Setiap malam saat kau tak ada
Hanya sepi yang ku rasa
Aku kembali melewati malam ini seperti malam-malam
sebelumnya. Sunyi, sepi...
Dan itu bermula semenjak kepergiaannya. Terlalu berlebihan
mungkin. Tapi sungguh, aku sangat rapuh karena kepergiannya. Cinta pertama yang
membuatku bisa menikmati hari penuh cinta. Namun kini, membuatku terpaksa
menjalani waktu dengan perasaan hampa..
Tak ada lagi tawa renyah nya yang selalu menanggapi
celotehan garing dariku. Tak ada lagi bujukan manja saat aku cemburu. Semua
terasa berbeda semenjak kepergiannya.
Kosong...
Satu tempat di sudut hatiku yang hingga detik ini masih
menjadi miliknya bagai tak berpenghuni...
Ku berharap dirimu ada
Menemani aku yang hampa
Malam ini
Dan jika ku ingat saat-saat dimana aku masih bersamanya,
semua langsung berubah menjadi lebih berwarna.
"Jangan ngelamun!
Jelek tau kalau pasang tampang gitu," ujarnya yang tiba-tiba saja
memeluk tubuhku dari belakang.
Aku menyingkirkan kedua tangannya yang melingkar di leherku
dengan kasar. Wajah menawannya yang tepat berada disampingku -membuat kedua
pipi kami nyaris bersatu-, ku tepis dengan kesal.
"Bodo! Sana
jauh!" aku merajuk.
Bukan tanpa alasan. Tapi itu semua terjadi karena ia telah
menggagalkan mini party dalam rangka hari ulang tahunku. Acara yang semestinya
dihadiri olehnya, justru ia wakilkan kepada orang lain. Alasannya apalagi,
kalau bukan...
Aku melempar bola basket disampingku ke pangkuannya. "Makan tuh bola basket! Pacaran sama
dia aja!"
Dia terkekeh dengan gerakan perlahan, ia menggeser duduknya,
semakin mendekat padaku.
"Sayang~" ia
membelai rambut panjangku dengan lembut.
"Jangan ngambek donggg.. Aku kan terpaksa. Kan kamu tau, pertandingan ini
penting buat aku."
Ku tepis -sekali lagi- jemarinya yang masih sibuk menyusuri
tiap helai rambutku. "Pentingin aja
sana basket! Aku nggak usah!"
Ku putar tubuhku, membelakanginya. Dan untuk kedua kalinya,
ia memeluk tubuhku dari belakang. Terasa hangat dan rasanya tak ingin ku
lepaskan. Membuat detak jantungku kian berpacu cepat, dan keringat dingin pun
mulai membasahi kedua telapak tanganku. Rasa hangat dan -keringat- dingin yang
bercampur menjadi satu membuat sensasi berbeda, yang terasa menyenangkan
untukku. Namun aku tetap bertahan dengan tampang cemberut penuh kekesalan.
Bertingkah seolah-olah tak perduli dengan apa yang ia perbuat.
Ia semakin merapatkan tubuhnya. Meletakkan dagunya tepat di
atas pundak ku. Dan lagi-lagi, posisi wajahnya tepat berdampingan dengan
wajahku, pipi kami pun nyaris bersatu.
Desah nafasnya terdengar jelas di telingaku. Bahkan terasa
hangat menyusuri kulit leherku. Membuat hatiku kembali berdesir.
"Happy birthday
honey.. Happy birthday honey.. Happy birthday.. Happy birthday.. Happy birthday
Ify~"
Ia mengakhiri senandungnya dengan satu kecupan singkat di
pipi ku. Yang sudah pasti, tanpa bisa di cegah semburat merah mulai menghiasi
kedua pipi ku. Untung sudah malam.
"Liat sini dong,
Fy~"
Aku menggeleng malas. Masih dengan degup jantung yang
semakin lama kian tak beraturan.
