A homepage subtitle here And an awesome description here!

Selasa, 26 Februari 2013

[Sequel] Takkan Bisa

A sequel of 'There's Still a Rainbow After The Rain' : http://m.facebook.com/note.php?note_id=207369512653205&refid=21

Bahagia ku, seperti ini. Dicintai dengan tulus, jujur, terbuka. Tak pernah sekalipun aku merasa disakit --atau tersakiti-- olehnya yang kini mengisi hatiku. Berbeda dengan Rio, dibalik sikapnya yang lebih pendiam, Alvin justru membuatku merasa teristimewa dengan caranya. Dia mungkin tidak pernah membawakanku seikat bunga, tapi dia selalu setia menungguiku ditempat kerja. Dia rela basah --karena kehujanan-- hanya demi menjemputku yang sering terjebak hujan. Dia tidak pernah mengumbar pujian, tapi dia selalu memperlakukan lebih manis dari sekedar sebuah sanjungan.

Dia tidak pernah membatasiku dalam bergaul, sekalipun itu dengan..Rio.

Yah, Rio, mantan kekasih yang dulu dengan teganya mempermainkan perasaanku.
Tentunya bukan aku yang memulai hubungan itu kembali. Justru Rio lah yang datang kepadaku, dan membawaku masuk kembali ke dalam hidupnya.

Berulang kali aku berusaha menghindarinya, namun Alvin dengan kalemnya menasehati..

“Semua orang pernah khilaf, Fy. Maklumin lah. Tuhan aja Maha Pemaaf, masa kamu nggak?”

Atau...

“Memutuskan tali silaturrahmi itu sama dengan memperpendek umur. Benar begitu, kan?” Ujarnya mengutip salah satu kalimat yang sering ku lontarkan.

Maka mau tidak mau, aku berusaha mendamaikan hati dan egoku untuk bisa menerima kehadirannya kembali, sebagai 'teman' dalam hidupku.
***

Semakin ku tenggelam ke dalam kisah hidupmu, yang kau curahkan padaku..

“..gue capek ngejalanin hubungan ini sama dia, Fy.” Keluhnya entah untuk ke berapa kali.

Jika dulu aku selalu melengos, bosan. Kini rasa simpatik sedikit demi sedikit menghinggapi hatiku. Dari nada bicaranya yang terdengar lirih itu, jelas dia tidak bermain-main saat itu.

“Ya udah putus aja.” Jawabku tanpa minat.

“Dia nggak mau.”

Aku tertawa sinis. "Dia nggak mau, dan elo ngerasa nggak berkutik cuman karena dia nggak mau?” Tanyaku, seolah-olah terkejut.

Ia menolehkan kepalanya untuk menatapku. Kemudian mengangguk lemah.

Masih ku ingat dulu, kau pergi tinggalkan aku, untuk cinta yang lain..

“Dulu, gue bahkan nggak sempet bilang “nggak” waktu loe lebih milih dia.” Ucapku agak sinis, dia menunduk dalam diam.

Ugh, tiba-tiba saja aku teringat kejadian beberapa tahun yang lalu, saat ia dengan tanpa-memiliki-perasaan-bersalah memutuskan untuk menyudahi hubungan kami.
»»

"Aku nggak nyangka, Yo. Kamu tega." ucapku lirih, nyaris tersamarkan oleh suara hujan.

"Maaf."

Apa? Maaf? Hanya itu? Tidakkah dia ingin menjelaskan sesuatu padaku?

Aku melengos. "Maaf? Maksud kamu apa?"

"Kita udah nggak bisa sama-sama lagi, Fy," dia mengatakan itu dengan tenang membuat hatiku berdenyut sakit. "Gue sama dia..emm, dia cewe baru gue."

Ya Tuhan. Apa lagi ini? Jadi, Rio memiliki wanita lain padahal jelas-jelas dia masih berhubungan denganku, begitu?

"Mak..maksud kamu?"

"Sorry, Fy. Tapi aku udah memilih dia."

Pukkk..aku menjatuhkan gelas hot cappucino ditanganku, pemberian gadis itu. Rio, tega sekali dia mempermainkanku seperti ini. Apa salahku?
Tanpa berkata apa-apa lagi, aku segera menjauh meninggalkannya. Menyeret sepedaku ditengah hujan, dengan derai airmata menghiasi wajahku.

