......
Ada sesuatu saat ku melihatmu
Terdiam membisu dalam sendirimu...
Ku tahu sesuatu t'lah terjadi
Dalam perjalanan cintamu dengannya...
------
Pria putih berwajah oriental itu dengan hati-hati menghampiri seorang gadis manis yang tengah duduk sendiri dikursi taman belakang sekolahnya. Terlihat olehnya pundak gadis itu bergerak naik turun, dengan kepala sedikit menunduk dan ditumpukan pada kedua tangannya "pasti lagi nangis."pikirnya.
Pukkk..pria itu menyentuh halus pundak gadis itu, membuat sang gadis sedikit terkejut dan menoleh ke arah seseorang yang sudah menyentuh pundaknya.
Pria itu tersenyum, "gue boleh duduk disini kan?" tanya nya. Tanpa berucap sepatah katapun gadis itu hanya menggerakkan kepalanya kebawah -mengangguk- sebagai tanda mengizinkan.
"lo kenapa nangis?" tanya nya, gadis yang masih terisak itu menggeleng "jangan bohong sama gue, emm..gara-gara e..Rio yah?" tanya nya -lagi- hati-hati.
Gadis itu menoleh ketika pria itu menyebut nama Rio, tanpa disangka ia langsung memeluk pria itu "huaaaa...Alvinnn...Rio jahat Vin, Rio jahat...hiks..hiks..masa..masa..dia...huaaaa!" gadis itu terus menangis sambil memukul pelan dada pria yang disebutnya Alvin.
Alvin berusaha menahan kedua tangan gadis yang terus memukulnya secara liar, sedikit sakit sih "aduh..duh..duh Fy..kalem dong, kalem, sakit nih." ujar Alvin setengah meringis.
Ify menarik tangannya kemudian menyusut air matanya yang mulai mereda.
"maaf~" ucapnya lirih.
Alvin mengusap lembut rambut Ify "iya gak papa." Ify tersenyum, "emm..apa ini ada hubungannya sama Shilla lagi Fy?" tanya Alvin, Ify hanya mengangguk.
Sebuah senyum pahit terukir dibibirnya, pandangannya lurus kedepan menatap hamparan rumput hijau yang dipijaknya "sampai kapanpun gue emang gak bakalan bisa nyaingin Shilla, Vin. Dia terlalu sempurna." ujar Ify, "mungkinn..Rio udah gak sayang kali yah Vin, sama gue." sambungnya miris.
Alvin menggeleng, "siapa bilang? Rio tuh sayang kok sama lo, buktinya Rio lebih memilih elo buat jadi pacarnya dia kan? Dan sampe sekarang dia gak pernah minta putus atau pun mutusin lo kan?" ujar Alvin berusaha membesarkan hati Ify, meskipun jauh didasar lubuk hatinya, ia memaki dirinya yang sudah munafik..
"thanks yah Vin, lo emang sahabat gue yang palingggggggg..baik." ucap Ify disertai seulas senyum manisnya, "gue sayang sama lo." sambungnya kembali memeluk Alvin, pelukan persahabatan.
Alvin tersenyum kecut, 'seandainya lo tau Fy, gue juga sayang sama lo lebih dari sahabat.' batin Alvin.
.....
Mungkin memang aku bukanlah dirinya
Yang lebih dulu mencintai dirimu...
Namun ku yakin ku akan mampu
Untuk merebut hatimu darinya...
-----
Alvin menatap nanar pemandangan didepannya. Dimana Ify tengah bersenda gurau dengan Rio, kekasihnya yang beberapa hari lalu telah membuatnya menangis dipelukan Alvin. Ify terlihat sangat bahagia, sesekali ia mencubit mesra -menurut Alvin- Rio yang sepertinya tengah menggodanya.
"ahhh..Rio ih..seneng banget ngegodain Ify~" Ify merajuk manja, sambil sesekali mencubit kecil pinggang Rio. Disela-sela tawanya Rio meringis kecil, sakit juga dicubit kecil seperti itu oleh Ify.
"ahaha..iya deh iya, tapi udahan dong nyubitinnya. Pinggang Rio sakit Ify.." ucap Rio sambil menahan tangan Ify yang terus mencubitnya. Rio menatap dalam kedua bola mata Ify, membuat Ify tertunduk malu "Fy...Rio minta maaf yah.." ucapnya lembut.
Ify mendongak dan mendapati Rio yang tengah tersenyum tulus kepadanya "minta maaf buat apa?"
"karna udah ngebuat Ify nangis dipelukan Alvin waktu itu."
Ify terkejut, berarti Rio melihat semuanya. Termasuk gerakan refleks Ify yang memeluk Alvin "emm..Yo, tapi Ify gak--"
Rio menggenggam lembut jemari Ify "ssttt..Rio ngerti kok. Lagian kan Alvin sahabatnya Ify." ucap Rio tanpa melepaskan pandangannya dari Ify, Ify tersenyum manis.
"emmm...Yo, Ify mau nanya sesuatu sama Rio, boleh?" tanya Ify hati-hati, alis Rio bertaut namun begitu ia tetap menganggukkan kepalanya. "emmm..Rio sama Shilla ada hubungan apa?" tanya Ify -lagi-, ia memberanikan diri menatap tepat dikedua bola mata Rio sekedar meyakinkan Rio jujur atau bohong.
Rio menghela nafas berat, "hhhh...Ify percaya sama Rio kan?" Rio balik bertanya, tentu saja Ify mengangguk karna memang selama ini ia selalu percaya dan berusaha untuk tetap terus percaya pada Rio "Rio sama Shilla gak ada hubungan apa-apa, kita cuman temen deket sama kaya Ify yang deket sama Alvin." sambung Rio mantap, Ify melihat kejujuran dimata Rio lantas ia tersenyum.
Sementara disudut lain, tepatnya disamping pohon akasia, Alvin tersenyum miris melihatnya. Disatu sisi ia bahagia melihat senyum manis Ify tanpa adanya kesedihan tapi disisi lain, ia juga merasa sakit melihat orang yang ia sayangi bahagia dengan seorang pria yang terlalu sering menyakiti hati orang yang disayanginya itu.
"ngeliat orang yang kita sayangin bahagia dengan orang lain emang sakit tapi lebih sakit lagi kalau ngeliat orang yang kita sayangi itu bersedih." ucap seseorang yang tentu saja sukses mengagetkan Alvin. Alvin menoleh, menatap pria yang berujar tiba-tiba itu.
"maksud lo Kka?" tanya Alvin tak mengerti.
Cakka tersenyum "ya itu, yang lo rasain sekarang, gue tau lo sakit hati ngeliat Ify sama Rio seneng kaya gitu tapi lo pasti jauh lebih sakit lagi kan, kalau ngeliat Ify sedih?" Alvin mengangguk, mulai paham dengan maksud perkataan Cakka. Cakka menepuk-nepuk pundak Alvin, "lo udah ngerasain kan?" tanya nya dan lagi-lagi Alvin mengangguk.
