=====
Part 25
...
Seminggu telah berlalu. Masa-masa menegangkan dimana para
siswa/i -kelas 3- Harapan Bangsa
harus berperang dengan banyaknya soal yang tentu saja sangat menentukan masa
depan mereka selanjutnya, telah mereka lewati. Beruntung saat-saat itu bisa
dilalui Ify, Agni, Rio dan Cakka dengan -lumayan-
lancar. Ya meskipun tidak 100% yakin kalau jawaban mereka benar seluruhnya,
tapi setidaknya mereka cukup percaya diri kalau perjuangan mereka kemarin akan
mengantarkan mereka pada gerbang kelulusan.
Kini semua perasaan takut yang menyelimuti mereka lenyap lah
sudah. Berganti dengan rasa tidak sabar, akan hasil yang mereka peroleh.
Kalau rata-rata anak kelas 3 yang baru saja bisa mengikuti
ujian bisa bersantai ria, hal berbeda justru harus dihadapi Rio, Ify dan
beberapa panitia Pensi lainnya. Mereka mulai disibukkan dengan rapat
perampungan rencana, untuk kembali membahas apa yang pernah mereka diskusikan
sebelum ujian.
Seperti siang ini, disaat Cakka dan Agni asyik berkencan
dengan bola basket mereka, Rio, Ify beserta panitia pensi lainnya -termasuk
Riko dan Shilla- harus berkumpul di ruang OSIS dengan setengah hati. Gimana
nggak setengah hati? Teman-teman yang lain diberi kebebasan untuk melakukan apa
saja, dengan catatan tidak mengganggu adik kelas yang sedang belajar. Tapi
mereka, justru harus kembali membahas pensi, pensi dan pensi. Membosankan...
"Okay, jadi
mungkin emang lebih baik kalau pensinya digabungin aja sama acara perpisahan,
prom night dan segala macemnya itu deh." ujar Rio mengambil keputusan,
selaku ketua pensi.
"Tapi gimana
ngadaiinnya? Dijadiin dalam satu hari semua? Pensi, perpisahan, prom night,
belum lagi class meeting kan nggak akan bisa selese dalam satu hari, Yo?" tanya
Zevana -salah satu anggota panitia
pensi- panjang lebar. Maklum, gadis
manis bertubuh tinggi tersebut memang terkenal cerewet dan selalu bertanya
dengan panjang lebar. Kalau menurut dia sih,
"gue bukan cerewet, tapi kritis!" dan kritis itu pertanda
pintar..
"Ya nggak mesti
dijadiin satu hari lah, Va.. Gila aja kalau kayak gitu, tepar lah kita
semua." celetuk Riko diangguki teman-teman yang lainnya.
Zevana mengangguk kecil, "So?"
"Emm gini, biar
pensi, acara perpisahan sama prom night kita selesein dalam satu hari. Terus
class meeting nya kita adain 3 hari sebelum acara 'akbar' -pensi, perpisahan, dan prom night- dilaksanain."
jelas Rio "jadi gini, ntar di hari
akbar itu siangnya kita adain pertunjukan seni yang emang udah ada didaftar,
terus prom night ama perpisahan kita laksanain pas malam."
"Seharian,
Yo?" tanya Ify kaget. Pasti sangat melelahkan, pikirnya. Rio
mengangguk, mengiyakan. "capek
dong?" tanya Ify setengah mengeluh.
"Iya, Yo. Apa itu
nggak terlalu memforsir stamina kita? Gila aja, seharian kita ngurusin acara
kayak gitu, pasti capek banget deh," tambah Shilla.
"Yang
ada ntar bukannya have fun karena acaranya, kita malah tepar gara-gara
kecapean.." ujar
Riko.
Rio mendengus,
"gini yah, guys.. Kita kerja, kan bareng-bareng, pasti semuanya jadi lebih
ringan. Lagian, konsepnya kan sama..jadi, soal tata panggung dan dekorasi
lainnya nggak ada yang perlu dirubah."