Rio! Kamu tega!
««


“Maaf...”

Suara lirih itu membuyarkan lamunanku tentang masa lalu kami. Yah, masa lalu yang aku rasa tak perlu diulangi lagi untuk kedua kalinya.

Aku mengibaskan kedua tanganku dihadapannya. Berusaha biasa saja dengan permintaan maafnya kali ini. “Udahlah, toh itu masa lalu. Gue aja yang nginget-nginget lagi.” Ucapku diakhiri dengan tawa hambar.

Tanpa ku sadari, dia menatap dalam kedua bola mataku dengan sayu. “Aku bener-bener bodoh, Fy. Nyia-nyia-in cewek kayak kamu, buat dia yang..”

Baru sadar? Yah, seandainya alasan ia melepaskanku untuk yang lebih baik dariku, mungkin rasa sakit itu hanya untuk perasaanku. Tapi, --bukan ingin menyombongkan diri-- aku bahkan lebih baik dari gadis itu. Dan rasa sakit itu pun akhirnya bukan hanya untuk perasaanku, tapi juga perasaannya yang ku yakini --dari awal-- akan terluka.

Aku mendesah panjang. “Udahlah, Yo. Semua udah lewat. Nggak sama lo, mungkin karena Tuhan udah nyiapin yang lebih baik dari loe, buat gue.”

Suatu sentuhan hangat membungkus kelima jemari kananku dengan erat. Aku mengalihkan tatapanku pada sentuhan itu.

“Ri--”

“--aku udah lama nggak megang tangan kamu kayak gini, Fy.” Ia menghentikan ucapanku, dan semakin mempererat genggamannya pada tanganku. Penggunaan gue-loe-pun berubah menjadi aku-kamu dengan sendirinya. “Rasanya tetep sama, hangat dan--”

“--Rio, please. Kita udah nggak ada apa-apa.”

Dengan tangan yang masih menggenggamku, ia menundukkan kepalanya.

“Apa, aku boleh ngebuat suatu pengakuan sama kamu, Fy?”

Aku mengangguk, meski aku tahu ia takkan melihatnya.

“Aku...”
***

Aku tak mengerti
Mengapa kau kini ingin kan ku lagi?
Untuk kembali


Tuk..tuk..
Aku mengetuk-ngetukkan ujung jari ke sebuah meja, sambil menunggu Alvin yang sedang sibuk mencari CD Maroon 5 terbaru. Pikiranku melayang ke-kejadian kemarin siang, saat aku dan Rio bersama.

Takkan bisa
Takkan bisa, aku disisimu sebagai kekasih


“Lagu apaan sih nih?” Aku mendelik kesal saat mendengar lagu Ada Band yang tiba-tiba saja ku dengar.

“Fy..”

Aku terkesiap saat tangan Alvin telah melingkar dipundakku, dan memandangkku dengan tatapan bertanya.

Aku menyeringai kaku. “Eh, Alvin..”

“Kenapa?” Tanya nya lembut. Aku menggeleng cepat. Rasanya --setidaknya untuk saat ini-- aku tidak perlu menceritakan pada Alvin. Toh, ini..sepertinya bukan masalah besar.

”Bener?” Tanya nya lagi. Aku kembali mengangguk disertai dengan senyuman lebar untuk meyakinkannya.

Ah, Alvin selalu --dan terlalu-- perhatian padaku, dan aku menyukainya. Menyukai segala caranya dalam membuatku menjadi istimewa.

“Udah nemu CD nya?” Gantian aku bertanya, ia mengangguk sambil membenahkan tata letak poniku. “Ya udah balik, yuk.” Ajakku. Ia kembali mengangguk dan merangkul bahuku, membawa langkah kaki ku keluar dari toko kaset ini.

Jangan pernah
Jangan pernah, kau mengharap lebih untuk dapatkan ku lagi

“Benar, Rio! Jangan mengharapkanku lagi, karena aku nggak mungkin kembali lagi sama kamu.” Bathinku, mantap!
***

Dia yang tlah kau pilih tak seperti yang kau ingin, dan membuatmu terluka

“..dia nggak mau udahan sama gue, tapi..dia juga nggak ngejaga perasaan gue.”

Ia kembali memulai ceritanya. Masih di tempat yang sama, halte yang pernah menjadi saksi bisu berakhirnya kisah kasih kami, dulu.

