-----
Sudah sekian lama ku alami pedih putus cinta
Dan mulai terbiasa hidup sendiri tanpa asmara
Lagu itu mengalun merdu, menemani perjalanan Rio dan Ify menuju cafe tempat mereka dinner malam ini. Tiba-tiba Rio teringat sesuatu
"Fy...lo gakda cerita apa-apakan sama kak Sion..??"tanya Rio yang sedang menyetir, tatapannya tetap lurus memperhatikan jalan
Ify menaikkan sebelah alisnya "soal...??"
Rio menggaruk-garuk tengkuknya"soal...emm soal..."
"soal lo sama kak Dea dulu..??"tebak Ify, Rio mengangguk pelan
"ngga kok, ya meskipun gue rasa kak Sion berhak tau tapi gue gak cerita apa-apa ke dia, karna gue gak berhak mencampuri urusan pribadi kalian"
Rio melirik kearah Ify dan tersenyum"thanks yah Fy"
"okee..tapi kalau gue boleh saran sebaiknya lo ngomong sama kak Dea deh"
"ngomong..?? Ngomong apa..??"tanya Rio agak bingung, ia memperhatikan traffict light yang sedang menyala merah
"soal perasaan lo dulu ke dia"jawab Ify singkat. Rio mulai menjalankan mobilnya kembali saat traffict light berubah menjadi hijau
Dan hadirmu membawa cinta sembuhkan luka ku
Kau berbeda dari yang ku kira
"ngga ah, buat apa sih. Lagian juga Dea udah punya kak Sion kan dan gue udah punya el.."
Ify memotong ucapan Rio "punya siapa..??"tanya Ify cemas, takut kalau-kalau Rio dan Shilla betul-betul sudah jadian
"bego...bego...bego...hampir aja salah ngomong"Rio mengumpat kesal dalam hati, kemudian ia menggelengkan kepalanya
"bukan punya siapa-siapa kok, emm maksud gue lagian kan gue juga udah gak punya rasa lagi sama dia"ujar Rio, berbohong tentunya
"huhhh..jangan-jangan Rio mulai suka sama Shilla"tebak Ify dalam hati
Rio menepuk-nepuk pundak Ify "Fy...Fy.."
"eh iya kenapa..??"
"kok ngelamun..??"
Ify menggeleng "gak papa kok, gakda salahnya kali Yo kalau lo ngejelasin perasaan lo dulu ke kak Dea, karna kalau boleh jujur nih ya gue rasa kak Dea lagi nungguin lo bilang sesuatu deh ke dia"ujar Ify kembali ke topik awal
"sok tau lo, dia kan gak pernah nanya gimana perasaan gue Fy"
"justru itu, ya gak tau kenapa nih ya gue rasa tatapan matanya kak Dea ke lo itu mengandung sebuah makna gitu"
Rio mengacak-acak puncak kepala Ify, membuat Ify bersungut-sungut kesal "udah deh, gak usah sok jadi peramal"
Ify menyisir rambutnya dengan jari "aahhh..tapi gak pake ngacak-ngacak rambut gue juga kali, berantakan nih"
"sorry deh, tetep cantik kok"ujar Rio santai, Ify tersenyum malu
Rio mengarahkan mobilnya memasuki gedung bertuliskan 'Bondies Cafe & Lounge' yang terletak di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Swift merah itu ia parkir terlebih dahulu, setelah merasa pas Rio dan Ify segera membuka pintu mobil dan melangkahkan kakinya memasuki cafe.
Rio dan Ify memilih meja bernomer 8 yang letaknya tidak begitu jauh dengan panggung yang biasa dipenuhi dengan pemain band dan beberapa pemusik serta pengisi acara yang biasanya memberikan suguhan berupa nyanyian atau hanya sekedar alunan merdu dari dentingan piano dan gesekan biola.
"Fy..pokoknya lo jangan cerita apa-apa yah sama kak Sion"pinta Rio lagi sambil menatap Ify dengan tampang memelas
Ify mengangguk malas "ya...ya...tapi gue minta lo ikutin saran gue deh Yo"
"gue usahain deh"
Seorang pelayan cafe menghampiri meja Rio dan Ify. Ia menyerahkan sebuah buku menu pada Rio dan Ify
"silahkan mau pesan apa..??"tanya pelayan itu ramah
"kita nunggu kak Sion sama kak Dea..?? Atau langsung pesen aja nih Fy..??"tanya Rio, Ify yang sedang membaca daftar menu mengangkat kepalanya
Ify melirik jam tangannya "pesen sekarang aja, kayanya gak lama lagi kak Sion dateng"Rio mengangguk dan segera memesan makanan. Pelayan tersebut mencatat pesanan Rio dan Ify kemudian berlalu pergi
Srettt...seseorang menarik sebuah kursi yang berada disamping Ify dan mempersilahkan gadis manis yang datang bersamanya
"duduk De..."suruhnya, gadis itu mengangguk dan tersenyum kecil
"makasih"
"sorry yah lama"ucap Sion yang baru datang
"malem Fy, Yo"sapa Dea, ia berusaha bersikap biasa saja meskipun sebenarnya ia agak risih dengan kondisi saat ini
Ify balas tersenyum "malem kak Dea"ucapnya berbeda dengan Rio yang hanya merespon sapaan Dea dengan sebuah anggukan kecil
"lo berdua udah pada pesen..??"tanya Sion, Rio dan Ify kompak mengangguk
"okedeh...kita pesen juga yuk De"ajak Sion, Dea mengangguk meng-iya-kan. Sion melambaikan tangannya pada seorang pelayan yang berdiri tidak jauh dari meja mereka saat ini. Pelayan itu menghampiri Sion dan segera memberikan daftar menu padanya. Setelah mencatat semua pesanan Sion dan Dea, pelayan itu segera berlalu. Hening...itulah suasana meja bernomer 8 itu saat ini, Sion sibuk dengan handphonenya karna memang pada saat itu sang mamah sedang menelponnya, makanya ia lebih memilih untuk mengasingkan diri sejenak. Rio sibuk dengan earphonenya, sepertinya ia sedang mendengarkan lagu yang agak nge-beat atau bahkan mungkin sedikit ngerock, buktinya kepala Rio ngangguk-ngangguk gak jelas dan geleng-geleng gak karuan
"hemmm...kak Dea, kalau gue boleh tau, lo satu kampus yah sama kak Sion..??"tanya Ify pada Dea memecah keheningan
Dea mengangguk tipis "iya...Fy, lo sama Rio juga satu sekolah..??"
"iya kak"Ify memutar-mutar handphonenya, dia sendiri bingung hal apa yang mesti ia bahas dengan Dea saat ini karna sejujurnya dia masih merasa agak canggung dengan Dea
"sama kak Sion, lo udah pacaran berapa lama..??"lanjut Ify, Dea nampak menghitung dengan jarinya, lantas ia tersenyum
"sekitar 2 setengah taun Fy"
Ify berdecak kagum, itu artinya Sion dan Dea sudah menjalin hubungan saat mereka kelas 2 SMA, cukup lama memang "SMA nya samaan juga..??"
Dea menggeleng "ngga...SMA nya beda tapi masih satu kota"
"awal ketemunya dimana..??"tanya Ify -lagi-
Dea mengingat-ingat awal mula pertemuannya dengan Sion dulu "hemm..seinget gue waktu itu sekolah Sion lagi tanding basket sama sekolah gue dan pertandingan itu di adain di sekolah gue yaaa..disitu deh awal mula pertemuan kita"jelas Dea singkat
Dua orang pelayan kembali menghampiri meja mereka dengan nampan berisi makanan dan minuman pesanan mereka. Setelah meletakkan secara rapi di meja, pelayan itu segera permisi
"selamat menikmati"ucap seorang pelayan tadi, disebelahnya pelayan lain yang juga ikut bersamanya mengangguk dan tersenyum ramah
"makasih..."ucap Ify dan Dea bersamaan. Bertepatan dengan itu, Sion yang baru saja menyelesaikan obrolah via telponnya segera berlari kecil
"pesanan nya udah dateng nih, makan yuk"ujar Sion, Ify dan Dea terkekeh mendengarnya
Ify menyentuh halus lengan Rio untuk menyadarkan pria dihadapannya ini yang sedang asyik menimati musik "Yo, ayo makan"suruh Ify, Rio segera melepas earphonenya dan menyimpan i-pood nano nya disaku jeansnya.
Ke 4 remaja itu terlihat kurang menikmati makan malam mereka. Semuanya seperti sibuk dengan pikirannya masing-masing. Sion....dia hanya diam karna melihat sikap diam Dea, namum matanya bisa menangkap lirikan Dea yang sesekali tertuju kepada Rio. Rio...dia justru semakin merasa yakin kalau perasaan untuk Ify itu memang ada dan berbeda dari yang biasanya. Oleh karna itu, ia tak mampu menghentikan kegiatan matanya yang tak lepas memandangi wajah Ify secara diam-diam. Dea....gadis ini merasa bimbang dengan perasaanya saat ini, yang entah mengapa mulai mendua. Disatu sisi hatinya, jelas ia menyayangi Sion sebagai pacarnya tapi di sisi lain ia tak bisa membohongi hatinya yang sangat bahagia karna bisa bertemu kembali dengan Rio, seseorang yang pernah membuatnya jatuh hati...dulu. Ify....berbeda dengan yang lainnya, ia justru terlihat lebih santai. Ia memang sedang memikirkan sesuatu, tentang Rio dan Shilla atau mungkin Rio dan Dea. Galau memang, tapi ia tak seperti 3 orang yang berada disekitarnya ini yang saling lirik satu sama lain. Sion ke Dea, Dea ke Rio dan Rio ke Ify...