"iya Kka. Gue sedih banget ngeliat Ify nangis kaya waktu itu, ya mesikpun sekarang juga sakit hati tapi...se-ngga nya hati gue sedikit lega ngeliat dia bisa tersenyum lepas kaya gitu." ucap Alvin miris. Pandangannya tetap mengarah kepada Rio yang kini tengah bercanda dengan Ify.
"sabar bro, kalau emang Ify udah digariskan buat lo, mau sekarang dia nya cinta banget sama Rio tetep aja dia bakalan jadi milik lo suatu saat nanti," ucap Cakka meyakinkan, "kalau emang dia digariskan buat lo." sambungnya, kemudian ia tertawa kecil melihat ekspresi Alvin yang sedikit kesal mendengar ucapan terakhirnya.
"sialan lo Kka, awalnya bagus banget udah bikin gue terbang eh..ujung-ujungnya malah ngejatohin gue." Alvin bersungut kesal.
"peace mamen..hidup itu dibawa santai aja."
"lo sih enak santai, kan lo udah bisa ngedapetin cinta lo, si Agni itu." ujar Alvin, terbersit rasa iri dihatinya melihat teman-temannya yang cukup beruntung dalam hal percintaan "gue kasian sama Ify, karna Rio udah dengan tega ngeduain Ify tapi gue gak bisa berbuat apa-apa.." sambungnya putus asa.
Cakka terkekeh, ia menggaruk-garuk tengkuknya yang tentunya sama sekali tidak gatal "hehee..tapi jangan salah bro, gue juga butuh perjuangan tau buat ngedapetin hatinya Agni." ujar Cakka serius "dan saingan gue itu saudara gue sendiri, parah kan?" sambungnya, Alvin sedikit terkejut mendengar ucapan Cakka.
"jadi kak Riko pernah suka sama Agni?!" tanya Alvin kaget.
"bukan suka lagi, sempet pacaran malah."
"terus gimana?"
"ya gak gimana gimana, intinya kalau emang menurut lo Rio gak baik buat Ify lo harus bisa jadi yang terbaik buat Ify. Lo harus perjuangin cinta lo, buktiin kalau lo lebih pantes buat Ify ketimbang Rio." jelas Cakka bersemangat, ia terlihat sangat menyetujui kalau Alvin menjadi pengganti Rio dihati Ify.
......
Sakit hatiku...
Saat kau dekat dengannya...
Kau peluk mesra dirinya...
Namun aku tak kuasa...
-----
Ify tersentak kaget, tenggorokannya seakan tercekat, tak sepatah katapun mampu keluar dari bibirnya. Yang ada hanyalah butiran-butiran bening yang mengaburkan pandangannya, dan secara perlahan mengalir dikedua pipinya. Tak percaya, namun semua itu terjadi secara nyata. Seseorang yang amat disayanginya tengah bermesraan dengan seorang wanita yang sudah tak asing lagi baginya. Masihkah ia dianggap sebagai kekasih oleh Rio? Apa hubungan Rio dan Shilla adalah hubungan yang sama seperti hubungannya dengan Alvin?
"Fy..Fy..lo kenapa?" tanya Sivia salah satu sahabat Ify. Ia merasa heran karna panggilannya tak disahuti oleh Ify. "lo nangis?" tanya nya -lagi- ketika melihat pipi Ify yang mulai basah.
"kita pulang Vi.." ajak Ify lirih, Sivia sebenarnya tidak mengerti namun ia menurut. Mungkin dirumah Ify akan lebih tenang dan siap bercerita dengannya. Baru saja ia membalikkan badannya, ia dikejutkan oleh suatu pemandangan yang diyakininya sebagai penyebab menangisnya Ify.
"ya ampun..Rio!!" seru Sivia yang tentu saja sukses mengalihkan perhatian Rio dari gadis itu kearah Sivia dan Ify.
"Sivia..If..Ify?!" ucap Rio kaget.
Ify tidak banyak bicara, ia langsung menarik tangan Sivia keluar dari mall itu.
"Ify...Ify!! Rio bisa jelasin semuanya!" Rio berteriak sambil terus mengejar Ify, namun ada tangan lain yang menahan langkahnya.
"sudahlah Yo gak usah dipikirin, mungkin ini udah saatnya Ify tau semuanya." ucap gadis itu santai, seolah apa yang terjadi dihadapannya itu adalah hal yang biasa.
Rio menatap marah kepada gadis itu, "lo enak ngomong gitu, gue gak bisa setenang lo Shill!" bentaknya, nafasnya memburu cepat pertanda betapa marahnya dia. "karna..karna gue sayang..sayang banget sama Ify.." sambungnya lirih. Kemudian tanpa berkata-kata lagi, Rio pergi meninggalkan Shilla yang terpaku ditempatnya.
"Rio sayang banget sama Ify..." gumamnya pelan diiringi deraian air mata yang mengalir dengan sendirinya. Sekilas Shilla memandang cincin putih yang melingkar dijari manisnya.
"Apa emang semua harus diakhiri sekarang juga, Yo?"
......
Tahukah kau apa yang ku rasakan?
Selalu saat berada didekatmu
Ingin rasanya aku mendekapmu
Tuk janjikan tak kan lagi kau terluka
-----
Alvin menghirup nafas sebentar, lalu memantapkan hatinya untuk menghampiri Ify yang tengah duduk termenung ditaman sekolah, seperti biasa. Alvin sudah tahu mengenai kejadian kemaren dari Sivia dan jujur Alvin merasa khawatir saat itu.
"nangis kalau emang lo mau nangis." ucap Alvin datar. Kenapa? Karna Alvin selalu merasa sakit saat melihat kedua mata Ify mengeluarkan air matanya. Baginya air mata Ify terlalu berharga untuk pria seperti Rio.
Ify mengangkat wajahnya dan lagi-lagi ia menemukan wajah Alvin yang seperti biasa selalu menemaninya saat ia sedang bersedih
"Alvin.." ucapnya lirih, Alvin mengangguk lalu memposisikan dirinya untuk duduk disebelah Ify.
"Rio lagi?" tanya Alvin basa-basi, yah meskipun ia sudah mengetahui hal yang sebenarnya tapi Alvin ingin bersikap seolah-olah tidak tahu.
Ify mengangguk pelan, kemudian ia menundukkan wajahnya, air mata yang ditahan itu akhirnya tumpah juga. Dengan ragu Alvin menyentuh tangan Ify dan menggenggamnya. Ify menoleh, namun tak berusaha melepaskan genggaman tersebut.
