarkan Rio yang masih bersenandung untuknya
"..My favorite, my favorite...My favorite, my favorite girl...My favorite girl"
Samar-samar suara Rio masih terdengar di kedua telinga Ify yang semakin larut dalam tidurnya
-----
Cakka turun dari mobilnya dan mengantarkan Agni sampai ke depan pintu rumah gadisnya itu. Sebelum menekan bel rumahnya, Agni memilih untuk duduk-duduk santai dikursi teras bersama Cakka
"Ngga langsung masuk Ag..??"tanya Cakka yang baru saja menghempaskan tubuhnya dikursi sebelah Agni, Agni tersenyum dan menggeleng pelan
"Lho..kenapa ngga langsung masuk..?? Ntar Alvin nyariin loh"ujar Cakka
"Ahh, palingan juga kak Alvin lagi nonton tv didalem"sahut Agni
Cakka mengangguk-anggukan kepalanya, kemudian menatap Agni "terus sekarang mau ngapain..??"
Agni mengetuk-ngetukkan telunjuknya di lengan kursi tempat ia duduk sambil berpikir "ngga tau"ujarnya sambil menggeleng
Cakka menggapai kepala Agni dan mengacak pelan puncak kepala gadis itu "dasar, bilang aja masih kangen sama aku"ujarnya PD
Agni menjulurkan lidahnya "ngga yee.."
"Ah yang bener.."goda Cakka
"Bener deh"
"Iya deh, yang ganteng ngalah"
Agni menganga, kemudian menggeleng pelan "cape deh, punya cowo kok narsisnya ampun-ampunan"
Cakka terkekeh kecil "tapi suka kan, cinta kan, sayangkan..."goda Cakka -lagi- sambil menaik turunkan kedua alisnya, Agni tertawa pelan
Cklekkk...pintu rumah Agni terbuka dan menghentikan derai tawa yang tercipta di antara Cakka dan Agni. Sebuah kepala dengan mata setengah merem setengah melek menyembul keluar. Pemiliknya, siapa lagi kalau bukan Alvin
"Lo dateng kok gak ngebel sih Ag, mana berisik banget lagi diluar"sungut Alvin sambil mengucek kedua matanya. Sesekali mulutnya menganga lebar, menguap maksudnya. Sedangkan Agni terheran-heran melihat Alvin yang tidak biasanya tidur cepat, padahal baru juga jam 9 lewat 10 menit
"Ehehee..malem Vin.."sapa Cakka "..tumben banget jam segini lo udah tidur..??"
Alvin melirik ke arah Cakka yang memang tidak disadari kehadirannya olehnya "eh ada elo Kka, tau nih mata gue lagi ngantuk berat..hoammm"Alvin kembali menguap
"Kalau gak ada Cakka, yang nganter gue balik siapa..??"
Alvin membulatkan mulutnya "ohhh, iya ya.."Alvin menguap lagi, sepertinya kedua mata Alvin sudah tidak bisa diajak kompromi lagi "..ya udah deh, gue ngantuk dan mau ngelanjutin tidur. Elo jangan kelamaan berduan diluar, entar kalau ada setan bisa gawat"pesan Alvin
"Iya bawel.."sahut Agni malas
"Gue masuh deh"pamit Alvin
"Masuk sono, pengganggu banget deh"
Cakka tersenyum melihat Agni yang sepertinya sedang kesal "kenapa sih marah-marah mulu, lagi dapet yah..??"tanya Cakka polos. Tukkk, sebuah jitakan kecil mendarat dikepalanya. Cakka meringis sambil memegangi bagian kepala yang menjadi korban tindak kekerasan Agni.