"kok pada diem-diem an sih, gak asik banget"celetuk Ify tiba-tiba. Ia merasa tak nyaman dengan kondisi seperti ini. Semuanya merasa kikuk karna sebagian pikiran mereka masih melayang jauh
"hehee..iya yah, jadi sepi"sahut Rio seadanya
Ify merasa sudah saatnya ia menjalankan rencananya, ia menatap Sion sebentar "kak...kita nyanyi yuk, udah lama gak nyanyi bareng"ajak Ify setengah memaksa
"ngga ah, malu"tolak Sion
"aaahhh...kak Sion, ayolah kak...lo kan besok balik"Ify merengek sambil terus menatap Sion dengan tampang memelas "ya kan kak Dea"sambung Ify sambil melirik Dea
Dea mengangguk "iya Fy, ya udahlah Yon, nyanyi aja gue pengen denger suara lo deh kalau lagi nyanyi"
"malu gue De, lagian suara gue gak bagus-bagus amat tau"ujar Sion berusaha menghindar
Ify terus merengek "iiihh..kak Sion mah gitu, malem terakhir ini kak"
"lo kata lagu dangdut"
"ya ampun Yon, apa salahnya sih nurutin mau nya Ify"Dea mencoba membujuk Sion
Dengan enggan Sion mengangguk "oke..oke..bentar lagi yah tapi gue cuman ngiringin lo doang, gue gak mau nyanyi lagi jelek ni suara gue"putus Sion akhirnya "mau gak...??"tanya Sion menatap Ify, Ify mengangguk setuju
"iya deh"
"oke..gue nyelesein makan gue dulu"
Ify mengacungkan kedua jempolnya "siiippp..."
......
"demi apa deh Liv, gue tuh heran banget sama lo berdua. Lo berdua tuh saling suka, saling cinta, saling sayang tapi saling gengsi juga buat ngakuin kenyataan perasaan kalian"Nova berceloteh panjang lebar dihadapan Oliv yang sedang menonton sinetron favoritenya 'Putri Yang Ditukar'. Oliv yang tadinya terlihat tegang menyaksikan sinetron kesukaannya itu, jadi bersungut-sungut kesal mendengarkan celotehan Nova yang cerewetnya ngalah-ngalahin tukang kredit yang lagi ngambil tagihan
"malah gue mikir, mestinya lo berdua udah jadian dari kapan hari gitu gak taunya malah kaya gini makin jauh"ujar Nova lagi
"lagian si Ray aneh deh masa dia gak manfaatin peluang single nya elo sih. Kan harusnya dia nembak elo, apalagi status lo sekarang udah jelas-jelas jomblo"Nova kembali menyambung ucapannya, diakhir kalimat ia juga sempat memberikan penekanan tegas. Oliv jadi menyesal sendiri dengan kedatangan Nova yang tadinya ia minta untuk menemani dirinya yang sedang kesepian. Tau begini, mungkin Oliv lebih memilih sendiri sambil menanti kehadiran Sion dan Ify. Biar kata sepi, tapi se-ngganya dia bisa nonton tv tanpa gangguan
"ahelah Nov, percuma tau lo ngomong panjang lebar kalau Ray nya gak disini"ujar Oliv akhirnya membuka suara
"ya abis, masa ia gue mesti nyamperin Ray kerumahnya terus ngegedor-gedor pintu kamarnya dilanjutin dengan marah-marah ke dia"sahut Nova
"yeee..terserah lo sih, udah ah bahasanya besok-besok aja bisa kali Nov, sekarang kita nonton dulu oke"ajak Oliv
Nova melirik jam tangannya "ya ampunnn..sinetron gue udah mulai, RCTI Liv, RCTI"Nova gelabakan mengambil remote dan menekan tombol remote asal. Oliv yang sempat cengo dengan aksi gelabakan itu segera merebut remote dari tangan Nova. Ia menekan tombol 5 untuk RCTI
"ampun deh Nov, dari tadi gue udah nonton RCTi, ngapain dicari lagi"Nova nyengir kuda
"ya ampun..ya ampun..ya ampun...Rezky gueeeeee...ganteng banget dehhh"Nova histeris sendiri. Ia memang selalu histeris kalau melihat Rezky Aditya, maklum fans berat. Disebelahnya, Oliv hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu
......
Ify menyedot sedikit demi sedikit jus guava dihadapannya, sambil menunggu Sion menyelesaikan makanya. Tak kurang dari 5 menit setelah itu, Sion sedikit mendorong kursinya ke belakang pertanda ia telah menyelesaikan makannya.
"yuk Fy"ajak Sion, Ify mengangguk dan menyedot sekali lagi minumannya
"request dong Fy"ujar Rio sebelum Ify meninggalkan meja
"request..?? Lo pikir radio"cibir Ify
"ahelah Fy, sekali aja, gue lagi pengen denger lagunya Ipang tapi versi elo"
Ify nampak berpikir sejenak "oke..tentang cinta aja yah"
Rio mengangguk semangat sambil tersenyum lebar "emang itu yang gue mau"
"oke..gue sama kak Sion ke sana dulu yah, elo sama kak Dea dengerin yah"ujar Ify sebelum berlalu pergi. Rio dan Dea kompak mengangguk, keduanya mengamati tangan Ify dan Sion yang saling berrangkulan
"kenapa Rio request tu lagu yah"batin Ify
Sion menghentikan langkahnya sebentar didepan manager cafe tersebut. Ia meminta izin untuk pertunjukan kecilnya bersama Ify. Setelah mendapat izin ia dan Ify segera menaiki panggung dan berbisik ke arah MC yang memang stand by di atas panggung
Sion menepuk halus pundak MC yang sedang duduk diujung panggung, ia tersenyum ramah saat MC tersebut menoleh ke arahnya "mas, saya sama ade saya tadi udah minta izin sama manager nya mas buat nyanyi malem ini"bisik Sion, MC tersebut mengangguk
"mau di iringin de..??"tanya nya, Sion menggeleng
"gak perlu mas, saya pinjem gitarnya aja"MC tersebut kembali mengangguk, kemudian ia mengambil sebuah gitar akustik dan menyerahkannya pada Sion
"selamat malam semuanya...maaf saya mengganggu acara makan malam kalian sebentar. Malam ini kita akan mendapatkan sebuah pertunjukan spesial dari..."MC tersebut melirik ke arah Sion yang sudah duduk disalah satu kursi yang ada di atas panggung
"Sion dan Alyssa mas"sambung Sion
"Sion dan Alyssa...selamat menikmati kembali"lanjut MC tersebut, pengunjung cafe memberikan tepuk tangan untuk Sion dan Ify
Jreng....Sion mulai menggenjreng gitarnya. Disebelahnya, Ify sudah bersiap untuk mulai menyanyikan lagu request-an seorang Mario
Sekilas tentang dirimu yang lama ku nanti
Memikat hatiku jumpa mu pertama kali
Janji yang pernah terucap tuk satukan hati kita
Namun tak pernah terjadi
Ify menatap Rio yang ternyata juga tengah menatapnya. Rio yang terpesona dengan suara Ify, tetap tak bergeming menatap Ify
Mungkinkah masih ada waktu yang tersisa untukku
Mungkinkah masih ada cinta di hatimu
Dea menyentuh halus tangan Rio, membuat Rio yang sempat fokus dengan penampilan Ify menoleh ke arahnya
"gue kangen sama lo Yo"ucap Dea lirih
"tapi gue ngga"jawab Rio datar, ia melepaskan genggaman tangan Dea dari tangannya. Rio sendiri tidak tahu mengapa ia berujar demikian, padahal dulu ia sangat merindukan Dea, cinta pertamanya
"gue masih sayang sama lo"lanjut Dea
"tapi gue ngga"jawab Rio -lagi-. Ia tidak berbohong, memang benarkan sekarang perasaannya tidak lagi untuk Dea, melainkan.....Ify...mungkin....
Andaikan saja aku tau
Kau tak hadirkan cintamu
Ingin ku melepasmu dengan pelukan
"gue minta maaf Yo"
"buat..??"
"karna gue udah pergi tanpa pamit sama lo waktu itu"
Dari atas panggung, Ify bisa melihat kalau saat ini Rio dan Dea sedang membicarakan hal yang serius. Ini memang rencananya, yahh atas permintaan Dea ia berusaha untuk mencarikan waktu yang pas agar Dea dan Rio bisa berbicara. Meskipun cemburu, Ify berusaha untuk tetap fokus pada penampilannya
Sesal yang datang s'lalu tak kan membuat mu kembali
Maafkan aku yang tak pernah tau hingga semuanya pun kini t'lah berlalu
Maafkan aku....Maafkan aku
"i know you love me...."
"dulu.."potong Rio
Dea menyusut air matanya "yahhh..dulu. Seandainya gue waktu itu nanyain elo tentang perasaan lo ke gue, mungkin gue gak akan sama Sion saat ini tapi..."
"jangan menyesali apa yang udah terjadi De, gue rasa mungkin ini emang yang terbaik"
Mungkinkah masih ada waktu yang tersisa untukku
Mungkinkah masih ada cinta dihatimu
"yahh...mungkin ini yang terbaik"
Rio menaikkan tangan kanannya, menyusuri pipi gadis manis dihadapannya itu dengan lembut. Dea sedikit terkejut dengan prilaku Rio barusan
"lo jangan nangis lagi, nanti kak Sion curiga"
"makasih Yo"
"gue harap lo gak ceritain ini semua ke kak Sion, De"pinta Rio, Dea mengangguk menyetujui
Andaikan saja aku tau
Kau tak hadirkan cintamu
Ingin ku melepasmu dengan pelukan
Prokk....prokkk...prokkk...riuh tepuk tangan membahana di seluruh penjuru ruangan cafe tersebut. Semua terkesima dengan penampilan Sion dan Ify yang sangat memukau. Tak terkecuali Rio dan Dea
"makasih"ucap Ify dengan sedikit membungkukkan badannya, diikuti Sion dibelakangnya
.......
"lo kok dateng gak ngabarin sih Vin..??"tanya Cakka yang saat ini tengan berada dirumah Agni, rumah Alvin juga
Alvin memcomot sepotong brownies didepannya dan memasukkan nya kedalam mulut "lha...emang ade gue kaga ngasih tau lo..??"Alvin balik bertanya, Cakka menggeleng
"kaga"
"eh wajar sih, gue baru inget. Lo sama ade gue kan lagi musuhan yah"Alvin tertawa mengejek, Cakka mendelik kesal lalu melemparkan kulit kacang tepat ke wajah Alvin, tapi meleset "gak kena yee...terus sampe sekarang masih musuhan..??"