"gue sayang Rio, Vin." ucap Ify yang tiba-tiba saja membuat Alvin melepaskan genggamannya. "Tapi kayaknya Rio nggak sayang gue."
Alvin terdiam, tak tahu harus berbuat apa. Tangisan Ify selalu membuat hatinya terasa sesak, dan sakit. Andai saja Ify mau mencoba membuka sedikit peluang pada hatinya, untuk berkelana mencari yang 'baru' mungkin perasaan Alvin mampu terbaca olehnya.
"Fy, gue nggak tau mesti bilang apa, tapi...pertahankan jika itu yang terbaik, dan lepaskan jika itu jauh lebih baik." ucap Alvin yang membuat Ify mengerutkan kening.
"Kenapa gue nggak bisa ngerasain keindahan cinta ya, Vin?" tanya Ify lirih.
"Indahnya cinta bisa dirasain semua orang, Fy. Cuman caranya beda. Ada yang ngerasa cinta itu indah banget saat kita bisa memiliki dia yang kita cinta meskipun kita nggak tau, apakah dia yang kita cinta itu bahagia, bisa dimilikin sama kita?" jelas Alvin "tapi ada juga yang bisa ngerasa cinta itu indah, saat kita bisa melihat orang yang kita cinta itu bisa tersenyum meski gak sama kita. Bisa membuat dia tertawa meski harus sama orang lain. Dan buat gue, itu adalah keindahan cinta yang sesungguhnya. Selalu bisa melihat senyum dan tawa, orang-orang yang kita cinta." Alvin menyunggingkan seulas senyuman diakhir penjelasannya. Penjelasannya yang mengalir secara tiba-tiba dari mulutnya, dan tanpa sadar mulai ia coba untuk pahami dan mengerti akan maksud ucapannya -tadi- itu.
Semilir angin sejuk yang berhembus disekitarnya ternyata juga mampu membawa pergi kepedihan yang melanda jiwa Ify. Pencerahan yang ia dapatkan saat berbagi dengan Alvin selalu membuat senyumnya kembali merekah.
"Thanks yah, Vin. Selalu elo, nggak tau kenapa..tapi kayaknya Tuhan seneng banget mempertemukan gue sama lo, dan ajaibnya gue selalu tenang setiap abis curhat sama lo," ucap Ify disertai segurat senyum tulus penuh terima kasih dari bibir mungilnya. Alvin tak menjawab, ia hanya membalas semua itu dengan senyum bahagia penuh kelegaan dari hatinya.
'Asal lo tau, Fy. Apapun.. Selagi gue mampu, selama gue bisa, gue akan selalu bikin lo senyum, dengan cara gue sendiri!'
***
'Pertahankan jika itu yang terbaik, dan lepaskanlah jika itu jauh lebih baik.'
Seuntai kalimat yang cukup membingungkan dikepala Ify -hasil dari buah pikiran Alvin-, kembali terlintas dibenaknya. Lantas membuat Ify memikirkannya berulang-ulang. Entahlah, secara ucapan begitu sederhana, tapi sepertinya kalau untuk dijabarkan begitu luar biasa.
Lama gadis manis berdagu lancip itu mengetukkan ujung pulpennya diatas meja. Berharap sedikit pencerahan akan membantunya terlepas dari rasa penasaran.
"Sebenernya maksud Alvin apa sih?" tanya nya pada diri sendiri, "pertahanin kalau baik, tapi lepasin kalau jauh lebih baik." ucapnya, mengulang perkataan Alvin dengan lebih sederhana.
Merasa terlalu pusing dengan semua ini, lantas ia meraih smartphone putih berlayar touchscreen yang tergeletak pasrah disamping bantalnya.
***
"Ya hallo, Fy!" sapa Sivia segera, saat ponselnya berdering nyaring. Alisnya berkerut saat tiba-tiba saja, Ify memberondongnya dengan pertanyaan yang menurutnya agak aneh.
"Tadi gue curhat sama Alvin, Vi. Dan yang bikin gue bingung.. Alvin bilang gini 'pertahankan jika itu lebih baik, tapi lepaskanlah jika itu jauh lebih baik.' Nah itu maksudnya apa sih?"
Itu lah pertanyaan Ify yang terdengar aneh ditelingan Sivia. Tapi toh akhirnya di jawab juga. Meski menggunakan logika..
"Ya emm gimana yah, gini deh selama ini lo terus-terusan dibo'ongin Rio tapi tetep ngebuat lo keukeuh untuk mempertahankan hubungan kalian. Apa lo bahagia dengan semua ini? Nggak kan?" Sivia melengos mendengar jawaban 'iya' yang berarti 'gue nggak bahagia' terlontar dari mulut Ify.
"Nah, itu lo tau nggak. Berarti hubungan lo sama dia mulai gak sehat. Selama ini cuman dia yang bisa bahagia dan elo selalu terluka. Ini udah nggak baik Fy! Bukan cuman buat lo tapi juga buat Rio. Elo selalu sakit hati dan membiarkan Rio menjadi seorang cowok munafik, pecundang..kalau elo tetep mempertahankan dia." jelas Sivia berapi-api "elo bisa milikin raganya Rio, tapi nggak hatinya. Itu nggak baik, Fy."
***
Ify menarik nafas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya secara perlahan. Detik ini juga ia memutuskan, akan segera mengakhiri hubungan yang pernah terjalin diantara dirinya dan Rio. Cukup sudah ia menahan semua amarahnya, sudah tak ada lagi yang perlu dipertahankan. Dan mungkin memang ini jalannya...putus.
"Dengan elo ngelepasin dia, semoga itu bisa ngebuat dia sadar, perasaan bukan untuk mainan. Dan mungkin dengan begitu, elo juga bisa ngebantu Rio untuk belajar menjadi lelaki sejati. Memiliki satu wanita yang memang benar-benar dia cintai."
"Elo juga harus bisa membuka hati lo, Fy. Memberi kesempatan sama 'hati' lain yang mungkin tanpa lo sadarin udah nunggu-nunggu lo dari lama."
"Gue yakin, ngelepasin Rio jauh lebih baik daripada lo mertahanin dia. Kalian bisa sama-sama bebas, sama-sama lepas. Gak jadi orang munafik seolah-olah mencintai pasangannya, atau jadi orang bahagia yang tetap tersenyum meski selalu disakitin sama pasangannya."
Dan semua penjelasan dari Sivia di penghujung pembicaraan via telpon mereka tadi, semakin membuat Ify yakin akan keputusannya. Meski tanpa kedua gadis itu ketahui, ada alasan tertentu yang menyebabkan seorang Rio memiliki keterikatan dengan Shilla.
Lepaskanlah jika itu jauh lebih baik...
***
"Emm sorry, Fy. Aku telat yah?" tanya Rio dengan nafas terengah-engah. Ia buru-buru menghempaskan tubuhnya disamping Ify.
