-- Memories --
Part 3
'Nggak! Gue nggak
bakalan nerima kalau Rio ngasih coklat ke gue!' ucapku dalam hati, kemudian
kembali meletakkan kalender itu ke tempat asalnya.
"Gue benci
Riooooo!"
Lhoo..???!!
***
Pagi ini matahari bersinar sangat cerah sepertinya, sebab
aku bisa melihat pantulan sinar matahari yang menyilaukan mata menyeruak masuk
kedalam kamarku melalui jendela yang memang sudah terbuka saat itu. Dengan
enggan aku menyambar handuk berwarna pink yang menggantung manis dibalik pintu
kamarku.
Aku telah siap dengan seragam putih biru plus tas selempang
yang seperti biasanya selalu tergantung dipundakku. Dengan kasar ku hembuskan
nafasku.
'Huhhh...semoga dia nggak
ngasih coklat hari ini!' doaku dalam hati.
***
Aku menatap Shilla dengan pandangan bertanya-tanya saat
memasuki kelas. Ku lihat ditangannya ada sebuah kotak besar berukuran persegi
agak tipis yang dilapisi kertas kado. Jangan...jangannnnn...
"Dikasih Cakka,
Shill?" tanyaku setelah menyimpan tas kebawah meja. Shilla tersenyum
malu-malu.
"Loe semua mau, nggak?"
tanya nya kepadaku, Sivia, Zahra dan Angel yang sedang mengelilinginya.
Kami mengangguk.
Sayangnya, ketika Shilla hendak membuka pembungkus kado
bergambar hati tersebut, bel berbunyi sangat keras sehingga dengan tidak rela
kami membubarkan diri secara teratur dan berjalan menuju lapangan untuk upacara.
"Kayaknya, Rio
emang nggak jadi ngasih loe coklat deh Fy.." ucap Sivia agak berbisik
karena saat ini kami sedang mengikuti upacara. Dalam hati aku bersyukur
tapiiii...jujur aku penasaran juga, hal apa yang membuat Rio membatalkan
niatnya? Seperti membaca pikiranku, Sivia menyambung ucapannya.
"Berdasarkan
permintaan loe, gue udah bilang sama Rio jangan kasih loe coklat, kalau ngga
mau dibenci sama loe.. "
Aku mendelik, emang kapan coba aku bilang gitu ke Sivia?
***
Semua berjalan seperti biasa setelah hari valentine itu
berlalu. Aku bisa bernafas lega karna sekarang ejekan-ejekan yang biasanya
sering dilontarkan Cakka itu menghilang. Yahhh..bukan tanpa alasan karna memang
itu semua terjadi karna....
»»
Aku menarik paksa
lengan Angel yang saat itu sedang sibuk mencatat.
Sretttt....
Akibat tarikan itu
terciptalah sebuah garis hitam panjang, yang tentu saja merusak pemandangan
dibuku tulis Angel yang dipenuhi dengan tulisan-tulisan yang tergores rapi.
Angel mendelik kesal kearahku, namun sebelum kemarahannya meledak aku segera
angkat bicara.
"Aduhhh..Ngel, loe kalau mau marah ntar aja deh yah, pokoknya
sekarang loe harus nemenin gue ke toilet titik! Buruan!" paksa ku lagi
sambil menyeretnya menuju toilet, Angel menurut. Hahahaa aku tahu, dia memang
tak pernah bisa menolak setiap keinginanku karena kami sudah terlalu dekat dan
saling memahami satu sama lain. Apa hubungannya? Nggak tau juga sih..
Satu hal yang paling
ku suka dari Angel, meski usianya dibawahku, namun Angel telah menganggapku
seperti adiknya sendiri. Terlanjur sayang, katanya.
Aku membersihkan rok
biru ku yang sedikit berdebu sambil melangkahkan kaki untuk kembali ke kelas.
Disampingku Angel sibuk menceritakan tentang 'penembakan' dadakan Sion yang
juga di iringi dengan 'pemutusan' dadakan oleh Sion. Bayangkan
saudara-saudara...Sion nembak Angel pas malam valentine dan mutusin Angel
-secara sepihak- pada hari valentine dengan satu alasan yang amat sangat bikin
emosi bagi setiap orang yang mendengarnya.