"oowww....tentu tidakk...udah baikan dong"Cakka tersenyum bangga. Ia dan Alvin terus mengobrol panjang lebar sambil melepas rindu. Maklum, semenjak lulus SMP Alvin memilih pindah ke Malang untuk meneruskan SMA nya disana bersama oma
Plukkk...sebuah tangan menepuk pundak Alvin dengan sedikit keras, sengaja malah. Alvin menoleh dan menatap kesal pada seseorang yang membuatnya kaget tadi. Orang itu hanya nyengir kuda menunjukkan rentetan gigi putihnya pada kakak tersayangnya itu
"hehehe...gak usah melotot ah..mata lo tetep sipit tau"ujarnya mengejek
"rese lo, ngapain sih ngagetin gue aja"Alvin bersungut-sungut kesal, disebelahnya Cakka terkikik kecil melihat pertengkaran kakak beradik itu
"sorry...cakep..."Alvin tersenyum "tapi bo'ong.."sambung Agni, orang yang mengagetkan Alvin tadi
Alvin memajukan mulutnya, persis anak kecil "jelek lo kak, kalau begitu"
"biarin, mulut gue ini. Ngapain sih lo kesini..??"
Pukkk..Agni menepuk pelan jidatnya "asataganaglylacakepamet...gue lupa, didepan ada Sivia noh"Agni menunjuk ke pintu depan. Cakka yang mendengar nama Sivia sedikit terkejut.
Alvin sesegera mungkin meninggalkan Cakka dan Agni diruang tv demi menemui Sivia yang sudah menunggunya. Cakka memperhatikan punggung Alvin yang kian menjauh, ia sedikit memiringkan kepalanya, mencoba melihat sedikit sosok wanita yang disebut Sivia oleh Agni
"kenapa lo kka..??"tanya Agni yang agak heran dengan tingkah Cakka yang clingukan ke pintu depan. Cakka yang tersadar segera kembali bersikap normal
"eh..ngga..ngga papa..emm Sivia itu pacarnya Alvin Ag..??"tanya Cakka to the point, Agni mengangguk heran. Sedetik kemudian Agni teringat akan perkataan Ify beberapa waktu lalu yang menyebutkan bahwa Cakka pernah menembak Sivia, pacar Alvin saat ini
Agni mengangguk-angguk dengan jari telunjuk di dagunya "ohh..gue ngerti kenapa lo clingukan kaya tadi. Lo mau mastiin kan, kalau Sivia yang didepan itu Sivia yang lo kenal..??"tanya Agni, lebih tepatnya menebak. Cakka tersentak kaget, dari mana Agni bisa tau soal itu..??
Agni yang menangkap raut keheranan Cakka, menyambung ucapannya "lo mungkin heran kenapa gue tau, sebenarnya gue tau dari Ify udah lama kok"
"sorry"
Agni mengernyit heran "buat...??"
Cakka menggaruk-garuk tengkuknya yang agak gatal "buat...buat apa aja deh...ehehe"Cakka nyengir aneh, membuat Agni terkekeh geli
.......
Ku cemburu....bila kau dengannya
Ku cemburu....karna kau adalah sebagian dari hatiku...
Ify menggerakkan bibirnya mengikuti alunan lagu yang mengalun indah dari pemutar mp3 di mobil Rio. Huhhhh...kalau boleh jujur, ia memang sangat cemburu tadi saat melihat Rio dan Dea berbicara serius. Apalagi pada saat jari jemari Rio menghapus aliran air mata Dea, untungnya saat itu Sion terlalu berkonsentrasi dengan petikan gitarnya. Jadi, ia sama sekali tidak melihat adegan yang menyakitkan bagi Ify itu, kalau saja Sion melihat...entahlah akan menjadi apa acara makan malam mereka saat itu
"Fy...."panggil Rio, Ify menghentikan gerakan bibirnya dan menoleh
"ya..kenapa Yo..??"
"makasih yah"ucap Rio tulus, belum sempat Ify bertanya dengan maksud ucapan terima kasih itu, Rio kembali melanjutkan ucapannya "gue tau, semua itu pasti ide lo"Ify hanya diam, bingung harus berkata apa
"ya se-ngganya, sekarang perasaan gue jadi lebih jelas"sambungnya lagi, ia menoleh ke arah Ify yang sedang menatapnya
Lamanya kesetiaanku...
Menjadi pendengarmu dan penjaga hatimu...
Ku inginkan hubungan yang lebih dari dia...
Tahu kah kau aku menderita demi cinta...
Lagu itu terus mengiringi perbincangan diantara Rio dan Ify saat itu
Ify jadi salting ketika dengan mendadak Rio menoleh ke arahnya "eh..emm..itu..emm.."
"udah..lo gak usah canggung gitu, nyantai aja lagi"ucap Rio menenangkan, Ify tersenyum kikuk
"sorry yah, kalau gue terkesan ikut campur masalah lo....tapiii sebenarnya gue cuman pengen nolongin kak Dea doang kok"
"maksud lo Dea yang minta..??"Ify mengangguk pelan, Rio menghela nafas
"ya udahlah, tapi kak Sion gak tau kan..??"tanya Rio was-was
Ify tersenyum "lo tenang aja, kak Sion gak tau apa-apa soal ini kok"Rio membalas senyum manis Ify dengan tak kalah manis membuat Ify kembali merasakan detakan jantung yang tak normal didada nya....
.......
Haruskah diriku menanti keajaiban...
Berharap dirimu bisa bersanding denganku...
Walau badai datang menghantam tubuhku ini...
Ku tak akan urungkan...
Niat bersamamu...
Hiuhhhh....seorang pemuda 'gondrong' tengah terduduk lemas di sofa kamarnya. Berkali-kali ia menghela nafas berat, mencoba membuang rasa sesak didadanya. Sesak bukan karna cemburu, tapii....karna ia merasa terlalu sulit menghadapi masalah cinta yang tengah dirasakannya saat ini. Gadis ber 'kacamata minus' itu bukan hanya sekedar cinta pertama baginya, tapi lebih dari itu ia berharap gadis manis itu akan menjadi pendamping pertama sekaligus pendamping terakhir untuknya. Pemikiran konyol memang untuk anak SMA kelas 1 seperti dirinya, tapi itulah kenyataanya...kenyataan bahwa ia ingin menjadikan Olivia sebagai gadis pertama dan terakhir dalam hidupnya
"huhhh..andai aja gue punya keberanian lebih dikitttt..aja, mungkin gue akan selangkah lebih maju dari sekarang"gumam nya, ia mengingat-ingat berbagai hal konyol yang pernah ia lakukan untuk Oliv. Termasuk menjadi secret admirer untuk Oliv, tapi nyata nya, hal itu tidak sedikit pun membuahkan hasil berupa status baru untuknya, status sebagai pacar seorang Olivia
Ketika rintihan tangisku
Tak juga bisa membuatmu mengerti
Aku pun semakin terjerat
Didalam bayangmu diriku tenggelam
Ray mengambil handphone nya yang tergeletak disudut meja belajarnya. Dengan perlahan jari jemarinya menekan tombol menu dan melanjut kannya dengan menyusuri menu-menu yang tertampil dilayar LCD tersebut. Ia membuka sebuah menu galeri dan dilanjutkan dengan sebuah folder yang terdapat dalam album foto. Folder yang berisikan kumpulan-kumpulan foto gadis pencuri hatinya
"gue sayang sama lo Liv, dan gue rasa lo juga sayang sama gue"ucapnya sambil memandangi layar LCD handphonenya yang menampilkan foto Oliv yang sedang tersenyum manis
"bukannya gue GR...tapi emang faktanya gitu kan"ia menatap layar handphonenya sekali lagi, kemudian mengecup lembut LCD yang masih bergambar Oliv itu. Lalu ia kembali meletakkan handphone itu ke asalnya
"heran gue, kenapa kita gak saling jujur aja sih"ucapnya lagi, ia menselonjorkan kakinya yang mulai terasa penat
......
Sion memeluk lembut kekasihnya itu. Tangannya mengelus-elus rambut pendek Dea. Posisi keduanya masih dalam keadaan berdiri didepan pintu rumah Dea. Barusan Dea menceritakan semuanya....semua tentangnya dan Rio...masa lalunya
"udah dong De, lo gak perlu minta maaf. Gue ngerti kok, semua orang pasti punya masa lalu, gitu juga dengan elo"ujar Sion, sedari tadi Dea memang terus meminta maaf pada Sion karna ia merasa telah membohongi Sion tentang perasaanya. Perasaanya yang tak seutuhnya memilih Sion karna memang jauh didasar lubuk hatinya, ia masih mencintai Rio. Tapi mulai malam ini ia menyadari bahwa rasa cinta untuk Sion jauh lebih besar, sedangkan untuk Rio...mungkin itu hanya karna pengaruh kepergiannya yang tanpa pamit dulu, sehingga membuat Dea terlalu merindu pada sosok Rio
"sekali lagi maafin gue Yon"
Sion memegang kedua bahu Dea dan menatap lembut gadisnya itu "gue gak ngerasa lo punya salah sama gue, jadi apa yang mesti gue maafin"Sion tersenyum "tapi kalau emang lo ngerasa lo punya salah, oke gue maafin asal lo gak terus-terusan minta maaf kaya gini"sambungnya sambil mengacak-acak poni Dea
Dea tersenyum kecil, ia menangkap pergelangan tangan Sion yang sibuk mengacak poninya "iyaa...gue sayang sama lo Yon"ucapnya tulus
"bener nih...ke Rio gimana...??"goda Sion sambil menaik turunkan alisnya, Dea meninju pelan bahu Sion
"aahh...Sion ihh.."Dea merengek manja sambil mengerucutkan bibirnya, membuat Sion jadi gemas sendiri lantas mencubit kecil pipi Dea
"iiihhh..lutuna..gemes deh"ujar Sion dengan nada bicara yang dibuat-buat, Dea tersenyum dan kembali memukul pelan lengan Sion
......
Rio mematikan mesin mobilnya. Kemudian ia melepaskan seat belt yang menyilang didadanya. Ketika menoleh ke arah Ify, ia melihat gadis manis itu sudah terlelap. Rio nampak berpikir sejenak, kemudian ia membuka pintu mobilnya.