Ify menggeleng maklum, "kita putus aja, Yo!" ucap Ify tegas. To the point, tanpa berbasa-basi. Lebih baik langsung selesai dengan cepat daripada harus membuang waktu dengan menumpahkan air mata.
Berbeda dengan Ify yang nampak santai, Rio justru tersentak tak percaya.
"Ke..kenapa, Fy? Aku..kenapa kamu minta putus?"
Ify jengah. Tidakkah Rio sadar? Ia telah menyakiti Ify berulang-ulang. Ia telah menggoreskan luka yang sama tanpa memberikan kesempatan pada luka yang lama untuk sembuh.
"Terusin hubungan kamu sama Shilla dan lupain aku. Berusahalah untuk menjadi lelaki setia, yang hanya memacari satu wanita."
Setelah berkata -dengan nada datar- demikian, Ify segera melangkah meninggalkan Rio. Tak ingin memberikan kesempatan pada lelaki tersebut untuk meluahkan isi hatinya, yang bisa saja menggoyahkan keputusan Ify.
Ditemani derai air mata yang mengalir lirih, Ify melangkahkan kakinya menjauh dari sosok Rio. Cukup sudah keletihan hari ini ia rasakan, hari esok tak ingin ia rasakan lagi kepedihan yang sama kembali terulang.
.....
Detak jantungku pun berhenti sejenak
S 'lalu saat berada di dekatmu
Ingin rasanya ku hentikan waktu
Bersamamu s 'lamanya
------
Pasca seminggu putus dari Rio, Ify mencoba menjalani harinya seperti biasa, tanpa Rio. Tidak terlalu sulit ternyata, karena mungkin...pengkhianatan Rio jualah yang pada akhirnya menghapus rasa cinta itu secara perlahan. Hubungannya dengan Rio mulai merenggang, nyaris tak ada kontak. Namun tanpa sepengetahuan Ify, pemuda hitam manis tersebut tetap setia memantau gadis itu dari jauh. Penyesalan yang selalu datang terlambat itulah yang akhirnya menyadarkan Rio bahwa Ify lah segalanya. Ify lah senyumnya, Ify lah tawanya, Ify lah bahagianya. Dan kini surga ceria itu bukan lagi menjadi miliknya.
"Fy?"
"Ya, Vin?"
Ify menaikkan sebelah alisnya ketika melihat raut tegang yang terpampang diwajah pemuda sipit tersebut. Nampak bulir-bulir keringat membasahi wajah tampan Alvin. Membuat Ify melirik ke atas langit yang menurutnya tak begitu terik, malah mendung.
"Gimana perasaan lo sekarang? Eumm setelah putus sama Rio?"
Ify tersenyum samar, "Lebih free. Lebih lega. Yahh, kayaknya ngelepasin dia emang lebih baik." ucapnya menerawang "kenapa emangnya?"
"Eumm..."
Alvin menggumam panjang. Detak jantung yang tak bisa diajak berkompromi ini sukses membuyarkan konsentrasinya. Semua kalimat indah yang terangkai rapi dibenaknya mendadak hancur seketika.
"Kenapa, Vin?" tanya Ify tak sabar.
"Apa..apa lo gak berniat membuka hati lo untuk--"
"Gue akan ngebuka hati gue untuk orang lain kok, Vin. Asal orang itu bisa ngeyakinin gue aja, kalau sama dia jauh lebih baik dibandingin dengan orang yang pernah ada di masa lalu gue."
"Gue bisa jamin, kalau elo sama gue...semua nggak akan sama kayak apa yang pernah lo alamin dulu." ucap Alvin mantap. Entah bagaimana bisa, keberanian itu muncul dengan sendirinya.
Hati Ify berdesir mendengarnya. Secara perlahan, ritme detak jantungnya beroperasi lebih liar dari sebelumnya.
"Mak..maksud lo, Vi..n?"
"Satu keinginan terpendam gue dari dulu, Fy. Gue pengen banget lo tau kalau gue sayang sama lo, tapi gue nggak mau berharap lebih, elo nggak nerima gue jadi cowok lo...gue nggak akan marah, tapi gue harap kita masih tetep sahabatan."
Ify geli sendiri mendengarnya. Ingin tapi seperti tak ingin. Ahhh, seperti itulah kira-kira. Terlalu pasrah, menurut Ify jalan pikiran Alvin.
"Emang elo nembak gue?"
"Hahhh?"
"Yaa, itu tadi elo sekedar ngungkapin atau juga nembak gue?"
"Hufttt..gue nembak lo, Fy. Tapi semua keputusan itu ada di tangan lo, kok. Gue nggak mau lo nerima gue karena terpaksa."
"Ya mungkin rasa ini belum sepenuhnya milik lo, Vin. Tapi mungkin seiring berjalannya waktu, dengan elo yang selalu ada disamping gue...mungkin rasa ini akan seutuhnya jadi milik lo."
Alvin terdiam, menerka-nerka maksud ucapan Ify. Me-ne-ri-ma-nya-kah?
"Maksudnya?"
Ify melengos sebal. Panjang lebar memberikan jawaban, respon Alvin justru seperti orang yang tidak paham.
"Bantu gue buat jatuh cinta sama lo." ucap Ify singkat. Namun mampu membuat Alvin membeku ditempat. Tanpa berniat menyadarkan Alvin dari perasaan tak percayanya, Ify meninggalkan Alvin sambil tersenyum bahagia.
Semoga memang bersama Alvin semua akan jauh lebih baik. Semoga...
+++++
Ekhem ekhemm...sebelumnya minta maaf dulu yaah sama para RFM, kali ini gue hadir dengan cerpen AlFy._. *bungkukin badan*
Banyak yang nggak minat yah? Soalnya setau gue rata-rata temen gue RFM sih, jadi sorry yah buat yang kecewa *PD Kambuh*
Emm tapi tenaangggg~~ masih ada 2 cerpen yg menanti, dengan couple...Ri to the Fy sama dengan Rio Nia *upss maksudnya Rio Ify._v
Yang satu special ultahnya Mastev plus sekaligus anniv RFM yeayyyyyy
Eh kalau usia bayi, umur 1th itu udah mulai bisa berdiri yah kalau gak salah? Ponakan aku sih kalau gak salah gitu._.
Okayy, semoga..dengan satu tahunnya RFM, RFM bisa semakin berdiri tegak menghadapi para haters songong--v yg suka ngadu domba ehehe
Eh udah ah, tinggalkan jejak cinta (?) kalian yahhhhh..dan buat yang udah ninggalin jejak, soverythankyousomuch muach muach :*
Song :
• Inginku by Cappucinno
• Sakit hatiku by Rossa
Follow :
@Niastvnia
http://niastevania.blogspot.com/
_dengan cinta Nia 'nistev' Stevania_
Ada sesuatu saat ku melihatmu
Terdiam membisu dalam sendirimu...
