Menemukan dirimu adalah,
karunia kehidupan terindah.
Saat jiwa hilang dan terluka,
kau hadir tenangkan resah jiwa..
***
Pernah mendengar kalimat 'aku patah hati' atau semacamnya, kan? Dan itu kini lantang ku ucapkan. Okay, entah ini lebih ke arah patah hati atau sakit hati. Tapi bagiku keduanya sama saja. Sama-sama membawa pengaruh buruk pada kehidupanku, yang semula cerah berwarna menjadi suram tanpa cahaya. Kalimat yang terlalu hiperbolis memang, but that's fact!
Patah atau sakit hati disebabkan karena kita kehilangan seseorang, kan? Entah dengan alasan terpaksa atau memang keadaan yang membuat kita harus kehilangan--takdir. Yah, apalah namanya yang jelas semuanya berujung pada hilangnya seseorang yang sebelumnya pernah menempati ruang terpenting disudut lain hati kita.
Aku merasakannya. Bertahun-tahun mencintai dalam diam, bertahun-tahun bertahan dalam kemunafikan, hingga berujung pada penyesalan.
Cerita tinggal cerita. Berusaha meraihnya hanya menjadi suatu yang sia-sia. Hingga, seiring dengan berjalannya waktu, aku mulai terbiasa melewati hari tanpa nya.
Ugh, tidak juga sih sebenarnya. Ada waktu dimana aku kembali teringat tentang dia yang pernah -atau mungkin masih?- aku cintai. Sampai suatu ketika, entah Tuhan menjawab doaku atau...yang jelas seseorang hadir dihidupku, membawa satu warna baru dan membuatku sedikit melupakan tentangnya.
Ting!
Sebuah tanda pesan masuk di acc Yahoo Mesengger milikku, membuat aku buru-buru mengklik icon minimize untuk sebuah mword yang sedang ku buka.
Dari dia rupanya.
Bubble_boy : hehh! Apa kabar?! Lama nggak muncul, kangen deh.
Aku tersenyum samar. Memang, setelah 'vakum' beberapa hari-dengan menonaktifkan ponsel dan tidak menjamah satu pun account pribadiku di berbagai social network, ini adalah kali pertama aku kembali login ke Y!M.
Bubble_girl : ahaha *lol* gombal, mas?
Bubble_boy : serius mbak-_- vakum lagi? Kenapa? Keinget ama yang dulu lagi yah?
Binggo! Kenapa dia selalu bisa menebak keadaan hatiku sih?
Bubble_girl : masa lalu~ eh! Uname gue udah ganti dong :p
Aku membalas tanpa minat untuk pertanyaannya. Maka dari itu, sebisa mungkin aku mengalihkan pembicaraan.
Bubble_boy : dihh..nyama-nyamain aja. Naksir yah?
Pd? Ah! Dia memang selalu seperti itu.
Bubble_girl : kalau iya kenapa? *wink*
Bubble_boy : ya udah kita jadian.
Sial! Terkadang aku merasa...err seperti ada ketertarikan terhadap dirinya, karena..dia memang sangat perhatian kepadaku. Tapi di lain waktu..aku tak habis pikir, bagaimana bisa aku menyukai pria ini? Baca sendiri, bagaimana dia memberikan balasan? Singkat, seadanya dan tanpa emotion.
Aku selalu bingung dibuatnya, serius? Atau hanya sekedar bercanda?
Hingga pada akhirnya, aku memilih untuk menganggap itu semua hanya sekedar sebuah lelucon, meski hati kecilku berharap, that's so serious!
“Ni anak masih..aja hobby ngegodain gue.“ Gerutuku dengan jari-jari yang mulai menari-nari diatas keyboard mac book dihadapanku.
Bubble_girl : serius? Emang loe mau sama gue?
Bubble_boy : iya! Daripada jomblo?
Sial! Lagi-lagi balasannya membuatku gondok. Tapi jujur, aku sangat menikmati saat-saat chatting bersamanya. Membuatku lupa kalau hari-hari sebelumnya aku masih sempat memimpikan sesosok pria di masa laluku.
Menemukan dirimu adalah,
karunia kehidupan termegah.
Setiap detik waktu yang berlalu,
harum semerbak dengan namamu..
***
“Loe belum pernah ketemu sama dia, tapi udah segitu jatuh cintanya. Aneh.“
Aku hanya mendengarkan ucapan sahabatku dengan malas. Ya, memang sih, aku belum pernah bertemu dengan si 'bubble_boy' ini, mengingat jarak yang memisahkan kami teramat jauh. Tapi, bukankah cinta itu buta? Banyak hal yang menjadi 'buram' jika cinta telah berbicara. Seperti masalah aku yang belum pernah bertatap muka dengannya mungkin?