Ia melangkahkan kakinya menuju pintu rumah. Sesampainya didepan pintu, ia segera menekan bel beberapa kali hingga dua orang gadis membuka kan pintu
"Liv tolong bukain pintu kamar Ify yah, gue mau gendong Ify ke kamarnya, soalnya tu anak ketiduran di mobil gue"ujar Rio menjelaskan, Oliv mengangguk
"oke kak"setelah berkata demikian, ia segera menaiki lantai dua disusul Nova dibelakangnya
Rio mulai membuka pintu mobilnya, dengan perlahan ia mengangkat Ify dan mengeluarkannya dari mobil. Lalu membawa gadis itu masuk ke rumah menuju kamarnya
Rio merenggangkan otot-ototnya yang nampak pegal sehabis mengangkat Ify "gila...berat banget sih lo Fy"gumamnya sambil mengamati lengkungan wajah Ify lekat-lekat. Kalau saja Ify sedang tidak tidur, mungkin saat ini ia sudah blushing sampai salting karna tatapan dahsyat itu
"lo tu cantik, manis, baik, aneh, lucu...hemmm apalagi yah"Rio melipat kedua tangannya didada, masih tetap sambil menatap Ify "dan yang penting gue semakin yakin kalau gue..."Rio menggantungkan kalimatnya. Ia sedikit membungkuku dan mendekatkan wajahnya ke wajah Ify. Upssss..lebih tepatnya ke telinga Ify "kalau gue jatuh cinta sama lo Fy"bisiknya lembut, kemudian ia terkekeh dan kembali menegakkan tubuhnya.
Cukup sudah ia berlama-lama dikamar gadis itu, sekarang sudah saatnya ia untuk pulang. Setelah mematikan lampu kamar dan menutup pintu kamar Ify dengan rapat, Rio segera turun
"eh kak Sion udah dateng..."ujar Rio ketika berpapasan dengan Sion di anak tangga yang ke 7. Sion tersenyum dan mengangguk
"barusan...oh iya Yo, besok gue sama Dea balik ke Yogya, kalau gak sibuk lo ikut sama Ify nganterin kita yah"pinta Sion
"kalau gak rapat ya kak, soalnya gue sama Ify ditunjuk jadi panitia pensi akhir taun ini dan berhubung waktunya mepet banget jadi kita secepatnya mesti nyelesein semua persiapannya"ujar Rio agak menyesal
Sion mengangguk "oh oke..gak papa kok"
"gue balik yah...bye.."Rio melambaikan tangannya dan kembali menuruni satu persatu anak tangga itu, Sion hanya balas tersenyum melepas kepergian Rio
.......
Nova melemparkan sebuah bantal kearah Oliv yang sedang fokus menatap layar televisi dihadapannya. Ngapain lagi kalau bukan nonton...ya ialah
"woy Liv, tanggung jawab lo gue mau balik ama siapa nih.."
"rese lo Nov, ya telpon aja taksi apa susahnya sih"jawab Oliv santai tanpa melepaskan pandangannya dari tv
"mata lo dipake dong neng, ini tuh udah jam 10 lewat mau setengah 11 emang ada taksi yang keliaran jam segini..??"
"ya kalau gak ada diada-adain ajalah"
"Olivvvvv...gue mau balik dan gue gak mau naik taksi karna gue gak bawa duittt"Nova mencak-mencak, Oliv menutup rapat kedua kupingnya
"ngomong kek daritadi kalau lo kere"Oliv meraih handphonenya yang tergeletak diatas meja. Sedetik kemudian jari-jarinya sudah mulai menari diatas keypad handphonenya. Setelah merasa beres, Oliv menaruh kembali handphonenya diatas meja lalu ia menyambung acara nontonnya yang sempat terhenti itu
"eh...odong, lo gak tanggung jawab banget sih, gue gimana..??"seru Nova yang masih kesal
"udah sabar, duduk manis aja disitu bentar lagi jemputan lo dateng"ujar Oliv, Nova menaikkan sebelah alisnya alias heran. Ia memikirkan jemputan yang dimaksud Oliv barusan
Ting...tong...beberapa saat kemudian bel rumah berbunyi, Oliv segera bangkit dari tidurnya dan berlari menuju pintu depan. Dibelakangnya, Nova membuntuti dengan rasa penasaran
Cklekkk..pintu terbuka nampaklah seorang pria yang sedang membelakangi Oliv dan Nova. Nova yang memang berdiri dibelakang Oliv, clingukan berusaha melihat pria yang berdiri membelakangi mereka itu
"woyy..mas..penumpangnya udah siap nih"ujar Oliv sambil menepuk pundak pria tersebut
pria itu memutar badannya, membuat Nova melotot kaget "enak aja, lo pikir gue tukang ojek"ujarnya kesal
"ahelah...Lint..Lint, bukannya lo emang tukang ojeknya Nova yah..."ejek Oliv sambil terkekeh
"jadi gue balik sama dia..??"tanya Nova ogah-ogahan, Oliv mengangguk
"kenapa lo..?? Keberatan..?? Kalau bukan karna Oliv melas-melas juga gue gak mau kali"
"ihhh..lo gak niat banget sih ngejemput gue"
"emang"
"ya udah, mending gak usah jemput"Nova melipat tangannya didada sambil membuang muka, Oliv geleng-geleng kepala melihatnya
"udah deh yah...berantemnya dilanjut besok aja ntar lewat dari jam 11 gak balik-balik lo Nov"ujar Oliv menengahi
"tu manusia ikhlas gak ngantarin gue nya..??"
"ya..ya..ya gue ikhlas, buruan ntar ujan"suruh Lintar, kemudian ia langsung menuju motornya. Nova mendengus kesal, ia masuk kedalam rumah Oliv sebentar untuk mengambil tasnya
"gue balik ya Liv...bye"pamit Nova
"yuk..hati-hati yah..Lintar anter Nova dengan selamat yah"seru Oliv, Lintar hanya mengangguk dan mengacungkan salah satu jempolnya. Sedetik kemudian, motor Lintar melesat meninggalkan kediaman Oliv
"ckckk...bentar akur bentar berantem..pasangan yang aneh"gumam Oliv sembari menutup pintu rumahnya
Sedangkan dalam perjalanannya, Lintar dan Nova tidak henti-hentinya berdebat padahal awalnya mereka aman-aman aja tuh. Malahan mereka sempat bercanda dan tertawa bersama. Hanya saja Lintar menambah kecepatan motornya tanpa sepengetahuan Nova, membuat Nova yang tadinya santai sambil memainkan handphonenya jadi terjungkal kedepan dan dengan refleks memeluk pinggang Lintar
"elo yahh..nyari-nyari kesempatan aja sih"Nova mencak-mencak, meski begitu kedua tangannya tetap melingkari perut Lintar
"apaan sih..?? Gak denger gue..??"tanya Lintar yang memang kurang jelas mendengar suara Nova
Nova memajukan sedikit badannya dan berbicara tepat disebelah telinga kanan Lintar "elo jangan nyari-nyari kesempatan dong"Nova mengulang ucapannya tadi dengan suara lebih keras
Lintar mengusap-usap helmnya, maunya sih mengusap langsung telinganya tapi apa boleh buat, terhalang helm..."woyy nyantai aja dong"
"elonya aja gak nyantai minta gue nyantai, pelanin gak..cepet banget tau"suruh Nova marah-marah
"eh dodol, lo gak liat apa tadi ada kilat trus kuping lo budek apa sampe gak denger ada suara petir"
"so what..."
"so what..so what...bentar lagi ujan bego"
Tukkk...Nova memukul helm Lintar dengan keras, sehingga kepala Lintar ikut terpukul "ehh..lo jadi cewe kasar amat sih"
"biarinn..lo nya aja rese"sahut Nova santai
Tes..tes..tessss...satu persatu rintik hujan membasahi bumi. Perlahan tapi pasti rintik-rintik itu semakin membesar, Lintar semakin mempercepat laju kendaraannya. Dan Nova pun semakin mempererat pelukannya, takut jatuh...
Ckittt....Lintar memberhentikan motornya tepat didepan gerbang rumah Nova setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit.
Nova turun dari motor Lintar "thanks yah Lint"ucap Nova tulus, tentunya dengan nada bicara yang lembut juga
"yup..sama-sama"balas Lintar
Hening. Tak ada yang mulai melanjutkan pembicaraan. Nova pun sepertinya belum berniat memasuki rumahnya, begitupun dengan Lintar yang masih setia duduk manis diatas motornya. Untung hujan mulai reda
"Lint..."
"Nov..."
Disaat ingin membuka pembicaraan, keduanya malah sama-sama berbicara dengan kompak memanggil lawan bicara mereka
"elo dulu aja deh"putus Lintar
"thanks yah"ucap Nova yang entah sadar atau tidak hanya mengulang pernyataan sebelumnya
Linta terkekeh "hehe...udah dua kali lo bilang makasih, sekali lagi lo bilang makasih gue hadiahin piring cantik deh"ujar Lintar bercanda, Nova tertunduk malu. Sedikit heran dengan perasaannya yang tiba-tiba saja menjadi deg-deg-an dan ingin selalu tersenyum
"iya yah..sekali lagi thanks lho"ucap Nova -lagi-
Lintar mengacak-acak rambut Nova, gak tau deh sengaja atau ngga "iya Nova....makasih mulu sih"sahut Lintar gemas
"hehe...habis kamu udah mau dimintain tolong sama Oliv buat nganterin gue, mana tadi gue pake marah-marah ditambah lagi lo nganterin gue sampe hujan-hujanan"
"oke...gak masalah kok, teman yang baik kan harus saling membantu"ucap Lintar lagi, Nova hanya tersenyum
"lho Nov, temennya kok gak disuruh masuk, malah dibiarin ujan-ujanan. Ntar sakit lho"tegur Bunda -mamanya Nova- yang memang sengaja menghampiri Nova
"eh iya Bun, lupa. Yuk Lint masuk"ajak Nova, Lintar tersenyum pada Bunda kemudian menggeleng pelan
"gak usah tante, saya langsung pulang aja udah hampir jam 11 juga"ujar Lintar sopan setelah melirik jam tangannya
Bunda mengangguk dan membalas senyum Lintar "ya udah, makasih yak nak Lintar sudah mau mengantarkan Nova sampai rumah"ucap Bunda sambil mengelus rambut basah Nova
"sama-sama tante, Lintar pamit dulu yah, gue balik Nov"pamit Lintar pada Bunda dan Nova
"hati-hati Lint"ucap Nova, Lintar mengangguk dan kemudian segera menggas motornya meninggalkan kediaman Nova
"ecieee...jadi itu pacar kamu sayang"goda Bunda sambil mencolek kecil hidung Nova
pipi Nova merah, tiba-tiba saja ia tersenyum malu "iihh...apaan sih Bun, kita cuman temen kok"
"pacaran juga gak apa, keliatannya dia anak baik. Bunda jadi naksir nih, setuju deh kalau kamu pacaran sama dia"goda Bunda, lagi
"aahhh..Bunda ih, Nova malu tau"sahut Nova sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Bunda tertawa melihat tingkah malu-malu Nova, jadi inget masa muda...pikir Bunda
Sudah sekian lama ku alami pedih putus cinta
Dan mulai terbiasa hidup sendiri tanpa asmara
Lagu itu mengalun merdu, menemani perjalanan Rio dan Ify menuju cafe tempat mereka dinner malam ini. Tiba-tiba Rio teringat sesuatu
"Fy...lo gakda cerita apa-apakan sama kak Sion..??"tanya Rio yang sedang menyetir, tatapannya tetap lurus memperhatikan jalan
Ify menaikkan sebelah alisnya "soal...??"