"Aku punya
sesuatu untukmu, cantik~"
"Nggak usah
gombal deh.." ucapku ketus.
"Aku serius! This
is it!"
Dia langsung memajukan tangannya ke depan muka.
Surprise! Aku menemukan sebuah bingkai foto dengan ukuran
sedang di hadapan ku. Isinya.. Semua foto-foto kami berdua, sejak awal menjalin
hubungan, hingga beberapa hari kemarin, saat kami menghabiskan liburan sekolah
dengan mengikuti study tour di daerah Bromo.
Sederhana, namun menyimpan sejuta makna. Setidaknya itu
untuk ku.
Semua ekspresi tentang percintaan kami terlukis disana. Ada
foto yang di ambil saat aku dan dia tertawa, bercanda, bertengkar... Emm..tapi
foto saat bertengkar itu, siapa yang mengambil yah?
Aha..aku ingat, foto itu diambil oleh Alvin saat rapat OSIS.
Kala itu aku dan Rio -yang kebetulan menjabat sebagai sekretaris dan ketua
OSIS- sedang memperdebatkan sesuatu.
"Terserah! Kamu ketua! Dan aku emang nggak punya hak buat ngatur
semuanya!" Aku memutar tubuhku membelakanginya.
"Bukan gitu, Fy! Tapi emang apa yang kamu bilang itu salah!" tegasnya.
Aku tak menjawab. Ku lihat dari ekor mata ku, ia mulai kesal
-sepertinya-. Lantas ia menyenderkan tubuhnya di kursi dan membuang pandangan
dari punggungku.
Cklikk..suara yang disertai secercah sinar putih membuat
kamu kompak menoleh.
"Alvinnn!!!" seru kamu bersamaan. Alvin? Pria
bertampang ramah itu hanya menyeringai lebar sambil mengacung-acungkan kamera
di tangannya.
"Foto bagus nih! Jadiin headline minggu ini ah~"
ucapnya, sambil melenggang santai meninggalkan kami berdua.
««
"Love you,
honey~"
Bisikan lembut itu membuatku tersadar dan refleks menoleh ke
samping kanan. Di mana ia sedang memasang wajah menawan dengan senyum
termanisnya, sambil menatap dalam kedua bola mataku. Kini, wajahku tidak lagi
cemberut. Sebuah senyuman tulus penuh bahagia ku persembahkan hanya untuknya.
"Makasih.."
ucapku lirih.
"Everything for
you, aku kan sayang kamu.."
Aku tertawa...
Terlalu miris jika mengingat itu semua.
Sebuah moment di mana aku bisa melewati malam dengan tawa.
Bukan seperti sekarang, hampa...
Dan bila…
Ku jauh darimu
Maka izinkanlah
Memeluk erat bayangmu
Tap..tap..tap
Derap langkah yang teramat pelan membawaku menuju ke dalam
kamar tidurku. Ku tatapi seluruh sudut ruangan ini.
Semua masih sama. Tak ada yang berubah. Memasuki kamar ini
seolah-olah membawaku kembali masuk ke dalam dunia nya. Di dalam kamar ini, aku
bisa menemukan segala sesuatu hal yang selalu bisa mengingatkan ku padanya.
Gitar, bola basket, poster, foto yang terpajang rapi dan...
Aku meraih sebuah teddy bear berukuran sedang yang terduduk
lemas di sudut ranjangku. Posisi nya menyender, dengan kepala setengah miring.
Bentuknya masih bagus, warnanya masih coklat, hanya saja boneka tersebut
-perutnya- mulai menipis. Mungkin karena terlalu sering ku peluk, saat tidur
atau sedang menangis karena merindukannya.
Dan untuk malam ini, sepertinya aku akan kembali terlelap
dengan posisi tidur sambil memeluknya. Karena memeluk boneka tersebut,
membuatku merasa sedang memeluknya. Seseorang yang -mungkin-masih- kekasihku,
Mario...
