-- Memories --
Part 2
Ku lihat Sivia sepertinya gelisah, apa dia juga masih
menyukai Riko?
Se-ingatku, dulu Sivia memang sempat menyukai Riko dan Iyel.
Dan mereka berdua pun juga memiliki rasa yang sama terhadap Sivia, maklum Sivia
adalah salah satu 'bunga desa' disekolahku.
Apa tadi? Bunga desa? Ahaahahhaaa..tapi yang berani bertindak lebih jauh hanya
Iyel sedangkan Riko, ia memilih mundur karena...
»»
Aku menatap tajam
kearah Riko. "Loe nggak bisa bohong
sama gue, loe suka kan, sama Sivia!" tebakku penuh keyakinan.
Sebenarnya aku tidak
begitu dekat dengan Riko meskipun kami dulunya berasal dari SD yang sama. Tapi
semenjak berseragam putih biru, kami menjadi akrab bisa dibilang bersahabat.
"Sok tau loe!" sanggahnya, nada bicaranya santai. Tapi
aku tahu itu hanya alibi, karena meskipun baru akrab aku sudah tahu bagaiman
sikap Riko yang terkenal sok cuek, nggak perduli dan slenge'an padahal sikap
aslinya sangat baik. Hanya saja semenjak perceraian kedua orang tuanya, ia
berubah...
Aku menatap Riko
semakin dalam. "Jujur deh, percuma
loe bo'ong sama gue." desak ku lagi, Riko menghembuskan nafasnya
dengan kasar. Wahhh..jangan-jangan dia mau ngamuk...
"Yahh..tebakan loe bener.." ujarnya pelan tapi aku cukup
mampu mendengarnya.
Aku menarik bangku
disampingnya dan memutar duduk menghadap Riko. "Terus kenapa loe diem aja ngeliat Iyel ngedeketin dia?" tanyaku
agak kesal.
Bukan karna aku
marah. Tapi karna aku sayang sama dia, eitttt...sayang disini adalah sayang
sebagai sahabat, karena seperti yang ku bilang kami dekat semenjak SMP. Apalagi
saat ia memasuki kelas VII4 yang notabene nya adalah kelas unggulan, ia
terpisah dengan gank usilnya semasa SD dulu. Dan dikelas ini jumlah murid
laki-laki bisa dihitung dengan jari, hanya 8 orang sisanya...perempuan.
"Karena gue kasian sama Iyel, lagian Iyel lebih dulu suka sama
Sivia jadi--"
Aku memotong ucapan
Riko. "Jadi lebih baik loe mundur,
gitu?" ku lihat Riko mengangguk kecil. Aku tak bisa berbuat apa-apa,
karena ini masalah hati.
Aku menepuk pelan
pundak Riko. "Semoga itu yang
terbaik, kalau jodoh nggak kemana kok." ucapku berusaha membesarkan
hati Riko.
Riko tersenyum kecil.
"Thanks Fy." ucapnya, aku
hanya mengangguk.
««
Aku melirik kearah Riko sambil tersenyum nakal, ku lihat ia
sedikit salting...ahahaa
Sivia tersenyum tipis. "Baik
kok!" jawabnya singkat.
"Udah jelas kita
berdiri disini, pake nanyain kabar segala...ckckk!" tambahku sambil
melirik kesal ke arah Cakka, kesal karena aku teringat saat-saat menyebalkan
yang sering terjadi kepadaku karena Cakka. Iyel terkekeh mendengar cibiranku,
aku sedikit mengalihkan pandanganku menghadapnya, ia tersenyum...senyuman itu
seperti memiliki sebuah arti. Apa benar kalau Iyel pernah suka sama aku seperti
kata Angel?
Aku buru-buru mengalihkan pandanganku ketika menyadari
tatapan Iyel yang mulai menajam ke arahku. Aku berusaha mencari-cari alasan
untuk melenyapkan diri dari keramaian saat ini.
"Eh gue jalan
bentar yah.." pamitku pada ke 4 sahabatku, bukan kepada 3 pria
didepanku.
"Mau kemana?"
tanya Zahra, aku berfikir sebentar.
"Emm..kemana aja
boleh.." jawabku asal.
"mau ditemenin?"
tawar Angel, aku menggeleng pelan.
"Nggak usah, gue
sendiri aja." tolakku halus.
"Ntar diculik lho.."
celetuk Cakka, aku hanya menjulurkan lidahku, tak perduli.
***
Aku sudah terasing dari keramaian pesta reuni itu. Dengan
pelan aku melangkahkan kaki ku menyusuri koridor-koridor kelas, menjauh dari
gedung aula. Entah mengapa, aku justru membelokkan kakiku kearah kanan,
melewati ruangan dengan plang bertuliskan lab IPA kemudian lab Matematika.