Rio menggaruk-garuk tengkuknya"soal...emm soal..."
"soal lo sama kak Dea dulu..??"tebak Ify, Rio mengangguk pelan
"ngga kok, ya meskipun gue rasa kak Sion berhak tau tapi gue gak cerita apa-apa ke dia, karna gue gak berhak mencampuri urusan pribadi kalian"
Rio melirik kearah Ify dan tersenyum"thanks yah Fy"
"okee..tapi kalau gue boleh saran sebaiknya lo ngomong sama kak Dea deh"
"ngomong..?? Ngomong apa..??"tanya Rio agak bingung, ia memperhatikan traffict light yang sedang menyala merah
"soal perasaan lo dulu ke dia"jawab Ify singkat. Rio mulai menjalankan mobilnya kembali saat traffict light berubah menjadi hijau
Dan hadirmu membawa cinta sembuhkan luka ku
Kau berbeda dari yang ku kira
"ngga ah, buat apa sih. Lagian juga Dea udah punya kak Sion kan dan gue udah punya el.."
Ify memotong ucapan Rio "punya siapa..??"tanya Ify cemas, takut kalau-kalau Rio dan Shilla betul-betul sudah jadian
"bego...bego...bego...hampir aja salah ngomong"Rio mengumpat kesal dalam hati, kemudian ia menggelengkan kepalanya
"bukan punya siapa-siapa kok, emm maksud gue lagian kan gue juga udah gak punya rasa lagi sama dia"ujar Rio, berbohong tentunya
"huhhh..jangan-jangan Rio mulai suka sama Shilla"tebak Ify dalam hati
Rio menepuk-nepuk pundak Ify "Fy...Fy.."
"eh iya kenapa..??"
"kok ngelamun..??"
Ify menggeleng "gak papa kok, gakda salahnya kali Yo kalau lo ngejelasin perasaan lo dulu ke kak Dea, karna kalau boleh jujur nih ya gue rasa kak Dea lagi nungguin lo bilang sesuatu deh ke dia"ujar Ify kembali ke topik awal
"sok tau lo, dia kan gak pernah nanya gimana perasaan gue Fy"
"justru itu, ya gak tau kenapa nih ya gue rasa tatapan matanya kak Dea ke lo itu mengandung sebuah makna gitu"
Rio mengacak-acak puncak kepala Ify, membuat Ify bersungut-sungut kesal "udah deh, gak usah sok jadi peramal"
Ify menyisir rambutnya dengan jari "aahhh..tapi gak pake ngacak-ngacak rambut gue juga kali, berantakan nih"
"sorry deh, tetep cantik kok"ujar Rio santai, Ify tersenyum malu
Rio mengarahkan mobilnya memasuki gedung bertuliskan 'Bondies Cafe & Lounge' yang terletak di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Swift merah itu ia parkir terlebih dahulu, setelah merasa pas Rio dan Ify segera membuka pintu mobil dan melangkahkan kakinya memasuki cafe.
Rio dan Ify memilih meja bernomer 8 yang letaknya tidak begitu jauh dengan panggung yang biasa dipenuhi dengan pemain band dan beberapa pemusik serta pengisi acara yang biasanya memberikan suguhan berupa nyanyian atau hanya sekedar alunan merdu dari dentingan piano dan gesekan biola.
"Fy..pokoknya lo jangan cerita apa-apa yah sama kak Sion"pinta Rio lagi sambil menatap Ify dengan tampang memelas
Ify mengangguk malas "ya...ya...tapi gue minta lo ikutin saran gue deh Yo"
"gue usahain deh"
Seorang pelayan cafe menghampiri meja Rio dan Ify. Ia menyerahkan sebuah buku menu pada Rio dan Ify
"silahkan mau pesan apa..??"tanya pelayan itu ramah
"kita nunggu kak Sion sama kak Dea..?? Atau langsung pesen aja nih Fy..??"tanya Rio, Ify yang sedang membaca daftar menu mengangkat kepalanya
Ify melirik jam tangannya "pesen sekarang aja, kayanya gak lama lagi kak Sion dateng"Rio mengangguk dan segera memesan makanan. Pelayan tersebut mencatat pesanan Rio dan Ify kemudian berlalu pergi
Srettt...seseorang menarik sebuah kursi yang berada disamping Ify dan mempersilahkan gadis manis yang datang bersamanya
"duduk De..."suruhnya, gadis itu mengangguk dan tersenyum kecil
"makasih"
"sorry yah lama"ucap Sion yang baru datang
"malem Fy, Yo"sapa Dea, ia berusaha bersikap biasa saja meskipun sebenarnya ia agak risih dengan kondisi saat ini
Ify balas tersenyum "malem kak Dea"ucapnya berbeda dengan Rio yang hanya merespon sapaan Dea dengan sebuah anggukan kecil
"lo berdua udah pada pesen..??"tanya Sion, Rio dan Ify kompak mengangguk
"okedeh...kita pesen juga yuk De"ajak Sion, Dea mengangguk meng-iya-kan. Sion melambaikan tangannya pada seorang pelayan yang berdiri tidak jauh dari meja mereka saat ini. Pelayan itu menghampiri Sion dan segera memberikan daftar menu padanya. Setelah mencatat semua pesanan Sion dan Dea, pelayan itu segera berlalu. Hening...itulah suasana meja bernomer 8 itu saat ini, Sion sibuk dengan handphonenya karna memang pada saat itu sang mamah sedang menelponnya, makanya ia lebih memilih untuk mengasingkan diri sejenak. Rio sibuk dengan earphonenya, sepertinya ia sedang mendengarkan lagu yang agak nge-beat atau bahkan mungkin sedikit ngerock, buktinya kepala Rio ngangguk-ngangguk gak jelas dan geleng-geleng gak karuan
"hemmm...kak Dea, kalau gue boleh tau, lo satu kampus yah sama kak Sion..??"tanya Ify pada Dea memecah keheningan
Dea mengangguk tipis "iya...Fy, lo sama Rio juga satu sekolah..??"
"iya kak"Ify memutar-mutar handphonenya, dia sendiri bingung hal apa yang mesti ia bahas dengan Dea saat ini karna sejujurnya dia masih merasa agak canggung dengan Dea
"sama kak Sion, lo udah pacaran berapa lama..??"lanjut Ify, Dea nampak menghitung dengan jarinya, lantas ia tersenyum
"sekitar 2 setengah taun Fy"
Ify berdecak kagum, itu artinya Sion dan Dea sudah menjalin hubungan saat mereka kelas 2 SMA, cukup lama memang "SMA nya samaan juga..??"
Dea menggeleng "ngga...SMA nya beda tapi masih satu kota"
"awal ketemunya dimana..??"tanya Ify -lagi-
Dea mengingat-ingat awal mula pertemuannya dengan Sion dulu "hemm..seinget gue waktu itu sekolah Sion lagi tanding basket sama sekolah gue dan pertandingan itu di adain di sekolah gue yaaa..disitu deh awal mula pertemuan kita"jelas Dea singkat
Dua orang pelayan kembali menghampiri meja mereka dengan nampan berisi makanan dan minuman pesanan mereka. Setelah meletakkan secara rapi di meja, pelayan itu segera permisi
"selamat menikmati"ucap seorang pelayan tadi, disebelahnya pelayan lain yang juga ikut bersamanya mengangguk dan tersenyum ramah
"makasih..."ucap Ify dan Dea bersamaan. Bertepatan dengan itu, Sion yang baru saja menyelesaikan obrolah via telponnya segera berlari kecil
"pesanan nya udah dateng nih, makan yuk"ujar Sion, Ify dan Dea terkekeh mendengarnya
Ify menyentuh halus lengan Rio untuk menyadarkan pria dihadapannya ini yang sedang asyik menimati musik "Yo, ayo makan"suruh Ify, Rio segera melepas earphonenya dan menyimpan i-pood nano nya disaku jeansnya.
Ke 4 remaja itu terlihat kurang menikmati makan malam mereka. Semuanya seperti sibuk dengan pikirannya masing-masing. Sion....dia hanya diam karna melihat sikap diam Dea, namum matanya bisa menangkap lirikan Dea yang sesekali tertuju kepada Rio. Rio...dia justru semakin merasa yakin kalau perasaan untuk Ify itu memang ada dan berbeda dari yang biasanya. Oleh karna itu, ia tak mampu menghentikan kegiatan matanya yang tak lepas memandangi wajah Ify secara diam-diam. Dea....gadis ini merasa bimbang dengan perasaanya saat ini, yang entah mengapa mulai mendua. Disatu sisi hatinya, jelas ia menyayangi Sion sebagai pacarnya tapi di sisi lain ia tak bisa membohongi hatinya yang sangat bahagia karna bisa bertemu kembali dengan Rio, seseorang yang pernah membuatnya jatuh hati...dulu. Ify....berbeda dengan yang lainnya, ia justru terlihat lebih santai. Ia memang sedang memikirkan sesuatu, tentang Rio dan Shilla atau mungkin Rio dan Dea. Galau memang, tapi ia tak seperti 3 orang yang berada disekitarnya ini yang saling lirik satu sama lain. Sion ke Dea, Dea ke Rio dan Rio ke Ify...