“Makanya, loe doain gue semoga one day, gue bisa ketemu sama dia.“ Ucapku penuh harap.
Sahabatku menggeram, “I wish!“ Serunya. Aku tertawa saja. “Honest, gue bosen banget dengerin cerita loe tentang si 'bubble_boy' itu. Loe cuman sekedar tau nama--okay, loe pernah liat fotonya, tapi..foto bisa berbohong kan?“
“Dan dia nggak mungkin bohong. I believe.“
Lagi-lagi sahabatku menggeram, sepertinya mulai kesal. “Okay, okay, forget that. Setiap waktu gue ketemu sama loe, loe selalu ngebahas dia yang sorry to say, buat gue masih terlalu maya? Nggak jelas? Abstrak--“
BUK!
“--sial! Loe pikir dia lukisan?!“ Potongku setelah melayangkan satu 'kepala sapi' yang mendarat tepat menabrak keningnya. Ia hanya memutar kedua bola matanya, membuatku terkikik geli melihatnya
Meski aku jauh
Tak bisa menyentuhmu
Bayangan tentangmu hapus segala dukaku
Bubble_boy : woy! Ngilang lagi! Kemana aja 2 hari ini? Gue kok kangen yah sama loe?
Aku tersenyum geli membaca pesannya.
Well, dua hari kemarin aku disibukkan dengan aktifitas berlibur bersama keluarga. Handphone ku yang tanpa direncanakan tertinggal di rumah membuatku kehilangan alat untuk mengaktifkan Y!M-ku. Sedangkan mac book? Ugh, aku bukanlah seseorang yang hobby kerepotan karena menenteng computer jinjing itu kemana-mana.
Bubble_girl : ke hatimu *embarrassed*
Bubble_boy : serius? Gue kangen tau sama loe.
Can I fly? Can I?
Kenapa sih, pria satu ini selalu bisa membuatku melayang? Padahal kalimat yang ia gunakan nyaris sederhana dan..err tanpa emotnya itu loh, semakin menimbulkan kesan bahwa dia mungkin hanya sekedar berbasa-basi.
Bubble_girl : gombal! :p
Bubble_boy : serius! Penyakit loe kambuh lagi yah? Sebenernya loe sakit apasih? Kok sama gue pake rahasia-rahasiaan segala
Aku terdiam. Ini hal yang paling ku hindarkan. Aku tidak pernah suka jika ada orang yang membahas tentang penyakitku.
Bubble_girl : ahh, udahlah. Gue collaps itu udah biasa
Bubble_boy : ya loe sakit apa? Makanya istirahat biar nggak kambuh-kambuh lagi.
Duhhh..perhatian banget sih kamu~
Andai saja dia ada dihadapanku saat ini, mungkin kedua pipinya telah habis ku cubiti dengan gemas.
Bubble_girl : forget it. I won't talking about that. Okay?
Aku membalas dengan enggan.
Ayolah, aku memang tidak akan menutupi jika ada yang bertanya apakah aku 'sakit' atau tidak. Tapi aku sangat tidak ingin orang-orang mengetahui lebih jelas soal penyakitku.
1 menit..
5 menit..
Tak ada balasan, hanya satu keterangan kalau ia telah log-out dari account nya. Marah?
••
Ku coret-coret satu lembar diary ku dengan asal. Di sampingku, sahabat yang selalu setia menemaniku kembali berceloteh ria.
“Come on, girl! Don't be sad, okay? Dia mungkin cuman nggak terima karena loe main rahasia-rahasian sama dia.“
“Tapi, gue kan cuman ngerasa soal penyakit gue itu nggak penting untuk diumbar. Penyakit itu bukan hal bagus yang pantes gue pamerin ke orang-orang. Gue nggak mau ngeremehin penyakit gue dengan sharing ke orang-orang, dan ngebuat mereka jadi simpatik ke gue.“
Sahabatku menghela napas. Ia mengambil tempat disisi kananku, tangannya bergerak halus menyusuri pundakku.
“Nggak semua orang punya pikiran sama kayak loe.“ Dia menepuk pundakku berkali-kali. “Eh, jangan lupa sama jadwal loe hari ini. Ayo! Gue temenin.“
Aku bangkit dengan malas, “gue males loh ngelakuin ini, kalau bukan karena loe mungkin gue lebih milih diem di kamar.“ Jawabku jujur, sambil mengumpulkan rambut panjangku menjadi satu dalam ikatan.
Sahabatku mendelik kesal, kemudian melemparkan segumpal tissue ditangannya. “Hussttt! Nggak boleh ngomong gitu, ini demi loe juga, tau?!“ Sahutnya galak.
Aku mengerucutkan bibir. “Ya, tapi kan percuma juga, paling nanti gue--“
“--please jangan ngomong kayak gitu lagi, everything gonna be okay, itu kan yang selalu loe bilang?“
Aku merasa bersalah mendengar penuturan sahabatku ini. Selama ini, satu-satunya kasih sayang yang tulus hanya ku peroleh darinya.