"Lah, tapi kan
pas pensi banyak wali murid yang hadir, Yo, otomatis kita nyediain kursi
kan?" seloroh Rizky, Rio mengangguk "nah masa iya, pas malam perpisahan sama promnya tu kursi dibiarin
disitu-situ aja? Kan jadi nggak enak?"
Semua diam. Memang benar yang dikatakan Rizky. Acara pensi,
perpisahan, dan prom night memang satu konsep tapi tetap saja akan berbeda.
Karena acara pensi akan dihadiri para wali murid -yang sudah tentu membutuhkan banyak kursi untuk para undangan-, sedangkan perpisahan dan prom -semestinya prom hanya dihadiri para murid
dan beberapa guru yang menjaga- hanya akan dihadiri para guru dan
murid-murid. Yang mungkin perlu menyediakan kursi secukupnya saja.
"Gini deh, gimana
kalau acara pensi kita adain dilapangan tengah aja, nah acara perpisahan sama
promnya di aula sekolah?" ujar Ify memberi usul.
Zevana mengeluh tak setuju, "kita mesti nyiapin dua tempat dong, Fy.. Nggak ah, kan
ribet."
"Nggak akan
ribet. Kan yang diperluin buat pensi cuman panggung sama beberapa sound system
beserta kelengkapan alat manggung eh sama kursi tamu juga deh, sedangkan acara
malamnya kita cuman merluin panggung kecil sama ngedekor ruangannya
dikit," jelas Ify "nah,
kita kan juga bisa minta bantuan temen-temen. Pasti mereka mau kok, demi
kelancaran acara bersama ini."
Semua mengangguk pelan, cukup setuju dengan pendapat Ify.
Mau tak mau, Zevana pun ikut mengangguk.
"Iya deh," ujarnya.
Rio menghela nafas lega, "hufftt..oke
setuju semuanya?" tanya Rio, semua kembali mengangguk. "Sipp, kalau gitu ntar kita tinggal
mulai kerja. Soal class meeting, tenang aja. Gue udah minta bantuan anak-anak
OSIS bidang olahraga buat ikut andil kok, jadi tugas kita-kita paling cuman
jadi juri."
"Beneran,
Yo?" tanya Zevana semangat.
Rio tersenyum,
"ya gitu sih rencananya. Soalnya gue kasian sama lo semua, kita berenam
disuruh ngehandle proyek segini besarnya. Mana bisa lah.."
"Kalau soal acara
'akbar' nya? Kita berenam doang atau
dibantu yang lain juga nih?" Shilla bertanya.
Rio menggeleng,
"seperti kata Ify, biar nggak ribet, kita minta bantuan temen-temen kelas
3."
Semua tersenyum lega, rapat terakhir benar-benar selesai.
Dan selanjutnya, mereka hanya perlu menjaga stamina agar tidak kelelahan
melewati minggu berikutnya yang akan menyita banyak waktu mereka.
"Oke guys, rapat
selesai. Kalian boleh pulang."
Zevana dan Rizky yang memang berencana pulaang bareng segera
berlalu meninggalkan ruangan tersebut. Menyisakan Rio, Ify, Shilla dan Riko
yang masih sibuk merapikan peralatan tulis mereka.
"Shill, ntar
pulang bareng aku nggak?" tanya Riko ditengah-tengah keheningan mereka
berempat. Shilla yang sedang menutup pulpennya menatap Riko dan mengangguk
sekilas.
"Iya dong,"
Rio dan Ify yang sempat tersentak mendengar pertanyaan
bernada ajakan yang dilontarkan Riko kepada Shilla, kembali terkejut saat
melihat anggukan gadis cantik tersebut.
Dengan perlahan, Ify sedikit mendekatkan tubuhnya pada Rio.
Dan memposisikan bibirnya tepat disamping telinga Rio, "Sstt..ssttt, Yo? Sesuatu nggak? Mereka mau pulang bareng." bisik
Ify pelan, tepat disebelah kuping kanan Rio.
