A homepage subtitle here And an awesome description here!

Jumat, 07 Februari 2014

Celoteh DI Sore Hari



Dear peps..

Jadi semalam, gue sempet ngeliat timeline yang asyik ngebahas soal Coboy Junior yang gossipnya bakal bubar-I think sih efek mereka yang bakal ngadain konser farewell gitu, tapi ada juga yang bilang kalau sebenernya mereka cuman bakal ganti nama. Yeah, pembaruan karena mereka udah nggak junior lagi, maybe.. Dan.. I hope so, meskipun bukan Comate, tapi rasanya sangat disayangkan kalau boyband se-eksis dan  multitalent kayak mereka harus go away dari dunia hiburan. Please lah, jangan mempersuram dunia tarik suara Indonesia yang sudah terlalu banyak diisi sama lipsynch-ers.
Okay, jadi sebenernya yang pengen gue bahas dipostingan ini bukanlah Coboy Junior-itu tadi cuman sekedar intermezo doang hehe…
Melainkan soal..tayangan-tayangan yang mengisi layar kaca Indonesia.
Entah ya..kenapa makin ke sini tayangan Indonesia semakin minim edukasi dan berlomba-lomba mengejar ratting?
Miris..ketika talkshow Hitam Putih (yang mungkin nggak cuman menurut gue aja, nggak cuman sekedar menghibur tapi juga sarat dengan nilai edukasi dan insprasi) harus di cut hanya karena kalah ratting.
Dan kemudian melihat dunia pesinetronan Indonesia dan hal-hal yang sifatnya komedi tapi minim edukasi malah bisa-bisa berimbas negative ke masyarakat mulai berjaya. Mau jadi apa bangsa Indonesia? -_-
Sinetron remaja. Siswa-siswinya lebih banyak tampil dengan pakaian minim a.k.a kurang bahan, kehidpuan mewah yang serba ada (yang kalau dikehidupan nyata sih memang ada yang begitu, tapi nggak semua), pembullyan, atau sikap nggak hormat sama para guru dan orang yang lebih tua (kayak ngomong sambil teriak-teriak didepan tokoh yang menjadi orang tua atau guru mereka).
Zaman gue sekolah dulu sih, rok minimum para siswi (sekolah bukan Madrasah) itu selutut. Tapi coba liat di sinetron jaman sekarang? Semuanya rok mini yang dikasih label rok sekolah-_-
Rambut siswa/I wajib hitam, yang cowok nggak boleh panjang atau melewati kerah. Tapi coba liat siswa di sinetron jaman sekarang… di ombre dengan warna super waw pun nggak jadi masalah…
Lucunya ketika ada pembullyan yang….please lah, itu bisa jadi contoh yang nggak baik untuk anak-anak jaman sekarang.
Ambil contoh sinetron Diam Diam Suka. Honestly, gue selama ini nontonnya di YT (kalaupun nonton di tv cuman sepotong-sepotong, karena memang nyokap gue ngelarang gue nonton sinetron itu. Coba, gue yang udah segede ini aja dilarang karena nyokap takut imbasnya nggak baik buat gue, apa kabar buat kalian yang lebih muda dari gue?), itu pun selalu skip-skip-skip, karena memang yang gue tonton cuman scenenya Ify as Fio doang-_- (yah, sama kayak PAA alasan gue rela YT-ing cuma karena pengen ngellat Ify yang mulai jarang tampil sebagai penyanyi. Sedikit deh, gue kangen Blink sebagai penyanyi, bukan pesinetron. Ya, meskipun sinetron mereka juga semakin melambungka nama mereka, tapi…sebagai fansnya Ify gue lebih senang Ify yang memang basicnya menyanyi bersama Blink di kenal sebagai penyanyi oleh masyarakat). Kalau nggak ada Ifynya, nggak mungkin gue rela buka YT sering-sering hehe.. Tapi gue juga nggak tutup mata. Maksudnya…gue akuin DDS minim nilai edukasi. Bahkan konflik dan inti cerita mulai nggak jelas. Ya mungkin efek ratting. Lagi-lagi benar kata Dedy Corbuzier, tayangan itu pilihan masyarakat dengan seleranya.
Selanjutnya, hiburan komedi semacam..YKS. Gue akuin gue salah satu penikmat YKS. Teramat menikmati malah (apalagi kalau ada Al-_-) tapi emang…goyang oplosan itu sangat tidak..pantas untuk anak kecil. Oh ralat, goyang oplosan versi pertama.
Anak kecil jaman dulu yang mereka hafal, “alif ba’ ta tsa…” atau “satu-satu aku sayang ibu…” eh sekarang kalau bukan, “kitty swear pinky swear banana strawberry swear *maaf kalau salah gue gatau sih-_-*” atau “…nyanyi lagu oplosan…” (ini real, anak-anak di sekitar gue)
Sedari kecil anak itu mestinya diajarin shalat, tapi jaman sekarang kayaknya mereka lebih cepat bisa goyang oplosan ketimbang hafal gerakan shalat-_-
Dulu jaman gue kecil yang ditonton kartun, sinetron ya sinetron anak-anak, dan belajar. Tapi sekarang? Acara yang gue bilang kayak di atas aja ditaruh dijam anak-anak mestinya belajar dan nonton tv. Sebenernya gue rada nggak ngerti kenapa KPI ribut soal infotaiment yang nayangin kasus anaknya Ahmad Dhani vs Farhat Abbas tapi diem aja sama tayangan yang isinya pembullyan kayak sinetron jaman sekarang.  Ya okay, kalau nggak pembullyan konflik mereka nggak jauh-jauh dari rebutan pacar. Anak sekolah lhooo yang masih pake seragam, yang kalau kata lagunya alm. Chrisye, “engkau masih anak sekolah, 1 SMA belum tepat tuk begitu begini….” Haha #forgetit