“Tapi ini kasusnya beda. Loe tau semuanya tanpa terkecuali kan?“ Ucapku dengan senyuman miris.
Sahabatku kembali menghampiriku. Di genggamnya kedua pundakku dengan erat. “Denger, segala sesuatunya digariskan oleh Tuhan, bukan manusia! Dan segala sesuatunya mungkin emang bisa diprediksi oleh manusia, tapi tetep Tuhan sebagai penentunya!“ Ucapnya tegas, matanya yang mulai berkaca-kaca kembali membuatku menelan ludah. Maafkan aku kawan..
Aku menunduk. “Sorry..“
Sahabatku menggeleng lemah. Diusapnya setitik air mata yang bermuara disudut matanya. “Nope, loe tau kan? Loe punya gue, apapun yang terjadi berbagi sama gue, karena gue selalu ada buat loe.“
“Sekalipun tentang my bubble boy?“ Godaku, mencairkan ketegangan.
Sahabatku melengos. “Pengecualian buat dia.“
Aku tertawa kecil, kemudian merangkul bahunya dan mulai mengikuti langkahnya yang akan membawaku menuju tempat yang...ugh I hate say it!
Cinta engkau hadir
Cinta engkau dekat
Cinta memaksaku
Hadirkan sgala tentangmu dihatiku
“Gue mau buat pengakuan ah~“ celetukku tiba-tiba.
Sahabatku yang sedari tadi sibuk memeriksa botol-botol obat yang baru kami tebus menghentikan langkahnya.
“Pengakuan apa? Pengakuan dosa?“ Tanya nya dengan alis terangkat.
Sial! Memangnya aku se-ber-dosa itu apa?
“Bukanlah! Tapi pengakuan tentang isi hati gue.“
Kali ini sahabatku tidak hanya menghentikan langkahnya, tapi juga berbalik menatapku tajam. “Jangan gila deh! Loe belum pernah ketemu dia, masa udah mau bilang cinta?“
“Aduh, my honey, my sweety-ku..“ Aku menghembuskan napas perlahan, “..nunggu ketemu dia dulu kelamaan, gue takut..ngga sempet.“
“Nggak sempet gimana maksud loe?“ Tanya nya dengan mata memicing.
Aku gelagapan.
Duh..sepertinya aku salah bicara.
“Ya, ya, I mean..mana tau nanti dia duluan jadian sama orang lain, ya, gue nggak mungkin nyatain cinta disaat dia udah ada yang punya kan?“
Sahabatku menghembuskan napas tak kentara. “Okay, pikiran dulu baik-baik. Loe harus nge-make sure hati loe sebelum bertindak, termasuk nyatain cinta. Kalau loe udah yakin, ya silahkan beraksi.“ Ucapnya sembari menepuk pundakku.
Aku menyeringai lebar. Dan entah kenapa, tiba-tiba saja aku ingin menciumnya..ahaha
Finally, mendaratlah sebuah kecupan di pipi kanannya, yang disambut dengan pekikan keras olehnya. Ahaha..you're so cute my bestiest..
***
Subject : I miss you
From : bubble_boy@yahoo.co.id
To : callme_myname@yahoo.co.id
Dear my bubble girl,
Hi! Apa kabar? Loe kamana aja sih? Kok Y!M-nya nggak aktif-aktif? Loe collaps lagi yah? Jangan bikin gue penasaran dong, gue khawatir banget nih sama loe ☹
Aku tersenyum kecil membaca sepotong e-mail darinya. Lagi-lagi kalimat pembukanya membuat ku melayang. My bubble girl? 'My' itu lebih merujuk pada ke-pemilik-kan, kan? Selain itu ada sebuah emotion disana, sad?
Sialnya, gue nggak punya nomer handphone loe-_- share dong ke gue. Bales e-mail gue yah? Gue bener-bener berharap loe baik-baik aja.
I miss you..
Cheers!
Your bubble boy
Aku kembali tertawa lirih, pusing yang ku rasakan membuat gerakan jemariku yang berniat membalas e-mailnya terhenti.
'Please, jangan sekarang.'
Aku menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Mensugesti diriku sendiri, bahwa sakit itu tidak ada. Yah, aku baik-baik saja.
Ketika mulai merasa nyaman, aku kembali menggerakan jemariku.
Subject :
From : callme_myname@yahoo.co.id
To : bubble_boy@yahoo.co id
Aku sengaja mengosongkan kolom subject karena masih belum menemukan kalimat yang tepat untuk ku letakkan disana.