Rio merasakan hembusan nafas Ify yang menyentuh kulit pipinya. Bulu kuduknya berdiri,
mendadak tubuhnya terasa kaku ditempat. Apalagi, nafas Ify juga -pastinya- menerjang daun telinga Rio
yang cukup sensitif. Rio meringis dalam hati, kenapa tiba-tiba gugup seperti
ini?
"Yo? Yo?"
bisik Ify agak keras. Rio yang terpaku mengerjapkan kedua matanya dan memutar
kepalanya hingga tepat berhadapan dengan paras cantik Ify. Rio menelan ludah,
jarak yang teramat dekat.
"Ekhemm..
Ekhemmm.." Shilla berdehem keras, sambil mengelus-elus lehernya.
"Aduh aduhh, kamu
kenapa Shill? Batuk yah? Kok batuk sih?" tanya Riko seolah-olah panik,
kedua matanya memicing menggoda kearah Rio dan Ify yang kompak menunduk.
Dengan senyum jahilnya, Shilla beranjak mendekati Rio dan
Ify.
"Hayooo!! Ngapain
tadi liat-liatan? Hahhh? Langsung salting lagi, ahahaa." godanya
setengah tertawa.
Riko ikut mendekati Rio dan Ify, kemudian berdiri disamping
Shilla dan merangkul santai pundak kekasihnya tersebut.
"Mana pake
bisik-bisikan segala lagi, ayo ngomongin apa coba?" tambah Riko
menggoda. Ia dan Shilla sama-sama terkikik melihat rona malu-malu yang
menyembul dari balik pipi putih Ify. Sedangkan Rio, buru-buru menutupkan
pulpennya dan bersiap pergi.
"Lo berdua kali,
apaan coba mau pulang bareng segala? Pake rangkul-rangkulan lagi,"
balas Rio menutupi kegugupannya.
"Elo
cemburu?" tanya Shilla santai, ia sedikit melirik ke arah Ify.
Bermaksud untuk kembali menggoda 'teman
baru' nya tersebut.
"Tau, nih..
Cemburu yah?" tanya Riko ikut menggoda.
Ify hanya melengos sebal, kemudian meraih handphonenya dan
memasukkannya kedalam saku seragam sekolahnya. Mukanya terlihat kesal.
"Ap..apaan sih,
nggak!" bantah Rio cepat "gue
kan cuman nanya, ya kan, Fy?" tanya Rio pada Ify -setelah sebelumnya menyikut refleks lengan Ify- meminta
persetujuan. Ify mengangguk acuh.
Shilla dan Riko sama-sama menahan tawa melihat perubahan
raut wajah Ify.
"Jangan takut,
Fy. Kita udah jadian kok, ahahaa." ucap Riko menggoda, Ify membesarkan
kedua matanya tanpa sengaja "kita
duluan yah, bye!" pamit Riko seraya membimbing Shilla untuk melangkah
bersamanya.
"Duluan, Yo..
Fy!" pamit Shilla "Lebih
baik cepet-cepet jadian deh!" serunya dari jauh.
Mendengar seruan yang lebih bersifat sebuah saran -suruhan-, sontak membuat Rio dan Ify
bertukar pandang, detik berikutnya mereka sama-sama tertawa kecil dengan
canggung.
"Eh emm, Yo..
Gue..gue duluan yah, bye!" pamit Ify, yang segera berlari meninggalkan
Rio seorang diri.
Rio mendesah. Kapan keberanian itu muncul? Kapan hatinya
benar-benar siap menyatakan perasaan terpendam yang kian hari semakin nyata?
"Huhhh.. Rio..
Rio.. Cuman nembak Ify aja, gak bisa-bisa," keluhnya pada diri
sendiri.
.. .. ..