HHhhh, no wonder sih kalau anak jaman sekarang pada malas (dikit-dikit ngeluh sama PR yang numpuk), suka clubbing, nentang orang tua udah biasa. Karena memang tontonan (yang sering tayang di tv) tanpa sadar menjadi pelajaran buat mereka yang secara  refleks mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari…
Yang menjadi pertanyaan gue, sampai kapan tayangan Indonesia seperti ini?

Okay…ini sekedar luahan hati yang gregetan sama sinetron jaman sekarang. Dan efek demonstrasi hati yang benar-benar kangen liat Ify tampil sebagai penyanyi hehe..


#muchlove!

@niyaaarasyied

Rabu, 05 Februari 2014

IDK....

Faktanya, manusia memang terlahir dengan mempunyai dua sisi yang berbeda. Baik dan buruk. Semacam munafik. Hhh gue pun begitu..

Kata mereka gue bahagia..
Ya, apa yang gue lihat, yang bisa menjadi pembanding antara hidup gue dengan makhluk yang lainnya membuat gue lebih bisa memaknai kata syukur.
Dan semua kesyukuran itu akan membawa kita pada kebahagian. Tapi munafik, kalau gue bilang setiap waktu gue bahagia.
Gue juga manusia biasa. Sama dengan yang lainnya. Pernah sedih, marah, kecewa, terluka... Tapi ujung-ujungnya, ketika gue rasa melampiaskanpun akan percuma, gue memilih diam. Memendamnya sendirian.

Kata mereka gue bijak..
Percayalah, kebanyakan orang yang bisa berkata bijak tidak akan bisa bertindak dan berpikir bijak untuk dirinya sendiri. Salah satunya gue.
Permasalahan yang gue alami pernah menjadi suatu pembahasan disalah satu acc socmed gue, dimana (sepertinya) gue berhasil membuka pikiran si 'anonymous' yang membutuhkan saran.
Tapi kenapa? Saat ini, ketika gue mengalami hal serupa, gue nggak bisa berpikir positif?
Dan lagi-lagi, gue cuma bisa diam. Memendamnya sendirian.

Oh, God! Gue punya Tuhan, gue sudah mengadu kepada-Nya tapi kenapa sih setan-setan masih betah membisikan kalimat-kalimat picik dalam otak gue?