Dear my bubble boy,
Hi! Gue baik-baik aja nih. Loe sendiri gimana? Err..emang collaps lagi sih, makanya nggak online, tapi sekarang..gue sehat kok :D
Cie yang khawatir, gue lebih khawatir lagi sama loe. Takut loe ngelupain gue..hihii
Lagi!
Sakit itu kembali menyerbu kepalaku. Entah bagaimana, seluruh pergerakan jemariku kembali melemah. Tapi aku belum menyelesaikan balasanku, dan harus menyelesaikannya.
Gue mau ngebuat suatu pengakuan sama loe. Boleh? Boleh dong! Nggak ada yang berhak untuk ngelarang gue, ya kan? :p
Sebenernya gue
Tes!
Setetes cairan kental berwarna merah mendarat di keyboard mac book ku, membuat tombol B disana menjadi kotor.
Aku menyeka hidungku dengan kasar, dan berniat melanjutkan balasanku
gue suka sama loe. Atau mungkin sayang?
Dan kali ini, aku benar-benar merasa tidak sanggup. Darah itu terus keluar dari hidungku, dan sakit itu kian menusuk-nusuk kepalaku.
Sedikit lagi ya Tuhan..
Pandanganku memburam dan dengan dipaksakan aku menggerakan ke sepuluh jariku, untuk mengetik serangkai kalimat..
I love you, my bubble boy..
----
Epilog..
Pria itu hanya termenung didepan layar computernya. Status Y!M-nya selalu online beberapa hari ini. Berkali-kali ia bolak-balik untuk memeriksa e-mail masuk yang mungkin saja ada.
Dua bulan sudah, ia mengirim e-mail itu. Dua bulan sudah, ia menantikan balasannya. Dua bulan penantian ini, namun tak ada hasilnya.
“What happens with you? You make me so scared, girl..“
Ia membuka sebuah folder berjudul 'my bubble girl'.
Banyak foto dengan berbagai macam ekspresi disana, foto siapa lagi kalau bukan si 'bubble_girl' yang telah menjadi teman setianya di dunia maya--yang berhasil ia dapatkan dengan mengubek-ubek koleksi foto di acc facebook si gadis bubble tersebut. Seseorang yang belum diketahui wujud pastinya, namun tanpa bisa disangkal telah membuatnya jatuh cinta.
Ia menghela napas. Kemudian kembali memasukkan ID e-mail beserta passwordnya. Dan..sebuah e-mail baru telah menanti untuk dibuka.
Dengan tak sabar ia mengklikk cepat new e-mail yang ada disana.
Subject : tentang bubble_girl
From : freaky_girl@yahoo.co.id
To : bubble_boy@yahoo.co.id
Hi! bubble boy..
Gue nggak tau nama asli loe siapa, tapi gue cukup tau banyak tentang loe. Mungkin loe heran tapi biar gampang gue kasih tau, gue sahabatnya bubble girl loe itu.
Ada satu hal yang pengen gue kasih tau sama loe. Ralat, dua hal. Pertama, jujur gue berat buat ngasih tau ini, tapi gue harus bilang kalau..bubble girl udah nggak ada. Loe ngerti maksud gue kan?
Gue harap loe juga bisa nebak apa penyebabnya. Gue nggak bisa ngasih tau detailnya karena, loe pasti tau seperti apa bubble girl loe itu. Dia nggak suka kalau orang jadi simpatik sama dia karena penyakitnya.
Btw, hal kedua yang pengen gue kasih tau adalah.. Di bawah ada capture-an balasan e-mail dari bubble girl loe itu, itu sebuah pengakuan dia juga sebenernya. Sebelum dia bener-bener pergi, dia sempet nulis balasan itu tapi sayang dia nggak sempat ngirim.
Salam,
SA.
Pemuda itu segera memperbesar--dengan pilihan zoom, sebuah gambar yang ada bersama e-mail tersebut.
Matanya bergerak cepat membaca balasan e-mail yang terdapat dalam gambar capture itu. Satu kalimat yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Satu kalimat yang membuat darahnya berdesir hebat.
I love you, my bubble boy..
Tanpa sadar setetes airmata jatuh membasahi pipinya. Menjadi bentuk nyata bahwa ia tersanjung akan kalimat itu. Menjadi bukti bahwa ia, juga memiki rasa yang sama terhadap gadis tersebut.
I love you too, my bubble girl..
Dan akhirnya, kalimat itu hanya bisa ia telan bersama rasa penyesalan didalam hatinya..
• FIN •
title song : Menemukanmu
artist : Opick
Inspirasi dari hati yang galau. Maaf kalau gaje yah teman.. Maaf kalau kalimatnya berantakan dan ceritanya..aneh?
Itu ID yg ada disana semuanya hoax, karangan, imajinasi penulis aja. Yah, begitulah. Saran dan kritiknya ditunggu!
Cheers!