Suasana kantin siang ini cukup sepi. Mayoritas pengunjungnya
adalah siswa/i kelas 1 dan 2, hanya ada segelintir siswa/i kelas 3 yang mengisi
bangku kantin saat ini, tidak banyak. Maklum, rata-rata anak kelas 3
menghabiskan waktu di kantin saat jam bebas -yang hanya diberikan kepada murid kelas 3-, yang sama dengan
artinya jam belajar bagi murid-murid kelas 1 dan 2.
Tukk.. Ray dan Lintar sama-sama meletakkan sebuah baki
berisi 2 porsi makanan dan 2 gelas minuman -yang
masing-masing mengisi baki mereka-, di meja tempat Oliv dan Nova menunggu
mereka. Kedua gadis yang tadinya asyik mengobrol lantas menyuguhkan seulas
senyum penuh terima kasih kepada kekasih mereka tersebut.
"Makasih!!!"
seru Oliv dan Nova bersamaan. Keduanya segera meraih pesanan mereka dan bersiap
untuk menyantapnya.
Lintar berdecak kecil,
"ckckckk, kalian kelaperan pake banget yah? Segitunya nyambut tu
makanan." ujarnya, seraya menghempaskan tubuh kurusnya disamping Ray.
"Tau nih,"
tambah Ray.
Yang ditanya hanya menyeringai lebar sambil tetap
melanjutkan suap demi suap makanan mereka.
Glekk.. Oliv meneguk minumannya dengan buru-buru ketika
teringat sesuatu tentang Ray. Mumpung inget, ntar kalau lupa nggak bakalan
ketanya-tanya deh, pikirnya.
"Eumm,
Ray.."
Ray langsung menghentikan makannya, dan menatap Oliv, "ya?"
"Festival yang
pengen kamu ikutin itu gimana?"
"Ohh itu,
ya--"
"Elo ikut
festival, Ray?"
"Festival
apaan?" tanya Nova dan Lintar nyaris bersamaan, memotong jawaban Ray.
"Emang lo berdua
belum tau?" tanya Oliv, Nova dan Lintar kompak menggeleng "jadi, Ray rencananya mau ikutan
festival drum yang diadain sama salah satu universitas swasta gitu."
sambungnya.
Lintar membulatkan mulutnya, setelah menelan habis sesendok
nasi goreng miliknya. Sedangkan Nova mengangguk paham.
"Kirain festival
yang pawai itu," celetuk Nova polos.
"Enak aja, lo
pikir gue anak TK apa?!" sungut Ray tak terima, Oliv terkikik pelan.
"Ya secara
status, elo emang bukan anak TK Ray, tapi secara postur tubuh..." Lintar
berdiri, memasang gaya seolah-olah tengah meneliti penampilan Ray dari atas ke
bawah. "Lo TK banget." sambungnya
santai.
Tuinggg..dengan pelan sendok ditangan Ray mendarat di
tempurung kepala Lintar. Membuat lelaki hitam manis tersebut meringis kecil
sambil memegangi kepalanya.
"Hehh, tolong
yah, sesama pendek jangan saling hina!"
"Ahahaa,
udah-udah," lerai Oliv "jadi,
festivalnya kapan?"
"Seminggu lagi,
nonton yah.." pinta Ray, dengan memasang tampang imutnya.
"Pasti
dong!" seru Nova dan Lintar kompak.
"Idihh, siapa
yang minta lo berdua, gue minta ke Oliv yah."
"Biarin!" cibir
Nova dan Lintar, yang lagi-lagi bersamaan.
.. .. ..
Sehari setelah Rio dan kawan-kawan melakukan rapat, mereka
mulai segera beraksi menjalankan tugas.
2 hari setelahnya, lapangan siap, peralatan lomba -nomer urut peserta, net untuk voli, dan
lain sebagainya-, serta meja dewan juri juga telah siap. Setelah memastikan
semuanya aman, Rio pun berjalan menghampiri Ify yang sedang sibuk membagikan
minuman kaleng dingin kepada teman-temannya.