Aku mulai memasuki daerah gedung terasing dibelakang gedung
sekolahku. Gedung terpisah itu dulunya adalah gedung yang dipakai untuk
menampung seluruh siswa-siswi kelas VII yang jumlahnya 144. Gedung tersebut
memliki 4 kelas dilantai 1 dan 3 kelas dilantai atas. Namun hanya kelas-kelas
dilantai 1 saja yang digunakan, karna masing-masing kelas diisi 36 siswa,
jadi...kelas-kelas dilantai 1 sudah cukup untuk menampung seluruh siswa/i kelas
VII.
Aku menghentikan langkahku dihadapan sebuah tangga yang
menghubungkan lantai 1 dan lantai 2 gedung kelas ini. Letaknya persis disebelah
kelas VII4, kelasku dulu. Aku meliriknya sekilas dan kemudian melempar pandang
ke arah kelas yang terdapat didepan kelas VII3, kelas VII1. Seketika ingatanku
berputar kemasa-masa itu, masa-masa menyebalkan yang baru kusadari keindahannya
saat aku mulai mengerti rasanya jatuh cinta...
-----
Pertengahan 2006-2007
"Apaan sih! Norak
banget, pokoknya gue nggak mau!" tolakku tegas, Shilla menatapku
heran. Saat ini kami sedang duduk santai ditangga samping kelasku, kebetulan
jam pelajaran matematika hari ini sedang kosong.
"Aduhhh...loe
aneh banget deh Fy, masa dikasih coklat nggak mau?" ujarnya, aku hanya
melengos.
Yahhh...mungkin ini terdengar aneh tapi begitulah
kenyataannya. Aku memang akan menolak coklat pemberian pria itu jika ia masih
nekat ingin memberikannya padaku.
"Tau ah, yang
jelas loe bilangin ke dia jangan kasih gue coklat titik!" ucapku lagi,
Shilla berdecak kesal.
"Iya deh..iya,
tapi kalau dia tetep nekat mau ngasih loe coklat?" ujarnya lagi.
Huhhh aku mendengus kesal, apa sih maksudnya Shilla ngomong
begitu? Sudah tau aku sangat membenci pria itu, karena gara-gara dia gosip itu
berkembang..
»»
"Fy...Rio suka sama loe.." ujar Cakka, salah satu teman
dekat Rio, blak-blakan. Tepat pada saat aku melewati mereka yang sedang
nongkrong ditangga samping kelasku. Awalnya aku mengira hanya bercanda, tapi
makin kesini kurasa itu semua memang benar.
Bukannya GR, tapi
semua itu memang terbukti dengan sikap malu-malu atau salah tingkah Rio yang
sering ku lihat ketika aku berjalan dihadapannya.
Aku masih bersikap
santai saat itu, karena memang aku tak menyukai Rio. Lagipula yang tahu tentang
hal ini hanya aku dan teman-teman Rio saja. Namun suatu ketika aku benar-benar
tidak bisa diam saja mendengar celotehan Cakka yang selalu sama "Ify...Rio suka sama loe!",
karena hal itu sudah menyebar keseluruh kelas satu.
"Eciieee...Ify, disukain sama Rio lho.." Shilla
menggodaku yang baru saja memasuki kelas, sontak semua teman sekelas menggodaku
dengan sorakan-sorakan yang membuatku marah, namun ku tahan.
Aku mendengus kesal
kalau saja Cakka tak mengucapkan itu tadi -saat aku dan Shilla melintas
didepannya-, pasti aku masih aman-aman saja saat ini.
««
Pukk..Shilla menepuk halus pundakku. "Hei..kok ngelamun? Jadi gimana?" tanyanya.
Aku menggeleng. "Kalau
dia tetep ngasih, ntar tu coklat bakalan langsung gue balikin tepat didepan
muka dia!" ujarku menggebu-gebu, lalu berlalu meninggalkan Shilla yang
geleng-geleng kepala mendengar ucapanku.
***
"Gue denger dari
Cakka, lusa Rio bakalan ngasih loe coklat lho...ecieee~"
Ucapan Shilla saat disekolah tadi kembali terngiang ditelingaku.
Apa-apaan tuh, siapa coba yang mau dikasih coklat sama dia. Aku beranjak dari
sofa menuju kalender yang berada diatas meja samping telpon. Tanganku menyisir
satu persatu angka ditanggalan pada bulan februari itu. Heee..pantas saja lusa
tepatnya hari senin adalah tanggal 14 itu artinya hari senin itu adalah hari
valentine. Aku bergidik membayangkan seorang Rio memberikan coklat valentine
padaku.
'Nggak! Gue nggak
bakalan nerima kalau Rio ngasih coklat ke gue!' ucapku dalam hati, kemudian
kembali meletakkan kalender itu ke tempat asalnya.
"Gue benci
Riooooo!"
Lhoo..???!!
To be continue
- - - - -
Hai..apa ini masih terlalu pendek? *lirik Linda
Kalau iya, diusahain part 3nya lebih dari yang ini
deehh..mudahan bisa yah._. I hope it..
Sebelum dan sesudahanya, makasihhh buat yang koment
(termasuk di part 1 kemaren), ngelike (kalau ada._.), dan yang baca dong
pastinya..
Seeyaaa..
Nia 'nistev' stevania_
•••
0 komentar:
Posting Komentar