@sugargirl08
karunia kehidupan terindah.
Saat jiwa hilang dan terluka,
kau hadir tenangkan resah jiwa..
***
Pernah mendengar kalimat 'aku patah hati' atau semacamnya, kan? Dan itu kini lantang ku ucapkan. Okay, entah ini lebih ke arah patah hati atau sakit hati. Tapi bagiku keduanya sama saja. Sama-sama membawa pengaruh buruk pada kehidupanku, yang semula cerah berwarna menjadi suram tanpa cahaya. Kalimat yang terlalu hiperbolis memang, but that's fact!
Patah atau sakit hati disebabkan karena kita kehilangan seseorang, kan? Entah dengan alasan terpaksa atau memang keadaan yang membuat kita harus kehilangan--takdir. Yah, apalah namanya yang jelas semuanya berujung pada hilangnya seseorang yang sebelumnya pernah menempati ruang terpenting disudut lain hati kita.
Aku merasakannya. Bertahun-tahun mencintai dalam diam, bertahun-tahun bertahan dalam kemunafikan, hingga berujung pada penyesalan.
Cerita tinggal cerita. Berusaha meraihnya hanya menjadi suatu yang sia-sia. Hingga, seiring dengan berjalannya waktu, aku mulai terbiasa melewati hari tanpa nya.
Ugh, tidak juga sih sebenarnya. Ada waktu dimana aku kembali teringat tentang dia yang pernah -atau mungkin masih?- aku cintai. Sampai suatu ketika, entah Tuhan menjawab doaku atau...yang jelas seseorang hadir dihidupku, membawa satu warna baru dan membuatku sedikit melupakan tentangnya.
Ting!
Sebuah tanda pesan masuk di acc Yahoo Mesengger milikku, membuat aku buru-buru mengklik icon minimize untuk sebuah mword yang sedang ku buka.
Dari dia rupanya.
Bubble_boy : hehh! Apa kabar?! Lama nggak muncul, kangen deh.
Aku tersenyum samar. Memang, setelah 'vakum' beberapa hari-dengan menonaktifkan ponsel dan tidak menjamah satu pun account pribadiku di berbagai social network, ini adalah kali pertama aku kembali login ke Y!M.
Bubble_girl : ahaha *lol* gombal, mas?
Bubble_boy : serius mbak-_- vakum lagi? Kenapa? Keinget ama yang dulu lagi yah?
Binggo! Kenapa dia selalu bisa menebak keadaan hatiku sih?
Bubble_girl : masa lalu~ eh! Uname gue udah ganti dong :p
Aku membalas tanpa minat untuk pertanyaannya. Maka dari itu, sebisa mungkin aku mengalihkan pembicaraan.
Bubble_boy : dihh..nyama-nyamain aja. Naksir yah?
Pd? Ah! Dia memang selalu seperti itu.
Bubble_girl : kalau iya kenapa? *wink*
Bubble_boy : ya udah kita jadian.
Sial! Terkadang aku merasa...err seperti ada ketertarikan terhadap dirinya, karena..dia memang sangat perhatian kepadaku. Tapi di lain waktu..aku tak habis pikir, bagaimana bisa aku menyukai pria ini? Baca sendiri, bagaimana dia memberikan balasan? Singkat, seadanya dan tanpa emotion.
Aku selalu bingung dibuatnya, serius? Atau hanya sekedar bercanda?
Hingga pada akhirnya, aku memilih untuk menganggap itu semua hanya sekedar sebuah lelucon, meski hati kecilku berharap, that's so serious!
“Ni anak masih..aja hobby ngegodain gue.“ Gerutuku dengan jari-jari yang mulai menari-nari diatas keyboard mac book dihadapanku.
Bubble_girl : serius? Emang loe mau sama gue?
Bubble_boy : iya! Daripada jomblo?
Sial! Lagi-lagi balasannya membuatku gondok. Tapi jujur, aku sangat menikmati saat-saat chatting bersamanya. Membuatku lupa kalau hari-hari sebelumnya aku masih sempat memimpikan sesosok pria di masa laluku.
Menemukan dirimu adalah,
karunia kehidupan termegah.
Setiap detik waktu yang berlalu,
harum semerbak dengan namamu..
***
“Loe belum pernah ketemu sama dia, tapi udah segitu jatuh cintanya. Aneh.“
Aku hanya mendengarkan ucapan sahabatku dengan malas. Ya, memang sih, aku belum pernah bertemu dengan si 'bubble_boy' ini, mengingat jarak yang memisahkan kami teramat jauh. Tapi, bukankah cinta itu buta? Banyak hal yang menjadi 'buram' jika cinta telah berbicara. Seperti masalah aku yang belum pernah bertatap muka dengannya mungkin?
“Makanya, loe doain gue semoga one day, gue bisa ketemu sama dia.“ Ucapku penuh harap.