“Waduh, tinggal satu,“
Ify memandangi sekaleng minuman dingin ditangannya dengan bingung. Minuman
tinggal satu, tapi selain dirinya sendiri, masih ada satu orang lagi yang belum
mendapatkan jatah minum.
“Fy, minuman gue mana?“
tanya Rio setelah sebelumnya menyempatkan diri untuk mendaratkan sebuah tepukan
ringan dibahu Ify.
Gadis yang sebelumnya asyik menatap bingung pada minuman
kaleng ditangannya, lantas mendelik kesal dengan kening berkerut.
“Apaan, sih?!“
tanyanya ketus.
Rio menelan ludah, "yaelah,
galak amat neng. Jatah minum gue mana? Haus nih..“ pintanya dengan tangan
menengadah.
Ify berdecak kesal, dan buru-buru menyodorkan minuman
ditangannya. “Nih..“
“Nggak ikhlas amat,“
Rio mencibir. Setelah itu ia langsung membuka kaleng minuman, dan menenggak
isinya. "Elo nggak minum?" tanya
nya.
Ify menggeleng, “nggak haus..“
“Iya?“
Ify mengangguk dan menggumam pelan. “Hem...“
Dalam hati Ify membathin jengkel. Hawa panas, dari tadi
kerja, dan belum minum. Ditanya minum apa nggak, dan dijawab "nggak haus" Rio malah
percaya. Nggak peka amat, mana ada sih, orang yang tahan kerja dalam waktu lama
tanpa minum.
Rio memperhatikan sekeliling Ify, lebih tepatnya disekitar
kanan dan kiri Ify. Tak sebuah pun ditemukannya kaleng atau botol minuman.
Dengan heran Rio membathin, masa' iya Ify nggak haus? Secara daritadi dia sibuk
kerja dan menurut se-penglihatannya sih, Ify belum minum seteguk pun.
“Nih..“
Rio menyodorkan minuman miliknya kepada Ify. "Ambil..“ suruhnya, saat tak
mendapat respon dari Ify.
“Apaan?“
Rio menarik tangan Ify dan memindah tangankan minumannuya
kepada Ify.
“Nggak usah belagak nggak
haus deh,“
“Lo nyuruh gue minum bekas
punya lo, gitu?“ tanya Ify -agak- nyolot. Yang bener aja, masa
bekas?
“Iyalah, kenapa emangnya?“
“Masa' bekas?“
Rio melayangkan sebuah toyoran pada kepala Ify. “Yee..lo
pikir gue penyakitan? Udah minum, bentar lagi mendung. Lo nggak mau gue anter
pulang?“
“Eh iya, iya..“
Dengan ragu Ify menenggak minuman -bekas- Rio tersebut, tanpa sisa. Sedangkan Rio hanya menatap Ify
dengan mata melotot. Karena, minuman tersebut baru diminum olehnya sedikit dan
sekarang....habis tanpa sisa.
“Nih,“ Ify meletakkan kaleng
kosong ditangannya dalam genggaman Rio. Rio masih menatap 'shock' ke arah Ify. "Ayo,
pulang!" sambung Ify mengajak, dengan semangat. Rio? Dia
hanya menurut pasrah sambil mengguncang-guncang kaleng minuman ditangannya.
Benar-benar kosong...
Ditempat lain...
Seorang gadis cantik, berambut panjang terlihat fokus
menatap ke satu titik. Titik dimana 'pangeran'
hatinya sedang sibuk memasang net voli dengan temannya yang lain.
Dari jauh, 'pangeran'
nya tersenyum. Kemudian, setelah memastikan kerjaannya selesai, ia melangkah
menghampiri gadis yang masih setia menunggunya.
“Sorry yah, Shill..lama..“
Shilla menggeleng tak masalah. “Nggak papa, kok.“
ujarnya, sambil
menyeka keringat yang mengalir di kening Riko.
Riko tersenyum manis, ia mengulurkan tangan manisnya yang
segera disambut oleh Shilla. Keduanya pun berjalan beriringan dengan tangan
saling mengenggam.