"Osa minta balikan sama dia.." ucap Angel lirih, aku bisa
merasakan kesedihannya. Belum sempat aku menghibur Angel, sebuah suara kembali
terdengar.
"Eh Fy...Rio serius tau suka sama loe!"
Tak perlu melihat
orangnya pun aku sudah bisa menebak kalau itu suara Cakka...
"Tau loe Fy, tega amat sih sama Rio. Masa di diemin mulu.." kali
ini gantian Iyel yang bicara. Mereka berbicara seakan-akan menghakimi ku.
'Huhhh nyadar dong, aku nggak suka sama Rio bisa nggak sih ngertiin aku?!'
Teriak ku, tentu saja dalam hati. Aku mulai melempar tatapan jengah pada
Cakka, Iyel dan beberapa anak laki-laki lainnya yang juga bergabung dengan
mereka. Ketika mataku tertuju pada Rio, aku melihatnya sedikit menunduk.
"Bisa nggak sih gak ngecengin gue mulu? Gue nggak suka sama dia!
Nyebelin banget sih!" ucapku kesal sambil menunjuk Rio. Saat itu ku
lihat Rio semakin menunduk, huhh terserahlah mereka mau menganggap ku jahat
atau apalah, aku tak perduli..... Dengan tampang terlanjur kesal, aku langsung
berjalan lebih cepat meninggalkan Angel yang masih terpaku ditempatnya.
««
Syukurlah, setidaknya tidak akan ada lagi olokan-olokan dari
mereka untukku. Tapi entah mengapa, dibalik rasa syukur itu terbersit rasa
sesal dihatiku...
***
"Kenapa sih Fy,
loe nggak suka sama Rio?" tanya Sivia disuatu kesempatan. Saat itu
kami berlima baru saja selesai mengikuti jam olahraga dan sudah menjadi
kebiasaan bagi kami untuk sekedar nongkrong di beranda kelas kosong yang
terletak dilantai atas.
Aku mengedikkan bahuku acuh. "Nggak tau" jawabku malas.
"Dia jelek?" tanya Sivia -lagi-, aku menggeleng karena
memang bukan itu alasannya.
"Dia rese?" tanya
Zahra yang baru saja menutup bukunya, aku menggeleng lagi. Seingatku selama ini
dia selalu bersikap baik padaku.
"Terus kenapa?"
tanya Zahra dan Sivia bersamaan. Sepertinya mereka gemas melihatku...aku
jadi berpikir, kalau memang bukan karena dia jelek, rese tapi justru sebaliknya, selalu bersikap baik padaku,
kenapa aku membencinya? Masa cuman karna dia naksir aku, aku jadi benci sama
dia?
Aku terus bergelut dengan pikiranku tanpa memperdulikan
Sivia dan Zahra yang terus-terusan menyampaikan rasa kasihan mereka atas sikap
penolakan telak ku pada Rio. Hingga sebuah seruan menghentikan kesibukan kami.
"Wah..wah..wah
Fy, sumpah deh Fy, loe pasti nggak percaya kalau denger kabar dari gue kali ini!"
ujar Shilla menggebu-gebu, disampingnya, Angel juga terlihat sangat
bersemangat untuk menyampaikan kabar itu. Aku memasang tampang sedikit bingung
dengan kening berkerut.
Shilla menghirup nafas sejenak. "Alvin..Fy, Alvin!!" aku sedikit tersentak mendengar nama
itu. Nama seorang pria yang juga ku -ehmm-
benci, meskipun sebelumnya aku sempat terpesona akan prestasinya. Tapi
semua itu lenyap hanya karna sebuah kejadian yang sama persis dengan apa yang
ku alami saat ini dengan Rio.
»»
Pada saat SD aku dan
Alvin memang satu sekolah dan tepatnya semenjak kelas 3 SD kasak kusuk terdengar
kalau Alvin menyukai ku. Bodohnya ia malah menceritakan tentang perasaannya itu
kepada teman-teman se-gank-nya. Mau tau bagaimana reaksinya?
Satu sekolah langsung
heboh mengolok-olok ku dengan Alvin.
"Cieee...Alvin suka sama Ify nih yeee~" goda seorang
pria, yang bisa dibilang ketua gank cowo dikelasku saat itu, Riko.