Sahabatku menggeram, “I wish!“ Serunya. Aku tertawa saja. “Honest, gue bosen banget dengerin cerita loe tentang si 'bubble_boy' itu. Loe cuman sekedar tau nama--okay, loe pernah liat fotonya, tapi..foto bisa berbohong kan?“
“Dan dia nggak mungkin bohong. I believe.“
Lagi-lagi sahabatku menggeram, sepertinya mulai kesal. “Okay, okay, forget that. Setiap waktu gue ketemu sama loe, loe selalu ngebahas dia yang sorry to say, buat gue masih terlalu maya? Nggak jelas? Abstrak--“
BUK!
“--sial! Loe pikir dia lukisan?!“ Potongku setelah melayangkan satu 'kepala sapi' yang mendarat tepat menabrak keningnya. Ia hanya memutar kedua bola matanya, membuatku terkikik geli melihatnya
Meski aku jauh
Tak bisa menyentuhmu
Bayangan tentangmu hapus segala dukaku
Bubble_boy : woy! Ngilang lagi! Kemana aja 2 hari ini? Gue kok kangen yah sama loe?
Aku tersenyum geli membaca pesannya.
Well, dua hari kemarin aku disibukkan dengan aktifitas berlibur bersama keluarga. Handphone ku yang tanpa direncanakan tertinggal di rumah membuatku kehilangan alat untuk mengaktifkan Y!M-ku. Sedangkan mac book? Ugh, aku bukanlah seseorang yang hobby kerepotan karena menenteng computer jinjing itu kemana-mana.
Bubble_girl : ke hatimu *embarrassed*
Bubble_boy : serius? Gue kangen tau sama loe.
Can I fly? Can I?
Kenapa sih, pria satu ini selalu bisa membuatku melayang? Padahal kalimat yang ia gunakan nyaris sederhana dan..err tanpa emotnya itu loh, semakin menimbulkan kesan bahwa dia mungkin hanya sekedar berbasa-basi.
Bubble_girl : gombal! :p
Bubble_boy : serius! Penyakit loe kambuh lagi yah? Sebenernya loe sakit apasih? Kok sama gue pake rahasia-rahasiaan segala
Aku terdiam. Ini hal yang paling ku hindarkan. Aku tidak pernah suka jika ada orang yang membahas tentang penyakitku.
Bubble_girl : ahh, udahlah. Gue collaps itu udah biasa
Bubble_boy : ya loe sakit apa? Makanya istirahat biar nggak kambuh-kambuh lagi.
Duhhh..perhatian banget sih kamu~
Andai saja dia ada dihadapanku saat ini, mungkin kedua pipinya telah habis ku cubiti dengan gemas.
Bubble_girl : forget it. I won't talking about that. Okay?
Aku membalas dengan enggan.
Ayolah, aku memang tidak akan menutupi jika ada yang bertanya apakah aku 'sakit' atau tidak. Tapi aku sangat tidak ingin orang-orang mengetahui lebih jelas soal penyakitku.
1 menit..
5 menit..
Tak ada balasan, hanya satu keterangan kalau ia telah log-out dari account nya. Marah?
••
Ku coret-coret satu lembar diary ku dengan asal. Di sampingku, sahabat yang selalu setia menemaniku kembali berceloteh ria.
“Come on, girl! Don't be sad, okay? Dia mungkin cuman nggak terima karena loe main rahasia-rahasian sama dia.“
“Tapi, gue kan cuman ngerasa soal penyakit gue itu nggak penting untuk diumbar. Penyakit itu bukan hal bagus yang pantes gue pamerin ke orang-orang. Gue nggak mau ngeremehin penyakit gue dengan sharing ke orang-orang, dan ngebuat mereka jadi simpatik ke gue.“
Sahabatku menghela napas. Ia mengambil tempat disisi kananku, tangannya bergerak halus menyusuri pundakku.
“Nggak semua orang punya pikiran sama kayak loe.“ Dia menepuk pundakku berkali-kali. “Eh, jangan lupa sama jadwal loe hari ini. Ayo! Gue temenin.“
Aku bangkit dengan malas, “gue males loh ngelakuin ini, kalau bukan karena loe mungkin gue lebih milih diem di kamar.“ Jawabku jujur, sambil mengumpulkan rambut panjangku menjadi satu dalam ikatan.
Sahabatku mendelik kesal, kemudian melemparkan segumpal tissue ditangannya. “Hussttt! Nggak boleh ngomong gitu, ini demi loe juga, tau?!“ Sahutnya galak.
Aku mengerucutkan bibir. “Ya, tapi kan percuma juga, paling nanti gue--“
“--please jangan ngomong kayak gitu lagi, everything gonna be okay, itu kan yang selalu loe bilang?“
Aku merasa bersalah mendengar penuturan sahabatku ini. Selama ini, satu-satunya kasih sayang yang tulus hanya ku peroleh darinya.