“Jadi...hari ini mau
ditemenin kemana?“ tanya Riko.
Shilla menggeleng, “nggak ada rencana, lagian
aku capek banget. Jalan-jalannya setelah event sekolah selesai aja yah..“
“Setuju!“
Dan keduanya pun terus melangkah, saling menggenggam tangan
dengan erat, seerat keduanya menggenggam cinta mereka. Dalam diam, tanpa
berucap. Namun saling menebar senyum ceria.
.. .. ..
Suara berisik yang teramat mengganggu membuat Agni semakin
memijat kepalanya dengan kuat. Rasa sakit dikepalanya semakin bertambah ketika
mendengar suara gedebak gedebuk hasil dari perbuatan Ray. Siapa lagi pelakunya
kalau bukan dia? Apalagi dalam waktu dekat, sepupunya tersebut akan mengikuti
festival drum yang memang sejak dulu sangat ingin diikutinya.
"Raynald!!!
Berisik! Bisa diem nggak sih, lo?!" teriak Agni dari kamarnya.
Beberapa menit kemudian, kepala berambut gondrong telah
menyembul dari balik pintu kamar Agni yang tak terkunci.
"Ehehe..sorry
kak." Ray mengacungkan kedua jari telunjuk dan tengahnya. "Maklumin dong, kan bentar lagi gue
performe, butuh latihan ekstra keras biar gue bisa menang ntar..."
Agni berdecak kesal. Bukan tak ingin memaklumi, tapi rasa
sakit di kepalanya membuat ia susah untuk di ajak berkompromi.
"Gue lagi migran,
gondrong..." ucap Agni gemas.
"Yah, kak..minum
obat lah~"
"Obatnya
abis!"
"Beli.."
Agni melengos,
"ogah elo aja sono, gue lagi sakit disuruh pergi."
Ray mendengus sebal sambil sedikit menghentakkan kakinya. "Ya udah, diem lo disitu!"
Agni melongok mendengar ucapan Ray. Itu anak maksudnya apaan
deh? Mau ngebeliin obat buat dia, atau apasih?
Tak ingin ambil pusing, setelah sebelumnya menghembuskan
nafas lega, Agni kembali membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur dan mulai
memejamkan kedua matanya.
.. .. ..
Tapi aku malu~
Ku malu-malu tapi mau~
Sungguh-sungguh aku malu~
Merona merah pipi ku~
Ify senyum-senyum sendiri saat mendengar lagu 'malu-malu tapi mau' yang dibawa kan
oleh Echa Mamamia tersebut. Sekilas
terlintas wajah Rio yang tengah tersenyum manis kepadanya. Harus ia akui,
semakin hari perasaannya pada Rio semakin besar. Dan dalam hati kecilnya, ia
sangat berharap Rio pun memiliki rasa yang sama kepada nya. Tingkah Rio memang
sudah menunjuk kan kalau pria tersebut 'any
feeling' pada Ify. Tapi tetap saja, kalau tidak ada pengakuan, semua
tingkah laku Rio -yang menunjuk kan kalau
dia menyukai Ify- hanya akan menjadi tanda tanya besar dalam benak gadis
tersebut.
"Hahh..ribet
emang, masa gue naksir sama cowok model Rio, sih? Orangnya songong, nggak
peka..hufttt."
Ify bergumam sendiri sambil mengetuk-ngetukkan jari
telunjuknya di atas meja. Ia masih asyik menikmati lagu yang mengalun dari mp3
nya, lagu 'malu-malu tapi mau' itu.
Tapi aku malu~
Ku malu-malu tapi mau~
Tuhan tolong lah diriku~
Buat lah dia jatuh cinta padaku..itu pintaku~
"Aminnn..."
Tanpa sadar,
Ify malah mengamini lirik terakhir dalam lagu tersebut.
"Apanya yang amin?" tanya Oliv, yang tanpa permisi
langsung masuk ke dalam kamar Ify.