Agni melotot kesal ke arah Cakka. Pertanyaan sensitif tuh, seenaknya aja si Cakka ngomong. Ngga sopan, pikir Agni
"Ngga sopan banget sih, nanyain begituan"
"Tuhkan marah-marah terus marah-marah terus, emang lagi da.."Cakka menggantungkan kalimatnya ketika melihat tatapan tajam Agni. Nyengir dan menunjukkan telunjuk dan jari tengahnya, hanya itu yang ia lakukan
"Udah ah, aku mau tidur aja. Balik sana"usir Agni
"Huhhh, Agni gak asik deh, hari ini sensi amat.."ujar Cakka sambil berdiri "..aku balik yah"pamit Cakka
"Hemmm"
"Ngga ada yang ketinggalan Ag..??"tanya Cakka sebelum benar-benar pulang. Kening Agni berkerut, kelupaan..?? Ngga ada deh kayanya. Agni mengecek peralatan yang ia bawa sewaktu pergi dengan Cakka tadi. Handphone utuh, dompet aman, selain itu..dia ngga bawa apa-apa
"Emang apaan yang ketinggalan..??"tanya Agni
"Serius ngga sadar sama sesuatu yang ketinggalan itu..??"Cakka balik tanya, Agni menggeleng heran.
Cakka diam, kemudian tangannya mengusap halus dagunya "ehm, oke berhubung kamu lupa, biar aku aja deh yang ngasihin"ucap Cakka akhirnya. Ia melangkah mendekati Agni dan....
"Babay Agni, selamat tidur.."Cakka langsung berlari setelah memberikan 'sesuatu' yang ketinggalan -menurut Cakka- itu. Ia berlari sambil tertawa, ia sempat menoleh sekilas ke belakang dan kembali tertawa ketika melihat tampang kaget Agni dengan tangan kanan yang sedang memegang pipi sebelah kanannya
"Jangan cuci muka yah Ag.."teriak Cakka dari kejauhan
"Oh my God.."Agni menutup mulut dengan tangan kirinya "Cakkaaaaaa...awas lo yah besok, gak selamet lo"Agni mencak-mencak sambil mengomel karna tingkah Cakka yang sudah seenaknya mencium pipi kanannya
Cklekkk...pintu kembali terbuka. Dan untuk kedua kalinya, kepala lelaki bermata sipit muncul dari balik pintu
"Agni masuk. Udah malem juga teriak-teriak kaya' dihutan"suruh Alvin tegas, Agni manyun namun ia tetap menuruti perintah kakak satu-satunya itu
=====
Hai..hai..hai...gimana dengan part ini..?? Ngga banget yah..??
Ya Allah..sorry deh, kalau part ini emang ngga' banget. Ngerjainnya juga pusing-pusingan (?) nih. Soalnya kok tiap masuk ke moment CaGni suka stuck gitu--'
Ebeidewei, rumah keluarga Cakka yang ada diatas itu sebenarnya adalah rancangan rumah masa depan gue loh (آمِÙŠّÙ†ْ... آمِÙŠّÙ†ْ...semoga kesampean yah)
Yakin deh pasti di part ini banyak bagian yang membingungkan, Lintar yang tiba-tiba nembak Nova atau bagian RiFy pas telpon-telponan. Kalau Lintar itu emang dibikin langsung tembak, soalnya kan di part-part sebelumnya dia emang udah nyadarin kalau dia ada rasa sama Nova. Nah kalau soal RiFy...ehm ehm ehm, berdasarkan hasil voting ke 2 orang, mereka berpendapat bagusnya dibikin begitu
Well, pengen say thanks dulu nih sama non Anif dan juga de Rin yang udah ngeluangin waktu, pendapat dan pulsanya untuk diajak bertukar pikiran (soal dialog telpon2annya RiFy)
Trus juga pengen say sorry (?) sama de Puthree dan de Cila yang udah dijanjiin pengen ngepost cepat eh malah baru dipost hari ini. Sebenarnya gue udah pengen ngepost pas hari jum'at tapi apa mau dikata laptop gue ada virusnya, eh pas gue masukin memory hp gue, tu memory ikut2an kena virus mana semua file2 cerpen/cerbung (yang setengah jadi) termasuk WL part 19 ada disana lagi. So, maafin atas keterlambatan ini yah guys._.v
Okedeh say thanks again yah buat semua readers dari part 1 sampe part 19 ini, yang hanya sekedar ngebaca, koment, like and many more (?)
Akhir kata..wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh ♥
_With Love Nia Stevania_
0 komentar:
Posting Komentar