“Tapi ini kasusnya beda. Loe tau semuanya tanpa terkecuali kan?“ Ucapku dengan senyuman miris.
Sahabatku kembali menghampiriku. Di genggamnya kedua pundakku dengan erat. “Denger, segala sesuatunya digariskan oleh Tuhan, bukan manusia! Dan segala sesuatunya mungkin emang bisa diprediksi oleh manusia, tapi tetep Tuhan sebagai penentunya!“ Ucapnya tegas, matanya yang mulai berkaca-kaca kembali membuatku menelan ludah. Maafkan aku kawan..
Aku menunduk. “Sorry..“
Sahabatku menggeleng lemah. Diusapnya setitik air mata yang bermuara disudut matanya. “Nope, loe tau kan? Loe punya gue, apapun yang terjadi berbagi sama gue, karena gue selalu ada buat loe.“
“Sekalipun tentang my bubble boy?“ Godaku, mencairkan ketegangan.
Sahabatku melengos. “Pengecualian buat dia.“
Aku tertawa kecil, kemudian merangkul bahunya dan mulai mengikuti langkahnya yang akan membawaku menuju tempat yang...ugh I hate say it!
Cinta engkau hadir
Cinta engkau dekat
Cinta memaksaku
Hadirkan sgala tentangmu dihatiku
“Gue mau buat pengakuan ah~“ celetukku tiba-tiba.
Sahabatku yang sedari tadi sibuk memeriksa botol-botol obat yang baru kami tebus menghentikan langkahnya.
“Pengakuan apa? Pengakuan dosa?“ Tanya nya dengan alis terangkat.
Sial! Memangnya aku se-ber-dosa itu apa?
“Bukanlah! Tapi pengakuan tentang isi hati gue.“
Kali ini sahabatku tidak hanya menghentikan langkahnya, tapi juga berbalik menatapku tajam. “Jangan gila deh! Loe belum pernah ketemu dia, masa udah mau bilang cinta?“
“Aduh, my honey, my sweety-ku..“ Aku menghembuskan napas perlahan, “..nunggu ketemu dia dulu kelamaan, gue takut..ngga sempet.“
“Nggak sempet gimana maksud loe?“ Tanya nya dengan mata memicing.
Aku gelagapan.
Duh..sepertinya aku salah bicara.
“Ya, ya, I mean..mana tau nanti dia duluan jadian sama orang lain, ya, gue nggak mungkin nyatain cinta disaat dia udah ada yang punya kan?“
Sahabatku menghembuskan napas tak kentara. “Okay, pikiran dulu baik-baik. Loe harus nge-make sure hati loe sebelum bertindak, termasuk nyatain cinta. Kalau loe udah yakin, ya silahkan beraksi.“ Ucapnya sembari menepuk pundakku.
Aku menyeringai lebar. Dan entah kenapa, tiba-tiba saja aku ingin menciumnya..ahaha
Finally, mendaratlah sebuah kecupan di pipi kanannya, yang disambut dengan pekikan keras olehnya. Ahaha..you're so cute my bestiest..
***
Subject : I miss you
From : bubble_boy@yahoo.co.id
To : callme_myname@yahoo.co.id
Dear my bubble girl,
Hi! Apa kabar? Loe kamana aja sih? Kok Y!M-nya nggak aktif-aktif? Loe collaps lagi yah? Jangan bikin gue penasaran dong, gue khawatir banget nih sama loe ☹
Aku tersenyum kecil membaca sepotong e-mail darinya. Lagi-lagi kalimat pembukanya membuat ku melayang. My bubble girl? 'My' itu lebih merujuk pada ke-pemilik-kan, kan? Selain itu ada sebuah emotion disana, sad?
Sialnya, gue nggak punya nomer handphone loe-_- share dong ke gue. Bales e-mail gue yah? Gue bener-bener berharap loe baik-baik aja.
I miss you..
Cheers!
Your bubble boy
Aku kembali tertawa lirih, pusing yang ku rasakan membuat gerakan jemariku yang berniat membalas e-mailnya terhenti.
'Please, jangan sekarang.'
Aku menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Mensugesti diriku sendiri, bahwa sakit itu tidak ada. Yah, aku baik-baik saja.
Ketika mulai merasa nyaman, aku kembali menggerakan jemariku.
Subject :
From : callme_myname@yahoo.co.id
To : bubble_boy@yahoo.co id
Aku sengaja mengosongkan kolom subject karena masih belum menemukan kalimat yang tepat untuk ku letakkan disana.