Ku tahu sesuatu t'lah terjadi
Dalam perjalanan cintamu dengannya...
------
Pria putih berwajah oriental itu dengan hati-hati menghampiri seorang gadis manis yang tengah duduk sendiri dikursi taman belakang sekolahnya. Terlihat olehnya pundak gadis itu bergerak naik turun, dengan kepala sedikit menunduk dan ditumpukan pada kedua tangannya "pasti lagi nangis."pikirnya.
Pukkk..pria itu menyentuh halus pundak gadis itu, membuat sang gadis sedikit terkejut dan menoleh ke arah seseorang yang sudah menyentuh pundaknya.
Pria itu tersenyum, "gue boleh duduk disini kan?" tanya nya. Tanpa berucap sepatah katapun gadis itu hanya menggerakkan kepalanya kebawah -mengangguk- sebagai tanda mengizinkan.
"lo kenapa nangis?" tanya nya, gadis yang masih terisak itu menggeleng "jangan bohong sama gue, emm..gara-gara e..Rio yah?" tanya nya -lagi- hati-hati.
Gadis itu menoleh ketika pria itu menyebut nama Rio, tanpa disangka ia langsung memeluk pria itu "huaaaa...Alvinnn...Rio jahat Vin, Rio jahat...hiks..hiks..masa..masa..dia...huaaaa!" gadis itu terus menangis sambil memukul pelan dada pria yang disebutnya Alvin.
Alvin berusaha menahan kedua tangan gadis yang terus memukulnya secara liar, sedikit sakit sih "aduh..duh..duh Fy..kalem dong, kalem, sakit nih." ujar Alvin setengah meringis.
Ify menarik tangannya kemudian menyusut air matanya yang mulai mereda.
"maaf~" ucapnya lirih.
Alvin mengusap lembut rambut Ify "iya gak papa." Ify tersenyum, "emm..apa ini ada hubungannya sama Shilla lagi Fy?" tanya Alvin, Ify hanya mengangguk.
Sebuah senyum pahit terukir dibibirnya, pandangannya lurus kedepan menatap hamparan rumput hijau yang dipijaknya "sampai kapanpun gue emang gak bakalan bisa nyaingin Shilla, Vin. Dia terlalu sempurna." ujar Ify, "mungkinn..Rio udah gak sayang kali yah Vin, sama gue." sambungnya miris.
Alvin menggeleng, "siapa bilang? Rio tuh sayang kok sama lo, buktinya Rio lebih memilih elo buat jadi pacarnya dia kan? Dan sampe sekarang dia gak pernah minta putus atau pun mutusin lo kan?" ujar Alvin berusaha membesarkan hati Ify, meskipun jauh didasar lubuk hatinya, ia memaki dirinya yang sudah munafik..
"thanks yah Vin, lo emang sahabat gue yang palingggggggg..baik." ucap Ify disertai seulas senyum manisnya, "gue sayang sama lo." sambungnya kembali memeluk Alvin, pelukan persahabatan.
Alvin tersenyum kecut, 'seandainya lo tau Fy, gue juga sayang sama lo lebih dari sahabat.' batin Alvin.
.....
Mungkin memang aku bukanlah dirinya
Yang lebih dulu mencintai dirimu...
Namun ku yakin ku akan mampu
Untuk merebut hatimu darinya...
-----
Alvin menatap nanar pemandangan didepannya. Dimana Ify tengah bersenda gurau dengan Rio, kekasihnya yang beberapa hari lalu telah membuatnya menangis dipelukan Alvin. Ify terlihat sangat bahagia, sesekali ia mencubit mesra -menurut Alvin- Rio yang sepertinya tengah menggodanya.
"ahhh..Rio ih..seneng banget ngegodain Ify~" Ify merajuk manja, sambil sesekali mencubit kecil pinggang Rio. Disela-sela tawanya Rio meringis kecil, sakit juga dicubit kecil seperti itu oleh Ify.
"ahaha..iya deh iya, tapi udahan dong nyubitinnya. Pinggang Rio sakit Ify.." ucap Rio sambil menahan tangan Ify yang terus mencubitnya. Rio menatap dalam kedua bola mata Ify, membuat Ify tertunduk malu "Fy...Rio minta maaf yah.." ucapnya lembut.
Ify mendongak dan mendapati Rio yang tengah tersenyum tulus kepadanya "minta maaf buat apa?"
"karna udah ngebuat Ify nangis dipelukan Alvin waktu itu."
Ify terkejut, berarti Rio melihat semuanya. Termasuk gerakan refleks Ify yang memeluk Alvin "emm..Yo, tapi Ify gak--"
Rio menggenggam lembut jemari Ify "ssttt..Rio ngerti kok. Lagian kan Alvin sahabatnya Ify." ucap Rio tanpa melepaskan pandangannya dari Ify, Ify tersenyum manis.
"emmm...Yo, Ify mau nanya sesuatu sama Rio, boleh?" tanya Ify hati-hati, alis Rio bertaut namun begitu ia tetap menganggukkan kepalanya. "emmm..Rio sama Shilla ada hubungan apa?" tanya Ify -lagi-, ia memberanikan diri menatap tepat dikedua bola mata Rio sekedar meyakinkan Rio jujur atau bohong.
Rio menghela nafas berat, "hhhh...Ify percaya sama Rio kan?" Rio balik bertanya, tentu saja Ify mengangguk karna memang selama ini ia selalu percaya dan berusaha untuk tetap terus percaya pada Rio "Rio sama Shilla gak ada hubungan apa-apa, kita cuman temen deket sama kaya Ify yang deket sama Alvin." sambung Rio mantap, Ify melihat kejujuran dimata Rio lantas ia tersenyum.
Sementara disudut lain, tepatnya disamping pohon akasia, Alvin tersenyum miris melihatnya. Disatu sisi ia bahagia melihat senyum manis Ify tanpa adanya kesedihan tapi disisi lain, ia juga merasa sakit melihat orang yang ia sayangi bahagia dengan seorang pria yang terlalu sering menyakiti hati orang yang disayanginya itu.
"ngeliat orang yang kita sayangin bahagia dengan orang lain emang sakit tapi lebih sakit lagi kalau ngeliat orang yang kita sayangi itu bersedih." ucap seseorang yang tentu saja sukses mengagetkan Alvin. Alvin menoleh, menatap pria yang berujar tiba-tiba itu.
"maksud lo Kka?" tanya Alvin tak mengerti.
Cakka tersenyum "ya itu, yang lo rasain sekarang, gue tau lo sakit hati ngeliat Ify sama Rio seneng kaya gitu tapi lo pasti jauh lebih sakit lagi kan, kalau ngeliat Ify sedih?" Alvin mengangguk, mulai paham dengan maksud perkataan Cakka. Cakka menepuk-nepuk pundak Alvin, "lo udah ngerasain kan?" tanya nya dan lagi-lagi Alvin mengangguk.