Dan bila…
Semuanya akan kembali
Seperti dahulu lagi
Jika Tuhan mengizinkan, aku ingin mengulang semuanya.
Mengulang kisah manis yang pernah tercipta di hidup ku karena ke hadirannya.
Setidaknya, jika tak seperti itu. Aku ingin Tuhan
mengizinkan ku untuk kembali bertemu dengan nya. Menebus semua kesalahan
besarku kepada nya.
"Aku kangen kamu,
Fy.." ucapku lirih.
Aku terus memandangi sosok cantik yang tergambar pada
selembar kertas di tanganku. Sosok yang tengah tersenyum manis, dengan ekspresi
lucu nan menggemaskan. Membuat rasa rindu ku semakin menggunung tiap kali aku
memandangi sosoknya, meski hanya melalui selembar foto.
"Aku pengen
ketemu kamu lagi. Aku pengen minta maaf sama kamu. Aku pengen menebus semua
kesalahan aku sama kamu. Aku pengen.."
Aku mulai frustasi. Sejak awal aku memang tak pernah
menyetujui ini. Kepindahan yang secara tiba-tiba, bahkan untuk sekedar berkata
selamat tinggal pun aku tak sempat.
"Apa hati kamu
masih buat aku?"
Layak bulan setia temani bintang
Hadirnya atas nama cinta
Malam ini
Aku kembali memandangi langit indah malam ini. Masih sama
seperti malam kemarin. Ada bulan dan penuh bintang. Seolah tak terpisahkan,
sang bintang terus mengelilingi sang bulan.
"Bulan,
bintang... Kamu masih suka sama kedua benda itu nggak yah?" tanyaku
terbawa angin. "Pasti masih, kamu
bulan untuk ku dan aku bintang untuk mu.." sambungku dengan tawa lirih.
Mengucapkan kalimat itu membuat ku teringat pada suatu
peristiwa di mana aku dan dia pernah menghabiskan malam bersama.
"Kamu tau, aku suka banget sama bintang!" ucapnya
bersemangat.
Aku menatapnya dengan kening berkerut, "kenapa?"
"Suka aja!" jawabnya tanpa alasan.
"Ihh aneh deh," cibirku, bercanda pastinya. "Kayak
aku dong.."
Dia terdiam, memasang wajah serius dan mulai menatapku.
"Emang kamu kenapa?"
Aku berdehem sebentar, bersiap meluncurkan sederet kalimat
manis untuknya, pujaan hatiku. "Aku mau jadi bintang, buat kamu,
karena kamu itu bagaikan bulan buat aku." ucapku serius.
Dia mengernyit heran, "the meaning is.."
Aku menggaruk-garuk kepalaku yang mendadak gatal. "Ekhem,
Ify..kamu itu kayak bulan. Cantik, bersinar dan penuh daya tarik. Kamu liat
aja, di sana.." aku mengarahkan telunjuk ku ke atas langit.
"Begitu banyak bintang di atas sana yang bersaing untuk mendapatkan posisi
terdekat dengan bulan. Seperti aku, aku itu seorang laki-laki di antara banyak
nya laki-laki yang menginginkan kamu."
Terdengar gombal? Mungkin..
Tapi itu tulus, dan sungguh-sungguh.
Dia memang gadis yang cantik dengan sejuta pesona. Begitu
banyak pria di luar sana yang juga menginginkannya. Namun aku lebih beruntung,
karena hanya aku lah yang bisa memilikinya.
"Ihhh..gombal~"
"Serius!"
Dia menutup paras cantiknya dengan kedua tangannya.
"Aaa..Rio..aku malu~"
Aku tertawa geli mengingat semua itu. Ekspresinya ketika
senang, sedih, menangis, tertawa. Semuanya membuatku jatuh cinta. Bagaimana
caranya bermanja. Ahhh..dia begitu membuatku merindu
Dan bila…
Ku jauh darimu
Maka izinkanlah diriku
Memeluk erat bayangmu
Angin malam berhembus semakin kencang. Membelai lembut wajah
senduku yang sedang membayangkannya.