Dear my bubble boy,
Hi! Gue baik-baik aja nih. Loe sendiri gimana? Err..emang collaps lagi sih, makanya nggak online, tapi sekarang..gue sehat kok :D
Cie yang khawatir, gue lebih khawatir lagi sama loe. Takut loe ngelupain gue..hihii
Lagi!
Sakit itu kembali menyerbu kepalaku. Entah bagaimana, seluruh pergerakan jemariku kembali melemah. Tapi aku belum menyelesaikan balasanku, dan harus menyelesaikannya.
Gue mau ngebuat suatu pengakuan sama loe. Boleh? Boleh dong! Nggak ada yang berhak untuk ngelarang gue, ya kan? :p
Sebenernya gue
Tes!
Setetes cairan kental berwarna merah mendarat di keyboard mac book ku, membuat tombol B disana menjadi kotor.
Aku menyeka hidungku dengan kasar, dan berniat melanjutkan balasanku
gue suka sama loe. Atau mungkin sayang?
Dan kali ini, aku benar-benar merasa tidak sanggup. Darah itu terus keluar dari hidungku, dan sakit itu kian menusuk-nusuk kepalaku.
Sedikit lagi ya Tuhan..
Pandanganku memburam dan dengan dipaksakan aku menggerakan ke sepuluh jariku, untuk mengetik serangkai kalimat..
I love you, my bubble boy..
----
Epilog..
Pria itu hanya termenung didepan layar computernya. Status Y!M-nya selalu online beberapa hari ini. Berkali-kali ia bolak-balik untuk memeriksa e-mail masuk yang mungkin saja ada.
Dua bulan sudah, ia mengirim e-mail itu. Dua bulan sudah, ia menantikan balasannya. Dua bulan penantian ini, namun tak ada hasilnya.
“What happens with you? You make me so scared, girl..“
Ia membuka sebuah folder berjudul 'my bubble girl'.
Banyak foto dengan berbagai macam ekspresi disana, foto siapa lagi kalau bukan si 'bubble_girl' yang telah menjadi teman setianya di dunia maya--yang berhasil ia dapatkan dengan mengubek-ubek koleksi foto di acc facebook si gadis bubble tersebut. Seseorang yang belum diketahui wujud pastinya, namun tanpa bisa disangkal telah membuatnya jatuh cinta.
Ia menghela napas. Kemudian kembali memasukkan ID e-mail beserta passwordnya. Dan..sebuah e-mail baru telah menanti untuk dibuka.
Dengan tak sabar ia mengklikk cepat new e-mail yang ada disana.
Subject : tentang bubble_girl
From : freaky_girl@yahoo.co.id
To : bubble_boy@yahoo.co.id
Hi! bubble boy..
Gue nggak tau nama asli loe siapa, tapi gue cukup tau banyak tentang loe. Mungkin loe heran tapi biar gampang gue kasih tau, gue sahabatnya bubble girl loe itu.
Ada satu hal yang pengen gue kasih tau sama loe. Ralat, dua hal. Pertama, jujur gue berat buat ngasih tau ini, tapi gue harus bilang kalau..bubble girl udah nggak ada. Loe ngerti maksud gue kan?
Gue harap loe juga bisa nebak apa penyebabnya. Gue nggak bisa ngasih tau detailnya karena, loe pasti tau seperti apa bubble girl loe itu. Dia nggak suka kalau orang jadi simpatik sama dia karena penyakitnya.
Btw, hal kedua yang pengen gue kasih tau adalah.. Di bawah ada capture-an balasan e-mail dari bubble girl loe itu, itu sebuah pengakuan dia juga sebenernya. Sebelum dia bener-bener pergi, dia sempet nulis balasan itu tapi sayang dia nggak sempat ngirim.
Salam,
SA.
Pemuda itu segera memperbesar--dengan pilihan zoom, sebuah gambar yang ada bersama e-mail tersebut.
Matanya bergerak cepat membaca balasan e-mail yang terdapat dalam gambar capture itu. Satu kalimat yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Satu kalimat yang membuat darahnya berdesir hebat.
I love you, my bubble boy..
Tanpa sadar setetes airmata jatuh membasahi pipinya. Menjadi bentuk nyata bahwa ia tersanjung akan kalimat itu. Menjadi bukti bahwa ia, juga memiki rasa yang sama terhadap gadis tersebut.
I love you too, my bubble girl..
Dan akhirnya, kalimat itu hanya bisa ia telan bersama rasa penyesalan didalam hatinya..
• FIN •
title song : Menemukanmu
artist : Opick
Inspirasi dari hati yang galau. Maaf kalau gaje yah teman.. Maaf kalau kalimatnya berantakan dan ceritanya..aneh?
Itu ID yg ada disana semuanya hoax, karangan, imajinasi penulis aja. Yah, begitulah. Saran dan kritiknya ditunggu!
Cheers!
@sugargirl08
0 komentar:
Posting Komentar