"iya Kka. Gue sedih banget ngeliat Ify nangis kaya waktu itu, ya mesikpun sekarang juga sakit hati tapi...se-ngga nya hati gue sedikit lega ngeliat dia bisa tersenyum lepas kaya gitu." ucap Alvin miris. Pandangannya tetap mengarah kepada Rio yang kini tengah bercanda dengan Ify.
"sabar bro, kalau emang Ify udah digariskan buat lo, mau sekarang dia nya cinta banget sama Rio tetep aja dia bakalan jadi milik lo suatu saat nanti," ucap Cakka meyakinkan, "kalau emang dia digariskan buat lo." sambungnya, kemudian ia tertawa kecil melihat ekspresi Alvin yang sedikit kesal mendengar ucapan terakhirnya.
"sialan lo Kka, awalnya bagus banget udah bikin gue terbang eh..ujung-ujungnya malah ngejatohin gue." Alvin bersungut kesal.
"peace mamen..hidup itu dibawa santai aja."
"lo sih enak santai, kan lo udah bisa ngedapetin cinta lo, si Agni itu." ujar Alvin, terbersit rasa iri dihatinya melihat teman-temannya yang cukup beruntung dalam hal percintaan "gue kasian sama Ify, karna Rio udah dengan tega ngeduain Ify tapi gue gak bisa berbuat apa-apa.." sambungnya putus asa.
Cakka terkekeh, ia menggaruk-garuk tengkuknya yang tentunya sama sekali tidak gatal "hehee..tapi jangan salah bro, gue juga butuh perjuangan tau buat ngedapetin hatinya Agni." ujar Cakka serius "dan saingan gue itu saudara gue sendiri, parah kan?" sambungnya, Alvin sedikit terkejut mendengar ucapan Cakka.
"jadi kak Riko pernah suka sama Agni?!" tanya Alvin kaget.
"bukan suka lagi, sempet pacaran malah."
"terus gimana?"
"ya gak gimana gimana, intinya kalau emang menurut lo Rio gak baik buat Ify lo harus bisa jadi yang terbaik buat Ify. Lo harus perjuangin cinta lo, buktiin kalau lo lebih pantes buat Ify ketimbang Rio." jelas Cakka bersemangat, ia terlihat sangat menyetujui kalau Alvin menjadi pengganti Rio dihati Ify.
......
Sakit hatiku...
Saat kau dekat dengannya...
Kau peluk mesra dirinya...
Namun aku tak kuasa...
-----
Ify tersentak kaget, tenggorokannya seakan tercekat, tak sepatah katapun mampu keluar dari bibirnya. Yang ada hanyalah butiran-butiran bening yang mengaburkan pandangannya, dan secara perlahan mengalir dikedua pipinya. Tak percaya, namun semua itu terjadi secara nyata. Seseorang yang amat disayanginya tengah bermesraan dengan seorang wanita yang sudah tak asing lagi baginya. Masihkah ia dianggap sebagai kekasih oleh Rio? Apa hubungan Rio dan Shilla adalah hubungan yang sama seperti hubungannya dengan Alvin?
"Fy..Fy..lo kenapa?" tanya Sivia salah satu sahabat Ify. Ia merasa heran karna panggilannya tak disahuti oleh Ify. "lo nangis?" tanya nya -lagi- ketika melihat pipi Ify yang mulai basah.
"kita pulang Vi.." ajak Ify lirih, Sivia sebenarnya tidak mengerti namun ia menurut. Mungkin dirumah Ify akan lebih tenang dan siap bercerita dengannya. Baru saja ia membalikkan badannya, ia dikejutkan oleh suatu pemandangan yang diyakininya sebagai penyebab menangisnya Ify.
"ya ampun..Rio!!" seru Sivia yang tentu saja sukses mengalihkan perhatian Rio dari gadis itu kearah Sivia dan Ify.
"Sivia..If..Ify?!" ucap Rio kaget.
Ify tidak banyak bicara, ia langsung menarik tangan Sivia keluar dari mall itu.
"Ify...Ify!! Rio bisa jelasin semuanya!" Rio berteriak sambil terus mengejar Ify, namun ada tangan lain yang menahan langkahnya.
"sudahlah Yo gak usah dipikirin, mungkin ini udah saatnya Ify tau semuanya." ucap gadis itu santai, seolah apa yang terjadi dihadapannya itu adalah hal yang biasa.
Rio menatap marah kepada gadis itu, "lo enak ngomong gitu, gue gak bisa setenang lo Shill!" bentaknya, nafasnya memburu cepat pertanda betapa marahnya dia. "karna..karna gue sayang..sayang banget sama Ify.." sambungnya lirih. Kemudian tanpa berkata-kata lagi, Rio pergi meninggalkan Shilla yang terpaku ditempatnya.
"Rio sayang banget sama Ify..." gumamnya pelan diiringi deraian air mata yang mengalir dengan sendirinya. Sekilas Shilla memandang cincin putih yang melingkar dijari manisnya.
"Apa emang semua harus diakhiri sekarang juga, Yo?"
......
Tahukah kau apa yang ku rasakan?
Selalu saat berada didekatmu
Ingin rasanya aku mendekapmu
Tuk janjikan tak kan lagi kau terluka
-----
Alvin menghirup nafas sebentar, lalu memantapkan hatinya untuk menghampiri Ify yang tengah duduk termenung ditaman sekolah, seperti biasa. Alvin sudah tahu mengenai kejadian kemaren dari Sivia dan jujur Alvin merasa khawatir saat itu.
"nangis kalau emang lo mau nangis." ucap Alvin datar. Kenapa? Karna Alvin selalu merasa sakit saat melihat kedua mata Ify mengeluarkan air matanya. Baginya air mata Ify terlalu berharga untuk pria seperti Rio.
Ify mengangkat wajahnya dan lagi-lagi ia menemukan wajah Alvin yang seperti biasa selalu menemaninya saat ia sedang bersedih
"Alvin.." ucapnya lirih, Alvin mengangguk lalu memposisikan dirinya untuk duduk disebelah Ify.
"Rio lagi?" tanya Alvin basa-basi, yah meskipun ia sudah mengetahui hal yang sebenarnya tapi Alvin ingin bersikap seolah-olah tidak tahu.
Ify mengangguk pelan, kemudian ia menundukkan wajahnya, air mata yang ditahan itu akhirnya tumpah juga. Dengan ragu Alvin menyentuh tangan Ify dan menggenggamnya. Ify menoleh, namun tak berusaha melepaskan genggaman tersebut.
"gue sayang Rio, Vin." ucap Ify yang tiba-tiba saja membuat Alvin melepaskan genggamannya. "Tapi kayaknya Rio nggak sayang gue."