"kok pada diem-diem an sih, gak asik banget"celetuk Ify tiba-tiba. Ia merasa tak nyaman dengan kondisi seperti ini. Semuanya merasa kikuk karna sebagian pikiran mereka masih melayang jauh
"hehee..iya yah, jadi sepi"sahut Rio seadanya
Ify merasa sudah saatnya ia menjalankan rencananya, ia menatap Sion sebentar "kak...kita nyanyi yuk, udah lama gak nyanyi bareng"ajak Ify setengah memaksa
"ngga ah, malu"tolak Sion
"aaahhh...kak Sion, ayolah kak...lo kan besok balik"Ify merengek sambil terus menatap Sion dengan tampang memelas "ya kan kak Dea"sambung Ify sambil melirik Dea
Dea mengangguk "iya Fy, ya udahlah Yon, nyanyi aja gue pengen denger suara lo deh kalau lagi nyanyi"
"malu gue De, lagian suara gue gak bagus-bagus amat tau"ujar Sion berusaha menghindar
Ify terus merengek "iiihh..kak Sion mah gitu, malem terakhir ini kak"
"lo kata lagu dangdut"
"ya ampun Yon, apa salahnya sih nurutin mau nya Ify"Dea mencoba membujuk Sion
Dengan enggan Sion mengangguk "oke..oke..bentar lagi yah tapi gue cuman ngiringin lo doang, gue gak mau nyanyi lagi jelek ni suara gue"putus Sion akhirnya "mau gak...??"tanya Sion menatap Ify, Ify mengangguk setuju
"iya deh"
"oke..gue nyelesein makan gue dulu"
Ify mengacungkan kedua jempolnya "siiippp..."
......
"demi apa deh Liv, gue tuh heran banget sama lo berdua. Lo berdua tuh saling suka, saling cinta, saling sayang tapi saling gengsi juga buat ngakuin kenyataan perasaan kalian"Nova berceloteh panjang lebar dihadapan Oliv yang sedang menonton sinetron favoritenya 'Putri Yang Ditukar'. Oliv yang tadinya terlihat tegang menyaksikan sinetron kesukaannya itu, jadi bersungut-sungut kesal mendengarkan celotehan Nova yang cerewetnya ngalah-ngalahin tukang kredit yang lagi ngambil tagihan
"malah gue mikir, mestinya lo berdua udah jadian dari kapan hari gitu gak taunya malah kaya gini makin jauh"ujar Nova lagi
"lagian si Ray aneh deh masa dia gak manfaatin peluang single nya elo sih. Kan harusnya dia nembak elo, apalagi status lo sekarang udah jelas-jelas jomblo"Nova kembali menyambung ucapannya, diakhir kalimat ia juga sempat memberikan penekanan tegas. Oliv jadi menyesal sendiri dengan kedatangan Nova yang tadinya ia minta untuk menemani dirinya yang sedang kesepian. Tau begini, mungkin Oliv lebih memilih sendiri sambil menanti kehadiran Sion dan Ify. Biar kata sepi, tapi se-ngganya dia bisa nonton tv tanpa gangguan
"ahelah Nov, percuma tau lo ngomong panjang lebar kalau Ray nya gak disini"ujar Oliv akhirnya membuka suara
"ya abis, masa ia gue mesti nyamperin Ray kerumahnya terus ngegedor-gedor pintu kamarnya dilanjutin dengan marah-marah ke dia"sahut Nova
"yeee..terserah lo sih, udah ah bahasanya besok-besok aja bisa kali Nov, sekarang kita nonton dulu oke"ajak Oliv
Nova melirik jam tangannya "ya ampunnn..sinetron gue udah mulai, RCTI Liv, RCTI"Nova gelabakan mengambil remote dan menekan tombol remote asal. Oliv yang sempat cengo dengan aksi gelabakan itu segera merebut remote dari tangan Nova. Ia menekan tombol 5 untuk RCTI
"ampun deh Nov, dari tadi gue udah nonton RCTi, ngapain dicari lagi"Nova nyengir kuda
"ya ampun..ya ampun..ya ampun...Rezky gueeeeee...ganteng banget dehhh"Nova histeris sendiri. Ia memang selalu histeris kalau melihat Rezky Aditya, maklum fans berat. Disebelahnya, Oliv hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu
......
Ify menyedot sedikit demi sedikit jus guava dihadapannya, sambil menunggu Sion menyelesaikan makanya. Tak kurang dari 5 menit setelah itu, Sion sedikit mendorong kursinya ke belakang pertanda ia telah menyelesaikan makannya.
"yuk Fy"ajak Sion, Ify mengangguk dan menyedot sekali lagi minumannya
"request dong Fy"ujar Rio sebelum Ify meninggalkan meja
"request..?? Lo pikir radio"cibir Ify
"ahelah Fy, sekali aja, gue lagi pengen denger lagunya Ipang tapi versi elo"
Ify nampak berpikir sejenak "oke..tentang cinta aja yah"
Rio mengangguk semangat sambil tersenyum lebar "emang itu yang gue mau"
"oke..gue sama kak Sion ke sana dulu yah, elo sama kak Dea dengerin yah"ujar Ify sebelum berlalu pergi. Rio dan Dea kompak mengangguk, keduanya mengamati tangan Ify dan Sion yang saling berrangkulan
"kenapa Rio request tu lagu yah"batin Ify
Sion menghentikan langkahnya sebentar didepan manager cafe tersebut. Ia meminta izin untuk pertunjukan kecilnya bersama Ify. Setelah mendapat izin ia dan Ify segera menaiki panggung dan berbisik ke arah MC yang memang stand by di atas panggung
Sion menepuk halus pundak MC yang sedang duduk diujung panggung, ia tersenyum ramah saat MC tersebut menoleh ke arahnya "mas, saya sama ade saya tadi udah minta izin sama manager nya mas buat nyanyi malem ini"bisik Sion, MC tersebut mengangguk
"mau di iringin de..??"tanya nya, Sion menggeleng
"gak perlu mas, saya pinjem gitarnya aja"MC tersebut kembali mengangguk, kemudian ia mengambil sebuah gitar akustik dan menyerahkannya pada Sion
"selamat malam semuanya...maaf saya mengganggu acara makan malam kalian sebentar. Malam ini kita akan mendapatkan sebuah pertunjukan spesial dari..."MC tersebut melirik ke arah Sion yang sudah duduk disalah satu kursi yang ada di atas panggung
"Sion dan Alyssa mas"sambung Sion
"Sion dan Alyssa...selamat menikmati kembali"lanjut MC tersebut, pengunjung cafe memberikan tepuk tangan untuk Sion dan Ify
Jreng....Sion mulai menggenjreng gitarnya. Disebelahnya, Ify sudah bersiap untuk mulai menyanyikan lagu request-an seorang Mario
Sekilas tentang dirimu yang lama ku nanti
Memikat hatiku jumpa mu pertama kali
Janji yang pernah terucap tuk satukan hati kita
Namun tak pernah terjadi
Ify menatap Rio yang ternyata juga tengah menatapnya. Rio yang terpesona dengan suara Ify, tetap tak bergeming menatap Ify
Mungkinkah masih ada waktu yang tersisa untukku
Mungkinkah masih ada cinta di hatimu
Dea menyentuh halus tangan Rio, membuat Rio yang sempat fokus dengan penampilan Ify menoleh ke arahnya
"gue kangen sama lo Yo"ucap Dea lirih
"tapi gue ngga"jawab Rio datar, ia melepaskan genggaman tangan Dea dari tangannya. Rio sendiri tidak tahu mengapa ia berujar demikian, padahal dulu ia sangat merindukan Dea, cinta pertamanya
"gue masih sayang sama lo"lanjut Dea
"tapi gue ngga"jawab Rio -lagi-. Ia tidak berbohong, memang benarkan sekarang perasaannya tidak lagi untuk Dea, melainkan.....Ify...mungkin....
Andaikan saja aku tau
Kau tak hadirkan cintamu
Ingin ku melepasmu dengan pelukan
"gue minta maaf Yo"
"buat..??"
"karna gue udah pergi tanpa pamit sama lo waktu itu"
Dari atas panggung, Ify bisa melihat kalau saat ini Rio dan Dea sedang membicarakan hal yang serius. Ini memang rencananya, yahh atas permintaan Dea ia berusaha untuk mencarikan waktu yang pas agar Dea dan Rio bisa berbicara. Meskipun cemburu, Ify berusaha untuk tetap fokus pada penampilannya
Sesal yang datang s'lalu tak kan membuat mu kembali
Maafkan aku yang tak pernah tau hingga semuanya pun kini t'lah berlalu
Maafkan aku....Maafkan aku
"i know you love me...."
"dulu.."potong Rio
Dea menyusut air matanya "yahhh..dulu. Seandainya gue waktu itu nanyain elo tentang perasaan lo ke gue, mungkin gue gak akan sama Sion saat ini tapi..."
"jangan menyesali apa yang udah terjadi De, gue rasa mungkin ini emang yang terbaik"
Mungkinkah masih ada waktu yang tersisa untukku
Mungkinkah masih ada cinta dihatimu
"yahh...mungkin ini yang terbaik"
Rio menaikkan tangan kanannya, menyusuri pipi gadis manis dihadapannya itu dengan lembut. Dea sedikit terkejut dengan prilaku Rio barusan
"lo jangan nangis lagi, nanti kak Sion curiga"
"makasih Yo"
"gue harap lo gak ceritain ini semua ke kak Sion, De"pinta Rio, Dea mengangguk menyetujui
Andaikan saja aku tau
Kau tak hadirkan cintamu
Ingin ku melepasmu dengan pelukan
Prokk....prokkk...prokkk...riuh tepuk tangan membahana di seluruh penjuru ruangan cafe tersebut. Semua terkesima dengan penampilan Sion dan Ify yang sangat memukau. Tak terkecuali Rio dan Dea
"makasih"ucap Ify dengan sedikit membungkukkan badannya, diikuti Sion dibelakangnya
.......
"lo kok dateng gak ngabarin sih Vin..??"tanya Cakka yang saat ini tengan berada dirumah Agni, rumah Alvin juga
Alvin memcomot sepotong brownies didepannya dan memasukkan nya kedalam mulut "lha...emang ade gue kaga ngasih tau lo..??"Alvin balik bertanya, Cakka menggeleng
"kaga"
"eh wajar sih, gue baru inget. Lo sama ade gue kan lagi musuhan yah"Alvin tertawa mengejek, Cakka mendelik kesal lalu melemparkan kulit kacang tepat ke wajah Alvin, tapi meleset "gak kena yee...terus sampe sekarang masih musuhan..??"
"oowww....tentu tidakk...udah baikan dong"Cakka tersenyum bangga. Ia dan Alvin terus mengobrol panjang lebar sambil melepas rindu. Maklum, semenjak lulus SMP Alvin memilih pindah ke Malang untuk meneruskan SMA nya disana bersama oma
Plukkk...sebuah tangan menepuk pundak Alvin dengan sedikit keras, sengaja malah. Alvin menoleh dan menatap kesal pada seseorang yang membuatnya kaget tadi. Orang itu hanya nyengir kuda menunjukkan rentetan gigi putihnya pada kakak tersayangnya itu
"hehehe...gak usah melotot ah..mata lo tetep sipit tau"ujarnya mengejek
"rese lo, ngapain sih ngagetin gue aja"Alvin bersungut-sungut kesal, disebelahnya Cakka terkikik kecil melihat pertengkaran kakak beradik itu
"sorry...cakep..."Alvin tersenyum "tapi bo'ong.."sambung Agni, orang yang mengagetkan Alvin tadi
Alvin memajukan mulutnya, persis anak kecil "jelek lo kak, kalau begitu"
"biarin, mulut gue ini. Ngapain sih lo kesini..??"