"Apaan sih kalian.." ucap Alvin kesal, lantas ia
melangkahkan kakinya keluar kelas. Bertepatan ketika ia melewatiku, ia
memberikan tatapan sinisnya untukku seakan-akan aku lah penyebab semua kejadian
ini.
Aku menelan ludah. 'Heiii! yang bikin pengakuan kan kamu?
Kenapa malah kaya nyalahin aku gitu sih?!' protesku, tentu saja dalam hati.
Dan semenjak saat
itu, aku membenci Alvin, aku membenci Riko dan teman-teman satu gank nya.
Setiap kali mereka mengejekku, aku tak segan-segan membentak atau memarahi
mereka. Hingga akhirnya aku memilih untuk mendiamkan setiap olokan mereka dan
mencoba sibuk dengan duniaku sendiri.
««
"Emang Alvin
kenapa?" tanyaku setelah puas berpetualang dengan masa lalu ku.
"Dia..pindah ke
sekolah kita dan mulai besok dia bakalan masuk--"
Aku memotong penjelasan Shilla karna penasaran. "Masuk kelas kita?" tanyaku
cemas, Shilla diam sebentar kemudian ia saling tatap dengan Angel. "Kok pada diem?" tanyaku lagi.
"Karena kita nggak
tau dia bakalan masuk kelas mana Fy...ehehee." jawab Angel
cengengesan, ia menggaruk-garuk leher belakangnya.
Aku melongo saat itu. "Hahhh..kirain
dia mau masuk kelas ini."
Seketika Angel, Shilla dan Zahra menggodaku setelah
mendengar ucapanku barusan, hanya Sivia yang memasang tampang bingung.
"Ecieee...ngarep
nih yee Alvin masuk sini~"
aku hanya diam. 'Ya
Tuhan....semoga dia nggak sekelas sama gue, dan anak-anak udah lupa sama cerita
SD itu.' harapku dalam hati.
Terlalu muluk memang, karena mustahil rasanya jika mereka -beberapa teman SD ku yang satu kelas
denganku- melupakan kebiasaan -mengolok
ku- yang sudah rutin meraka lakukan 3 tahun yang lalu. Dan sekarang, belum
ada satu tahun Alvin menghilang dari kehidupanku ia kembali lagi kehadapanku.
"Emang Alvin
siapa sih?" tanya Sivia pada siapa saja yang mau menjawab. Pasalnya
Sivia memang bukan alumni SD ku dulu, jadi tentu saja ia tak mengetahui prihal
Alvin. Ku biarkan yang lain menjawab, aku sudah malas membahas cerita lalu itu.
"Jadi Alvin
itu..."
Bla..bla..
Begitulah, Zahra yang tadinya sibuk dengan ponselnya mulai
menceritakan prihal siapa Alvin itu.
***
Aku tengah duduk sendiri di bangku ku sambil mencoret-coret
buku tulisku dengan kasar. Saat ini guru-guru sedang rapat jadi pada jam ini
pembelajaran dikosongkan. Shilla mengajak Angel ke kelas VIIc untuk menghampiri
gebetannya. Sivia dan Zahra sedang ke toilet dan hanya aku yang menetap dikelas
bersama murid-murid lainnya.
Aku melihat seseorang telah duduk di bangku depan. Arah
duduknya diputar menghadapku, huhhh kirain siapa ternyata.
Aku menghentikan aktifitas mencoretku dan menatap aneh ke
arahnya. "Ngapain loe Lint, duduk
disitu?" tanyaku, Lintar tersenyum nakal. Oh God...jangan bilang
Lintar udah tau soal Alvin. Lintar juga salah satu alumni SD ku, sudah bisa
menebakkan kalau dia juga tau tentang sejarah "Ify-Alvin"...
To be continue
- - - - -
Ekhem..kayaknya part 3 ini udah cukup panjang deh
yahh..panjang banget malah kayaknya..semoga nggak bosen deh yaa..eheheee
Ada yang mau berkomentar? Silahkan aja yaaa..
Thanks for reading, likenya juga, komentnya apalagiii..
Seeyaa..
Nia 'nistev' stevania_
•••
0 komentar:
Posting Komentar