"Ya ampun, Oliv! Ketuk dulu kek
sebelum masuk, bikin kaget aja."
Oliv
melengos, "salah lo sendiri,
kak..kamar lo kan nggak di kunci, nggak di tutup juga lagi."
Ify
mendengus tak perduli.
Oliv
melangkah perlahan mendekati Ify, kemudian gadis itu menjatuhkan dirinya di atas
tempat tidur Ify. "Kak?"
"Hemm.."
"Elo sama kak
Rio...udah jadian, belum?"
Ify mematikan mp3 nya dan berbalik menatap Oliv. "Belum."
Oliv bangun dengan segera, "belum? Berarti lo ngarep dong, bisa jadian ama dia?
Hayyooo.." goda Oliv.
Ify yang sebelumnya menjawab pertanyaan Oliv dengan asal dan
sedikit tidak fokus langsung membelalakan kedua matanya.
"Hahh?! Emang gue
tadi bilang apa?"
Oliv berdiri dan tersenyum samar. "Emmm..bilang apa yah? Pikir sendiri deh." jawab Oliv,
dan segera meninggalkan Ify.
"Oh No! Gue tadi
bilang apa sama Oliv?!!!"
-----
Well...ini cerbung bener-bener-bener ngaret! Udah berapa
bulan, yah? Sebulan? Dua bulan? Atau 3 bulan? Gue lupa-__-- dan hasilnya cuman secuile inii...
Mungkin juga banyak yang lupa sama part sebelumnya kalau
lupa di check lagi yah part 24 nya._.v
Ohh iya, mungkin juga ada yang ngerasa alurnya kecepatan?
Emang sengaja sih, soalnya ini cerbung rencananya bakal
segera diendingin. Malah sebenernya nggak pengen gue lanjut. Krisis ide, krisis
pd, krisis waktu, krisis semuanya itu adalah alasan kenapa gue berpikir kayak
gitu.
Jujur gue nggak pd ngepost ini difb makanya gue ngepost di
blog (-̮_-̮")
Tapi ntar kalau ada yg minta di post di fb, ya gue usahain
deh yahhhh..
Okayy..readers, likers, dan komentator (?) makasih buat
partisipasinya dalam meningkatkan semangat menulis gue ahahaaa...
Seeyaaa...
_Nia 'nistev' Stevania_
ihh keren kak,,,, :D
BalasHapuslanjutttt kak, d tunggu klanjutannya, jgn lama2 ya kak niaa.... :D
udh kpalang pnasaran nih sama klanjutannya,,,, hehehe
d post d fb dung kak,,,, :D
Vivi :)
yampun niaaaaaaaa tadinya gue mau protes ke elo kok lo bisa2nya udh post wl part 25 tp ga ngetag gue hahha eh taunya emg sengaja
BalasHapusgelen2deh gue what's hppned beyb i? post dong di fb. jangan kecewain readers setia lo yg nungguin wl dipost. jgn buat penantian mereka sia2 ni
maaf nih kalo kata2 gue rada2 keras yah, tp gue cuma pengen lo balik jd nia yg dulu:")
anyway wlnya semakin bagus kok lanjut terus pantang mundur ya, itu si masbos gentle dikit kenapa bang, tinggal jedor juga
emm feeling gue kayanya peristiwa dag dig dug dernya pas nanti perpisahan+prom ya? :p wkwkwk
Vivi : ahahaa.. makasih de Vivi :) entar kania post difb tapi fb kedua aja..ehehee
BalasHapusIffah : aaa sorry..sorry..padahal perasaan gue udah ngeshare tautannya ke wall fb lo deh-_- ga ke kirim kali yah...
aww makaci sayang...ga papa kok, di anggep support ama gue mah ahahaha.. gue posting di fb kedua aja deh :D
makaci lagi ya neng, padahal udah takut kalau part ini garing banget--"
rencananya sih gitu, semoga sukses! *ehhh