Pukkk..Agni menepuk pelan jidatnya "asataganaglylacakepamet...gue lupa, didepan ada Sivia noh"Agni menunjuk ke pintu depan. Cakka yang mendengar nama Sivia sedikit terkejut.
Alvin sesegera mungkin meninggalkan Cakka dan Agni diruang tv demi menemui Sivia yang sudah menunggunya. Cakka memperhatikan punggung Alvin yang kian menjauh, ia sedikit memiringkan kepalanya, mencoba melihat sedikit sosok wanita yang disebut Sivia oleh Agni
"kenapa lo kka..??"tanya Agni yang agak heran dengan tingkah Cakka yang clingukan ke pintu depan. Cakka yang tersadar segera kembali bersikap normal
"eh..ngga..ngga papa..emm Sivia itu pacarnya Alvin Ag..??"tanya Cakka to the point, Agni mengangguk heran. Sedetik kemudian Agni teringat akan perkataan Ify beberapa waktu lalu yang menyebutkan bahwa Cakka pernah menembak Sivia, pacar Alvin saat ini
Agni mengangguk-angguk dengan jari telunjuk di dagunya "ohh..gue ngerti kenapa lo clingukan kaya tadi. Lo mau mastiin kan, kalau Sivia yang didepan itu Sivia yang lo kenal..??"tanya Agni, lebih tepatnya menebak. Cakka tersentak kaget, dari mana Agni bisa tau soal itu..??
Agni yang menangkap raut keheranan Cakka, menyambung ucapannya "lo mungkin heran kenapa gue tau, sebenarnya gue tau dari Ify udah lama kok"
"sorry"
Agni mengernyit heran "buat...??"
Cakka menggaruk-garuk tengkuknya yang agak gatal "buat...buat apa aja deh...ehehe"Cakka nyengir aneh, membuat Agni terkekeh geli
.......
Ku cemburu....bila kau dengannya
Ku cemburu....karna kau adalah sebagian dari hatiku...
Ify menggerakkan bibirnya mengikuti alunan lagu yang mengalun indah dari pemutar mp3 di mobil Rio. Huhhhh...kalau boleh jujur, ia memang sangat cemburu tadi saat melihat Rio dan Dea berbicara serius. Apalagi pada saat jari jemari Rio menghapus aliran air mata Dea, untungnya saat itu Sion terlalu berkonsentrasi dengan petikan gitarnya. Jadi, ia sama sekali tidak melihat adegan yang menyakitkan bagi Ify itu, kalau saja Sion melihat...entahlah akan menjadi apa acara makan malam mereka saat itu
"Fy...."panggil Rio, Ify menghentikan gerakan bibirnya dan menoleh
"ya..kenapa Yo..??"
"makasih yah"ucap Rio tulus, belum sempat Ify bertanya dengan maksud ucapan terima kasih itu, Rio kembali melanjutkan ucapannya "gue tau, semua itu pasti ide lo"Ify hanya diam, bingung harus berkata apa
"ya se-ngganya, sekarang perasaan gue jadi lebih jelas"sambungnya lagi, ia menoleh ke arah Ify yang sedang menatapnya
Lamanya kesetiaanku...
Menjadi pendengarmu dan penjaga hatimu...
Ku inginkan hubungan yang lebih dari dia...
Tahu kah kau aku menderita demi cinta...
Lagu itu terus mengiringi perbincangan diantara Rio dan Ify saat itu
Ify jadi salting ketika dengan mendadak Rio menoleh ke arahnya "eh..emm..itu..emm.."
"udah..lo gak usah canggung gitu, nyantai aja lagi"ucap Rio menenangkan, Ify tersenyum kikuk
"sorry yah, kalau gue terkesan ikut campur masalah lo....tapiii sebenarnya gue cuman pengen nolongin kak Dea doang kok"
"maksud lo Dea yang minta..??"Ify mengangguk pelan, Rio menghela nafas
"ya udahlah, tapi kak Sion gak tau kan..??"tanya Rio was-was
Ify tersenyum "lo tenang aja, kak Sion gak tau apa-apa soal ini kok"Rio membalas senyum manis Ify dengan tak kalah manis membuat Ify kembali merasakan detakan jantung yang tak normal didada nya....
.......
Haruskah diriku menanti keajaiban...
Berharap dirimu bisa bersanding denganku...
Walau badai datang menghantam tubuhku ini...
Ku tak akan urungkan...
Niat bersamamu...
Hiuhhhh....seorang pemuda 'gondrong' tengah terduduk lemas di sofa kamarnya. Berkali-kali ia menghela nafas berat, mencoba membuang rasa sesak didadanya. Sesak bukan karna cemburu, tapii....karna ia merasa terlalu sulit menghadapi masalah cinta yang tengah dirasakannya saat ini. Gadis ber 'kacamata minus' itu bukan hanya sekedar cinta pertama baginya, tapi lebih dari itu ia berharap gadis manis itu akan menjadi pendamping pertama sekaligus pendamping terakhir untuknya. Pemikiran konyol memang untuk anak SMA kelas 1 seperti dirinya, tapi itulah kenyataanya...kenyataan bahwa ia ingin menjadikan Olivia sebagai gadis pertama dan terakhir dalam hidupnya
"huhhh..andai aja gue punya keberanian lebih dikitttt..aja, mungkin gue akan selangkah lebih maju dari sekarang"gumam nya, ia mengingat-ingat berbagai hal konyol yang pernah ia lakukan untuk Oliv. Termasuk menjadi secret admirer untuk Oliv, tapi nyata nya, hal itu tidak sedikit pun membuahkan hasil berupa status baru untuknya, status sebagai pacar seorang Olivia
Ketika rintihan tangisku
Tak juga bisa membuatmu mengerti
Aku pun semakin terjerat
Didalam bayangmu diriku tenggelam
Ray mengambil handphone nya yang tergeletak disudut meja belajarnya. Dengan perlahan jari jemarinya menekan tombol menu dan melanjut kannya dengan menyusuri menu-menu yang tertampil dilayar LCD tersebut. Ia membuka sebuah menu galeri dan dilanjutkan dengan sebuah folder yang terdapat dalam album foto. Folder yang berisikan kumpulan-kumpulan foto gadis pencuri hatinya
"gue sayang sama lo Liv, dan gue rasa lo juga sayang sama gue"ucapnya sambil memandangi layar LCD handphonenya yang menampilkan foto Oliv yang sedang tersenyum manis
"bukannya gue GR...tapi emang faktanya gitu kan"ia menatap layar handphonenya sekali lagi, kemudian mengecup lembut LCD yang masih bergambar Oliv itu. Lalu ia kembali meletakkan handphone itu ke asalnya
"heran gue, kenapa kita gak saling jujur aja sih"ucapnya lagi, ia menselonjorkan kakinya yang mulai terasa penat
......
Sion memeluk lembut kekasihnya itu. Tangannya mengelus-elus rambut pendek Dea. Posisi keduanya masih dalam keadaan berdiri didepan pintu rumah Dea. Barusan Dea menceritakan semuanya....semua tentangnya dan Rio...masa lalunya
"udah dong De, lo gak perlu minta maaf. Gue ngerti kok, semua orang pasti punya masa lalu, gitu juga dengan elo"ujar Sion, sedari tadi Dea memang terus meminta maaf pada Sion karna ia merasa telah membohongi Sion tentang perasaanya. Perasaanya yang tak seutuhnya memilih Sion karna memang jauh didasar lubuk hatinya, ia masih mencintai Rio. Tapi mulai malam ini ia menyadari bahwa rasa cinta untuk Sion jauh lebih besar, sedangkan untuk Rio...mungkin itu hanya karna pengaruh kepergiannya yang tanpa pamit dulu, sehingga membuat Dea terlalu merindu pada sosok Rio
"sekali lagi maafin gue Yon"
Sion memegang kedua bahu Dea dan menatap lembut gadisnya itu "gue gak ngerasa lo punya salah sama gue, jadi apa yang mesti gue maafin"Sion tersenyum "tapi kalau emang lo ngerasa lo punya salah, oke gue maafin asal lo gak terus-terusan minta maaf kaya gini"sambungnya sambil mengacak-acak poni Dea
Dea tersenyum kecil, ia menangkap pergelangan tangan Sion yang sibuk mengacak poninya "iyaa...gue sayang sama lo Yon"ucapnya tulus
"bener nih...ke Rio gimana...??"goda Sion sambil menaik turunkan alisnya, Dea meninju pelan bahu Sion
"aahh...Sion ihh.."Dea merengek manja sambil mengerucutkan bibirnya, membuat Sion jadi gemas sendiri lantas mencubit kecil pipi Dea
"iiihhh..lutuna..gemes deh"ujar Sion dengan nada bicara yang dibuat-buat, Dea tersenyum dan kembali memukul pelan lengan Sion
......
Rio mematikan mesin mobilnya. Kemudian ia melepaskan seat belt yang menyilang didadanya. Ketika menoleh ke arah Ify, ia melihat gadis manis itu sudah terlelap. Rio nampak berpikir sejenak, kemudian ia membuka pintu mobilnya.
Ia melangkahkan kakinya menuju pintu rumah. Sesampainya didepan pintu, ia segera menekan bel beberapa kali hingga dua orang gadis membuka kan pintu
"Liv tolong bukain pintu kamar Ify yah, gue mau gendong Ify ke kamarnya, soalnya tu anak ketiduran di mobil gue"ujar Rio menjelaskan, Oliv mengangguk
"oke kak"setelah berkata demikian, ia segera menaiki lantai dua disusul Nova dibelakangnya
Rio mulai membuka pintu mobilnya, dengan perlahan ia mengangkat Ify dan mengeluarkannya dari mobil. Lalu membawa gadis itu masuk ke rumah menuju kamarnya
Rio merenggangkan otot-ototnya yang nampak pegal sehabis mengangkat Ify "gila...berat banget sih lo Fy"gumamnya sambil mengamati lengkungan wajah Ify lekat-lekat. Kalau saja Ify sedang tidak tidur, mungkin saat ini ia sudah blushing sampai salting karna tatapan dahsyat itu
"lo tu cantik, manis, baik, aneh, lucu...hemmm apalagi yah"Rio melipat kedua tangannya didada, masih tetap sambil menatap Ify "dan yang penting gue semakin yakin kalau gue..."Rio menggantungkan kalimatnya. Ia sedikit membungkuku dan mendekatkan wajahnya ke wajah Ify. Upssss..lebih tepatnya ke telinga Ify "kalau gue jatuh cinta sama lo Fy"bisiknya lembut, kemudian ia terkekeh dan kembali menegakkan tubuhnya.