Alvin terdiam, tak tahu harus berbuat apa. Tangisan Ify selalu membuat hatinya terasa sesak, dan sakit. Andai saja Ify mau mencoba membuka sedikit peluang pada hatinya, untuk berkelana mencari yang 'baru' mungkin perasaan Alvin mampu terbaca olehnya.
"Fy, gue nggak tau mesti bilang apa, tapi...pertahankan jika itu yang terbaik, dan lepaskan jika itu jauh lebih baik." ucap Alvin yang membuat Ify mengerutkan kening.
"Kenapa gue nggak bisa ngerasain keindahan cinta ya, Vin?" tanya Ify lirih.
"Indahnya cinta bisa dirasain semua orang, Fy. Cuman caranya beda. Ada yang ngerasa cinta itu indah banget saat kita bisa memiliki dia yang kita cinta meskipun kita nggak tau, apakah dia yang kita cinta itu bahagia, bisa dimilikin sama kita?" jelas Alvin "tapi ada juga yang bisa ngerasa cinta itu indah, saat kita bisa melihat orang yang kita cinta itu bisa tersenyum meski gak sama kita. Bisa membuat dia tertawa meski harus sama orang lain. Dan buat gue, itu adalah keindahan cinta yang sesungguhnya. Selalu bisa melihat senyum dan tawa, orang-orang yang kita cinta." Alvin menyunggingkan seulas senyuman diakhir penjelasannya. Penjelasannya yang mengalir secara tiba-tiba dari mulutnya, dan tanpa sadar mulai ia coba untuk pahami dan mengerti akan maksud ucapannya -tadi- itu.
Semilir angin sejuk yang berhembus disekitarnya ternyata juga mampu membawa pergi kepedihan yang melanda jiwa Ify. Pencerahan yang ia dapatkan saat berbagi dengan Alvin selalu membuat senyumnya kembali merekah.
"Thanks yah, Vin. Selalu elo, nggak tau kenapa..tapi kayaknya Tuhan seneng banget mempertemukan gue sama lo, dan ajaibnya gue selalu tenang setiap abis curhat sama lo," ucap Ify disertai segurat senyum tulus penuh terima kasih dari bibir mungilnya. Alvin tak menjawab, ia hanya membalas semua itu dengan senyum bahagia penuh kelegaan dari hatinya.
'Asal lo tau, Fy. Apapun.. Selagi gue mampu, selama gue bisa, gue akan selalu bikin lo senyum, dengan cara gue sendiri!'
***
'Pertahankan jika itu yang terbaik, dan lepaskanlah jika itu jauh lebih baik.'
Seuntai kalimat yang cukup membingungkan dikepala Ify -hasil dari buah pikiran Alvin-, kembali terlintas dibenaknya. Lantas membuat Ify memikirkannya berulang-ulang. Entahlah, secara ucapan begitu sederhana, tapi sepertinya kalau untuk dijabarkan begitu luar biasa.
Lama gadis manis berdagu lancip itu mengetukkan ujung pulpennya diatas meja. Berharap sedikit pencerahan akan membantunya terlepas dari rasa penasaran.
"Sebenernya maksud Alvin apa sih?" tanya nya pada diri sendiri, "pertahanin kalau baik, tapi lepasin kalau jauh lebih baik." ucapnya, mengulang perkataan Alvin dengan lebih sederhana.
Merasa terlalu pusing dengan semua ini, lantas ia meraih smartphone putih berlayar touchscreen yang tergeletak pasrah disamping bantalnya.
***
"Ya hallo, Fy!" sapa Sivia segera, saat ponselnya berdering nyaring. Alisnya berkerut saat tiba-tiba saja, Ify memberondongnya dengan pertanyaan yang menurutnya agak aneh.
"Tadi gue curhat sama Alvin, Vi. Dan yang bikin gue bingung.. Alvin bilang gini 'pertahankan jika itu lebih baik, tapi lepaskanlah jika itu jauh lebih baik.' Nah itu maksudnya apa sih?"
Itu lah pertanyaan Ify yang terdengar aneh ditelingan Sivia. Tapi toh akhirnya di jawab juga. Meski menggunakan logika..
"Ya emm gimana yah, gini deh selama ini lo terus-terusan dibo'ongin Rio tapi tetep ngebuat lo keukeuh untuk mempertahankan hubungan kalian. Apa lo bahagia dengan semua ini? Nggak kan?" Sivia melengos mendengar jawaban 'iya' yang berarti 'gue nggak bahagia' terlontar dari mulut Ify.
"Nah, itu lo tau nggak. Berarti hubungan lo sama dia mulai gak sehat. Selama ini cuman dia yang bisa bahagia dan elo selalu terluka. Ini udah nggak baik Fy! Bukan cuman buat lo tapi juga buat Rio. Elo selalu sakit hati dan membiarkan Rio menjadi seorang cowok munafik, pecundang..kalau elo tetep mempertahankan dia." jelas Sivia berapi-api "elo bisa milikin raganya Rio, tapi nggak hatinya. Itu nggak baik, Fy."
***
Ify menarik nafas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya secara perlahan. Detik ini juga ia memutuskan, akan segera mengakhiri hubungan yang pernah terjalin diantara dirinya dan Rio. Cukup sudah ia menahan semua amarahnya, sudah tak ada lagi yang perlu dipertahankan. Dan mungkin memang ini jalannya...putus.
"Dengan elo ngelepasin dia, semoga itu bisa ngebuat dia sadar, perasaan bukan untuk mainan. Dan mungkin dengan begitu, elo juga bisa ngebantu Rio untuk belajar menjadi lelaki sejati. Memiliki satu wanita yang memang benar-benar dia cintai."
"Elo juga harus bisa membuka hati lo, Fy. Memberi kesempatan sama 'hati' lain yang mungkin tanpa lo sadarin udah nunggu-nunggu lo dari lama."
"Gue yakin, ngelepasin Rio jauh lebih baik daripada lo mertahanin dia. Kalian bisa sama-sama bebas, sama-sama lepas. Gak jadi orang munafik seolah-olah mencintai pasangannya, atau jadi orang bahagia yang tetap tersenyum meski selalu disakitin sama pasangannya."
Dan semua penjelasan dari Sivia di penghujung pembicaraan via telpon mereka tadi, semakin membuat Ify yakin akan keputusannya. Meski tanpa kedua gadis itu ketahui, ada alasan tertentu yang menyebabkan seorang Rio memiliki keterikatan dengan Shilla.
Lepaskanlah jika itu jauh lebih baik...
***
"Emm sorry, Fy. Aku telat yah?" tanya Rio dengan nafas terengah-engah. Ia buru-buru menghempaskan tubuhnya disamping Ify.