Ku rentangkan ke dua tanganku, seolah menentang angin. Oh
bukan. Aku bukan sedang menentang angin, hanya saja...aku sedang berkhayal
bahwa saat ini gadis itu sedang berada di depanku. Dan disaat posisiku sudah
seperti ini -dengan kedua tangan terbentang-, ia akan menyambutnya dengan
sebuah pelukan yang selalu mampu menghangatkanku.
"Sambut
aku..sambut cintaku..dengan pelukmu..ku merindukan mu~" senandungku
dengan mata terpejam.
Ku rasa kan hembusan angin semakin kasar menabrak tubuhku.
Oh Tuhan..rasanya aku sedang mendapatkan pelukan tak kasat mata dari nya.
Huhh..terlalu berhalusinasi..
Dan bila…
Ku kan datang kembali
Sambutlah ku dengan senyum mu
cinta
"Ayah
serius?!" tanya ku spontan. Aku segera berdiri dan maju selangkah
mendekati ayah ku.
Ayah mengangguk, dan berdehem pelan. "Yah..seperti permintaan kamu. Dengan satu syarat. Tepati semua
janji kamu pada ayah!"
Aku mengangguk cepat, "pasti!
Pasti, Yah!" ucapku bersemangat. Aku melirik mamah yang tersenyum
manis disamping ayah. "Jadi, kapan
Rio bisa merealisasikan keinginan Rio itu, Yah?"
"Kapan kamu mau,
silahkan!"
Aku tak dapat menahan rasa bahagia ku saat ini. Segera ku
peluk erat tubuh ayahku. Kemudian beralih mengecup kedua pipi mamah.
"Makasih, Yah.
Makasih, Mah!" ucapku bahagia.
'Tunggu aku, Fy! Aku
balik buat kamu..'
Dan bila..
Kau mengizinkan ku untuk
kembali mengisi hatimu, mengisi harimu, mewarnai dunia mu dengan sejuta cinta
di hatiku.
Akan ku tebus semua salahku
padamu. Hanya untukmu..
Seminggu kemudian,
di taman kota..
Aku mengamati suasana malam di taman kota ini dengan
perasaan rindu. Jelas saja. Di sini, di taman ini, aku dan dia sering
menghabiskan satnite bersama. Meski hanya di temani sebuah gitar, atau setumpuk
buku PR, rasanya tetap menyenangkan jika kami bersama.
"Kamu masih
sering ke sini nggak yah?" gumamku lirih. Ku hembuskan nafasku dengan
berat.
Dengan gontai aku melangkah menuju sebuah bangku panjang
yang letaknya persis menghadap air mancur.
Entar mengapa, langkah demi langkah ku yang teramat pelan
ini secara tiba-tiba membuat degup jantungku berdetak sangat cepat. Dan nafas
ku mendadak tertahan saat aku mendapati sosok seorang gadis berambut panjang,
yang tengah duduk di bangku itu dengan posisi membelakangiku.
Dengan ragu, aku melanjutkan langkah ku. Dan rasa nya, aku
semakin gugup jika harus mendapati kenyataan bahwa gadis itu adalah..dia!
"Pe..permisi.."
sapaku gugup. Aku masih pada posisi di belakangnya.
Bagaikan sinetron, gerakan memutar yang di lakukan gadis
tersebut saat menoleh kepadaku terasa slow motion. Dan..
"Ka..kamu.."
Aku terdiam, mulutku terkatup rapat. Ingin rasanya aku
memeluknya, namun langkahku terasa kaku di tempat.
Brukk..dan bukan aku yang pada akhirnya menubruk tubuhnya.
Tapi sebaliknya.
"Kamu jahat!
Kenapa kamu ninggalin aku gitu aja?! Kenapa kamu nggak ngasih aku alasan kenapa
kamu pergi?! Kenapa kamu nggak ngasih kabar?! Kenapa?! Kenapa?!" ia
meracau dalam pelukanku.