Cukup sudah ia berlama-lama dikamar gadis itu, sekarang sudah saatnya ia untuk pulang. Setelah mematikan lampu kamar dan menutup pintu kamar Ify dengan rapat, Rio segera turun
"eh kak Sion udah dateng..."ujar Rio ketika berpapasan dengan Sion di anak tangga yang ke 7. Sion tersenyum dan mengangguk
"barusan...oh iya Yo, besok gue sama Dea balik ke Yogya, kalau gak sibuk lo ikut sama Ify nganterin kita yah"pinta Sion
"kalau gak rapat ya kak, soalnya gue sama Ify ditunjuk jadi panitia pensi akhir taun ini dan berhubung waktunya mepet banget jadi kita secepatnya mesti nyelesein semua persiapannya"ujar Rio agak menyesal
Sion mengangguk "oh oke..gak papa kok"
"gue balik yah...bye.."Rio melambaikan tangannya dan kembali menuruni satu persatu anak tangga itu, Sion hanya balas tersenyum melepas kepergian Rio
.......
Nova melemparkan sebuah bantal kearah Oliv yang sedang fokus menatap layar televisi dihadapannya. Ngapain lagi kalau bukan nonton...ya ialah
"woy Liv, tanggung jawab lo gue mau balik ama siapa nih.."
"rese lo Nov, ya telpon aja taksi apa susahnya sih"jawab Oliv santai tanpa melepaskan pandangannya dari tv
"mata lo dipake dong neng, ini tuh udah jam 10 lewat mau setengah 11 emang ada taksi yang keliaran jam segini..??"
"ya kalau gak ada diada-adain ajalah"
"Olivvvvv...gue mau balik dan gue gak mau naik taksi karna gue gak bawa duittt"Nova mencak-mencak, Oliv menutup rapat kedua kupingnya
"ngomong kek daritadi kalau lo kere"Oliv meraih handphonenya yang tergeletak diatas meja. Sedetik kemudian jari-jarinya sudah mulai menari diatas keypad handphonenya. Setelah merasa beres, Oliv menaruh kembali handphonenya diatas meja lalu ia menyambung acara nontonnya yang sempat terhenti itu
"eh...odong, lo gak tanggung jawab banget sih, gue gimana..??"seru Nova yang masih kesal
"udah sabar, duduk manis aja disitu bentar lagi jemputan lo dateng"ujar Oliv, Nova menaikkan sebelah alisnya alias heran. Ia memikirkan jemputan yang dimaksud Oliv barusan
Ting...tong...beberapa saat kemudian bel rumah berbunyi, Oliv segera bangkit dari tidurnya dan berlari menuju pintu depan. Dibelakangnya, Nova membuntuti dengan rasa penasaran
Cklekkk..pintu terbuka nampaklah seorang pria yang sedang membelakangi Oliv dan Nova. Nova yang memang berdiri dibelakang Oliv, clingukan berusaha melihat pria yang berdiri membelakangi mereka itu
"woyy..mas..penumpangnya udah siap nih"ujar Oliv sambil menepuk pundak pria tersebut
pria itu memutar badannya, membuat Nova melotot kaget "enak aja, lo pikir gue tukang ojek"ujarnya kesal
"ahelah...Lint..Lint, bukannya lo emang tukang ojeknya Nova yah..."ejek Oliv sambil terkekeh
"jadi gue balik sama dia..??"tanya Nova ogah-ogahan, Oliv mengangguk
"kenapa lo..?? Keberatan..?? Kalau bukan karna Oliv melas-melas juga gue gak mau kali"
"ihhh..lo gak niat banget sih ngejemput gue"
"emang"
"ya udah, mending gak usah jemput"Nova melipat tangannya didada sambil membuang muka, Oliv geleng-geleng kepala melihatnya
"udah deh yah...berantemnya dilanjut besok aja ntar lewat dari jam 11 gak balik-balik lo Nov"ujar Oliv menengahi
"tu manusia ikhlas gak ngantarin gue nya..??"
"ya..ya..ya gue ikhlas, buruan ntar ujan"suruh Lintar, kemudian ia langsung menuju motornya. Nova mendengus kesal, ia masuk kedalam rumah Oliv sebentar untuk mengambil tasnya
"gue balik ya Liv...bye"pamit Nova
"yuk..hati-hati yah..Lintar anter Nova dengan selamat yah"seru Oliv, Lintar hanya mengangguk dan mengacungkan salah satu jempolnya. Sedetik kemudian, motor Lintar melesat meninggalkan kediaman Oliv
"ckckk...bentar akur bentar berantem..pasangan yang aneh"gumam Oliv sembari menutup pintu rumahnya
Sedangkan dalam perjalanannya, Lintar dan Nova tidak henti-hentinya berdebat padahal awalnya mereka aman-aman aja tuh. Malahan mereka sempat bercanda dan tertawa bersama. Hanya saja Lintar menambah kecepatan motornya tanpa sepengetahuan Nova, membuat Nova yang tadinya santai sambil memainkan handphonenya jadi terjungkal kedepan dan dengan refleks memeluk pinggang Lintar
"elo yahh..nyari-nyari kesempatan aja sih"Nova mencak-mencak, meski begitu kedua tangannya tetap melingkari perut Lintar
"apaan sih..?? Gak denger gue..??"tanya Lintar yang memang kurang jelas mendengar suara Nova
Nova memajukan sedikit badannya dan berbicara tepat disebelah telinga kanan Lintar "elo jangan nyari-nyari kesempatan dong"Nova mengulang ucapannya tadi dengan suara lebih keras
Lintar mengusap-usap helmnya, maunya sih mengusap langsung telinganya tapi apa boleh buat, terhalang helm..."woyy nyantai aja dong"
"elonya aja gak nyantai minta gue nyantai, pelanin gak..cepet banget tau"suruh Nova marah-marah
"eh dodol, lo gak liat apa tadi ada kilat trus kuping lo budek apa sampe gak denger ada suara petir"
"so what..."
"so what..so what...bentar lagi ujan bego"
Tukkk...Nova memukul helm Lintar dengan keras, sehingga kepala Lintar ikut terpukul "ehh..lo jadi cewe kasar amat sih"
"biarinn..lo nya aja rese"sahut Nova santai
Tes..tes..tessss...satu persatu rintik hujan membasahi bumi. Perlahan tapi pasti rintik-rintik itu semakin membesar, Lintar semakin mempercepat laju kendaraannya. Dan Nova pun semakin mempererat pelukannya, takut jatuh...
Ckittt....Lintar memberhentikan motornya tepat didepan gerbang rumah Nova setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit.
Nova turun dari motor Lintar "thanks yah Lint"ucap Nova tulus, tentunya dengan nada bicara yang lembut juga
"yup..sama-sama"balas Lintar
Hening. Tak ada yang mulai melanjutkan pembicaraan. Nova pun sepertinya belum berniat memasuki rumahnya, begitupun dengan Lintar yang masih setia duduk manis diatas motornya. Untung hujan mulai reda
"Lint..."
"Nov..."
Disaat ingin membuka pembicaraan, keduanya malah sama-sama berbicara dengan kompak memanggil lawan bicara mereka
"elo dulu aja deh"putus Lintar
"thanks yah"ucap Nova yang entah sadar atau tidak hanya mengulang pernyataan sebelumnya
Linta terkekeh "hehe...udah dua kali lo bilang makasih, sekali lagi lo bilang makasih gue hadiahin piring cantik deh"ujar Lintar bercanda, Nova tertunduk malu. Sedikit heran dengan perasaannya yang tiba-tiba saja menjadi deg-deg-an dan ingin selalu tersenyum
"iya yah..sekali lagi thanks lho"ucap Nova -lagi-
Lintar mengacak-acak rambut Nova, gak tau deh sengaja atau ngga "iya Nova....makasih mulu sih"sahut Lintar gemas
"hehe...habis kamu udah mau dimintain tolong sama Oliv buat nganterin gue, mana tadi gue pake marah-marah ditambah lagi lo nganterin gue sampe hujan-hujanan"
"oke...gak masalah kok, teman yang baik kan harus saling membantu"ucap Lintar lagi, Nova hanya tersenyum
"lho Nov, temennya kok gak disuruh masuk, malah dibiarin ujan-ujanan. Ntar sakit lho"tegur Bunda -mamanya Nova- yang memang sengaja menghampiri Nova
"eh iya Bun, lupa. Yuk Lint masuk"ajak Nova, Lintar tersenyum pada Bunda kemudian menggeleng pelan
"gak usah tante, saya langsung pulang aja udah hampir jam 11 juga"ujar Lintar sopan setelah melirik jam tangannya
Bunda mengangguk dan membalas senyum Lintar "ya udah, makasih yak nak Lintar sudah mau mengantarkan Nova sampai rumah"ucap Bunda sambil mengelus rambut basah Nova
"sama-sama tante, Lintar pamit dulu yah, gue balik Nov"pamit Lintar pada Bunda dan Nova
"hati-hati Lint"ucap Nova, Lintar mengangguk dan kemudian segera menggas motornya meninggalkan kediaman Nova
"ecieee...jadi itu pacar kamu sayang"goda Bunda sambil mencolek kecil hidung Nova
pipi Nova merah, tiba-tiba saja ia tersenyum malu "iihh...apaan sih Bun, kita cuman temen kok"
"pacaran juga gak apa, keliatannya dia anak baik. Bunda jadi naksir nih, setuju deh kalau kamu pacaran sama dia"goda Bunda, lagi
"aahhh..Bunda ih, Nova malu tau"sahut Nova sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Bunda tertawa melihat tingkah malu-malu Nova, jadi inget masa muda...pikir Bunda
0 komentar:
Posting Komentar