Ify menggeleng maklum, "kita putus aja, Yo!" ucap Ify tegas. To the point, tanpa berbasa-basi. Lebih baik langsung selesai dengan cepat daripada harus membuang waktu dengan menumpahkan air mata.
Berbeda dengan Ify yang nampak santai, Rio justru tersentak tak percaya.
"Ke..kenapa, Fy? Aku..kenapa kamu minta putus?"
Ify jengah. Tidakkah Rio sadar? Ia telah menyakiti Ify berulang-ulang. Ia telah menggoreskan luka yang sama tanpa memberikan kesempatan pada luka yang lama untuk sembuh.
"Terusin hubungan kamu sama Shilla dan lupain aku. Berusahalah untuk menjadi lelaki setia, yang hanya memacari satu wanita."
Setelah berkata -dengan nada datar- demikian, Ify segera melangkah meninggalkan Rio. Tak ingin memberikan kesempatan pada lelaki tersebut untuk meluahkan isi hatinya, yang bisa saja menggoyahkan keputusan Ify.
Ditemani derai air mata yang mengalir lirih, Ify melangkahkan kakinya menjauh dari sosok Rio. Cukup sudah keletihan hari ini ia rasakan, hari esok tak ingin ia rasakan lagi kepedihan yang sama kembali terulang.
.....
Detak jantungku pun berhenti sejenak
S 'lalu saat berada di dekatmu
Ingin rasanya ku hentikan waktu
Bersamamu s 'lamanya
------
Pasca seminggu putus dari Rio, Ify mencoba menjalani harinya seperti biasa, tanpa Rio. Tidak terlalu sulit ternyata, karena mungkin...pengkhianatan Rio jualah yang pada akhirnya menghapus rasa cinta itu secara perlahan. Hubungannya dengan Rio mulai merenggang, nyaris tak ada kontak. Namun tanpa sepengetahuan Ify, pemuda hitam manis tersebut tetap setia memantau gadis itu dari jauh. Penyesalan yang selalu datang terlambat itulah yang akhirnya menyadarkan Rio bahwa Ify lah segalanya. Ify lah senyumnya, Ify lah tawanya, Ify lah bahagianya. Dan kini surga ceria itu bukan lagi menjadi miliknya.
"Fy?"
"Ya, Vin?"
Ify menaikkan sebelah alisnya ketika melihat raut tegang yang terpampang diwajah pemuda sipit tersebut. Nampak bulir-bulir keringat membasahi wajah tampan Alvin. Membuat Ify melirik ke atas langit yang menurutnya tak begitu terik, malah mendung.
"Gimana perasaan lo sekarang? Eumm setelah putus sama Rio?"
Ify tersenyum samar, "Lebih free. Lebih lega. Yahh, kayaknya ngelepasin dia emang lebih baik." ucapnya menerawang "kenapa emangnya?"
"Eumm..."
Alvin menggumam panjang. Detak jantung yang tak bisa diajak berkompromi ini sukses membuyarkan konsentrasinya. Semua kalimat indah yang terangkai rapi dibenaknya mendadak hancur seketika.
"Kenapa, Vin?" tanya Ify tak sabar.
"Apa..apa lo gak berniat membuka hati lo untuk--"
"Gue akan ngebuka hati gue untuk orang lain kok, Vin. Asal orang itu bisa ngeyakinin gue aja, kalau sama dia jauh lebih baik dibandingin dengan orang yang pernah ada di masa lalu gue."
"Gue bisa jamin, kalau elo sama gue...semua nggak akan sama kayak apa yang pernah lo alamin dulu." ucap Alvin mantap. Entah bagaimana bisa, keberanian itu muncul dengan sendirinya.
Hati Ify berdesir mendengarnya. Secara perlahan, ritme detak jantungnya beroperasi lebih liar dari sebelumnya.
"Mak..maksud lo, Vi..n?"
"Satu keinginan terpendam gue dari dulu, Fy. Gue pengen banget lo tau kalau gue sayang sama lo, tapi gue nggak mau berharap lebih, elo nggak nerima gue jadi cowok lo...gue nggak akan marah, tapi gue harap kita masih tetep sahabatan."
Ify geli sendiri mendengarnya. Ingin tapi seperti tak ingin. Ahhh, seperti itulah kira-kira. Terlalu pasrah, menurut Ify jalan pikiran Alvin.
"Emang elo nembak gue?"
"Hahhh?"
"Yaa, itu tadi elo sekedar ngungkapin atau juga nembak gue?"
"Hufttt..gue nembak lo, Fy. Tapi semua keputusan itu ada di tangan lo, kok. Gue nggak mau lo nerima gue karena terpaksa."
"Ya mungkin rasa ini belum sepenuhnya milik lo, Vin. Tapi mungkin seiring berjalannya waktu, dengan elo yang selalu ada disamping gue...mungkin rasa ini akan seutuhnya jadi milik lo."
Alvin terdiam, menerka-nerka maksud ucapan Ify. Me-ne-ri-ma-nya-kah?
"Maksudnya?"
Ify melengos sebal. Panjang lebar memberikan jawaban, respon Alvin justru seperti orang yang tidak paham.
"Bantu gue buat jatuh cinta sama lo." ucap Ify singkat. Namun mampu membuat Alvin membeku ditempat. Tanpa berniat menyadarkan Alvin dari perasaan tak percayanya, Ify meninggalkan Alvin sambil tersenyum bahagia.
Semoga memang bersama Alvin semua akan jauh lebih baik. Semoga...
+++++
Ekhem ekhemm...sebelumnya minta maaf dulu yaah sama para RFM, kali ini gue hadir dengan cerpen AlFy._. *bungkukin badan*
Banyak yang nggak minat yah? Soalnya setau gue rata-rata temen gue RFM sih, jadi sorry yah buat yang kecewa *PD Kambuh*
Emm tapi tenaangggg~~ masih ada 2 cerpen yg menanti, dengan couple...Ri to the Fy sama dengan Rio Nia *upss maksudnya Rio Ify._v
Yang satu special ultahnya Mastev plus sekaligus anniv RFM yeayyyyyy
Eh kalau usia bayi, umur 1th itu udah mulai bisa berdiri yah kalau gak salah? Ponakan aku sih kalau gak salah gitu._.
Okayy, semoga..dengan satu tahunnya RFM, RFM bisa semakin berdiri tegak menghadapi para haters songong--v yg suka ngadu domba ehehe
Eh udah ah, tinggalkan jejak cinta (?) kalian yahhhhh..dan buat yang udah ninggalin jejak, soverythankyousomuch muach muach :*
Song :
• Inginku by Cappucinno
• Sakit hatiku by Rossa
Follow :
@Niastvnia
http://niastevania.blogspot.com/
_dengan cinta Nia 'nistev' Stevania_
0 komentar:
Posting Komentar