Aku merasa tersanjung, sepertinya gadis ini masih setia pada
ku. Bahkan, meski 3 tahun kita tak bertemu, ia tetap mengingat raut muka ku.
Ku eratkan pelukan ku. Ku belai halus rambut panjangnya
dengan sayang.
"Maaf... Ayah
ngajak pindah mendadak, aku nggak sempat ngabarin kamu karena kepindahan aku
terjadi dihari itu juga. Hari dimana ayah menjelaskan tentang alasan kepindahan
kami." jelas ku lirih.
"Tapi kenapa kamu
nggak ngubungin aku?" tanya nya terisak.
"Maaf... Aku
bingung, aku kalut, dan aku udah nggak kepikiran buat ngubungin kamu. Begitu
sampai bandara, aku mulai rileks dan berniat ngubungin kamu. Tapi handphone aku
udah nggak ada.."
"Hilang?"
Aku tertawa, nada bicaranya saat mengucapkan kata 'hilang'
tersebut terdengar lucu. Dan sepertinya, ia mulai bisa mengontrol dirinya,
serta menghentikan tangisnya.
Ku lepaskan pelukan ku kepada nya, setelah sebelumnya aku
mengangguk sebagai jawaban. Dan kemudian mulai menuntun tubuhnya untuk kembali
duduk di bangku kenangan kami.
"Kamu apa
kabar?" tanya ku berbasa-basi.
"Basi! Kamu tau kan? Aku tuh sayang banget sama kamu!
Dan kamu ngilang tiba-tiba tanpa kabar. Jelas aja aku langsung sedih, dan
efeknya..aku sama sekali 'nggak baik-baik' aja.."
Ia mengerucutkan bibirnya dengan kesal, sangat lucu. Ku
cubit pipi nya dengan gemas. Tanpa terasa pandanganku mulai mengabur.
Menangiskah?
"Kamu
nangis?" tanya nya lembut. Ia merengkuh ke dua pipi ku, dan menatap
tepat di kedua bola mata ku.
Ku raih kedua tangannya yang merangkum wajahku, kemudian ku
genggam dengan erat.
"Kamu tau?
Kalaupun aku menangis, ini adalah tangisan kebahagiaan, karena akhirnya Tuhan
menjamah doaku, Tuhan mengabulkan keinginanku, untuk kembali. bertemu
denganmu." ucapku lembut, "orang
yang paling ku rindukan.." sambungku. Ku kecup lembut kedua tangannya
yang berada dalam genggamanku.
"Apa itu
artinya..hati kamu masih buat aku?"
Aku tersenyum kecil, "hatimu
sendiri? Masih untukku, atau--"
"Selamanya cuma
buat kamu.." potongnya cepat.
Aku kembali menarik tubuhnya ke dalam dekapanku. Ku pejamkan
kedua mataku, merasakan hangatnya pelukan yang begitu ku rindukan ini.
"Sebagaimana
kamu, hati ini pun sepertinya memang sudah di takdirkan untuk selamanya di isi
olehmu, sayangku.."
Dan bila...
Tuhan merestui..maka kisah
kita akan berakhir indah. Seindah harapan yang pernah kita rajut
bersama...sayangku...
....
Yakkkk!!! Finish!!
Ini cerpen gaje..banget! Nggak tau gimana alurnya, tapi saya
sebagai penulis hanya mengikuti jalannya imajinasi yang berputar (?) dalam
benak saya. Well, inspirasinya dari lagu 'Dan Bila' yang sumpah gue lupa siapa
penyanyi nya-_- yang jelas, model VC nya si Gading Marthin. Ada yang tau?
Okay guysss..buat yang sempet baca, ngelike, coment..makasih
paling banyak buat kaliannnnnnn!!!
•
Http://niastevania.blogspot.com
• @NiaStvnia
Seeyaaa...
_Nia 'nistev' Stevania_
0 komentar:
Posting Komentar