Aku hanya menunduk dengan ujung sepatu yang bergerak-gerak asal.

“Hufftt..” Ia mendesah tak kentara. ”Dia emang cantik, tapi hatinya nggak secantik wajahnya.”

Aku mencibir.
Makanya! Jangan menilai wanita dari tampangnya saja!
Ups! Aku kan juga wanita...

”Fy..”

Suara lembutnya menghentikan cibiranku--dalam hati. Dengan sebelah alis terangkat, aku menatapnya.

”Gue mau tanya...” Aku hanya diam, tak menyahuti ucapannya yang menggantung. Dan ia kembali membuka mulutnya, ”Seandainya...”
***

Gila! Di mana sih, dia menaruh otaknya?! Dengan mudahnya ia mengutarakan keinginannya seperti tadi.

”Seandainya gue mutusin dia, apa loe mau balikan lagi sama gue?”

What the...
Dia tahu prihal hubunganku dengan Alvin--dan bahkan aku menangkap raut tidak sukanya yang kadang-kadang ia tunjukkan tanpa sadar dihadapan Alvin.
Bahkan, ia pernah mengutarakan betapa irinya, ia dengan Alvin, yang selalu membahagiakanku. Membuatku tersenyum, dan tak pernah sekalipun membuatku menangis. Dan sekarang--lebih tepatnya sekitar 2 jam yang lalu, dia mengatakan ingin memintaku kembali?!

”Fy...”

Aku tersadar dari pikiran panjangku, saat mendengar suara Alvin yang entah sejak kapan telah duduk disampingku.

”Eh, Vin... Sejak kapan kamu disitu?” Tanyaku disertai cengiran kaku, akibat rasa terkejut-ku.

Alvin menatap arloji yang melingkar di tangan kanannya. ”Eung, mungkin dari 15 menit yang lalu.” Jawabnya kalem. ”Kamu kenapa? Ada masalah? Nggak mau cerita?” Ia memberondongku dengan sederet pertanyaan.

Aku terdiam. Mungkin, aku memang harus menceritakan hal ini pada Alvin.

”Aku...”

”Ya?”

Aku menghirup nafas dalam-dalam. ”Sebenernya...”

Aku memulai ceritaku dengan ragu. Menjelaskan secara detail--termasuk permintaan Rio yang mengingkanku, bukan hanya sekali ini tapi entah untuk yang ke berapa kali, namun singkat.
Alvin mendengarkan ceritaku dengan tenang. Kadang ia mengangguk, namun tak sekalipun ia memotong ceritaku.

”Kamu masih cinta sama dia?” Tanya Alvin setelah aku mengakhiri ceritaku.
Tangannya bergerak halus membelai rambutku. Mata sipitnya tak berhenti menatap dalam kedua bola mataku.

Dengan cepat aku menggeleng. ”Nggak!”

”Sedikitpun?” Aku kembali mengangguk, dengan mantap.

Alvin menggenggam tangan kananku, kemudian mengecupnya singkat.
”Kalau gitu, jelasin ke dia baik-baik. Aku yakin, kalau dia bener-bener punya rasa yang tulus buat kamu, dia bakal nerima apapun keputusan kamu, asal itu membuat kamu bahagia.” Ucapnya bijak.

Ku tatap Alvin yang masih setia dengan senyum manisnya.”Thanks yah, Vin.”

”For what?”

”Everything.
Kebahagiaan, senyuman, perhatian yang udah kamu kasih ke aku. Kamu ngebuat aku ngerasa, aku nggak salah udah milih kamu.” Ucapku sungguh-sungguh. ”Kamu ngebuat aku semakin yakin, kalau Tuhan emang selalu punya rencana yang lebih indah daripada semua rencana-rencana yang aku buat.” Alvin tersenyum, kemudian mengacak poniku singkat. ”Dan bener, Tuhan ternyata udah nyiapin seseorang yang jauh lebih baik buat aku, setelah menarik seseorang yang udah bikin aku jatuh cinta dan sakit hati sekaligus. Dan itu, kamu!”

Alvin tertawa pelan. ”Kadang, kita emang harus ketemu seseorang yang 'salah' dulu sebelum ketemu sama yang 'bener'. Biar kita bisa belajar dari kesalahan.” Ucapnya. ”Eh tapi bukan berarti aku bilang kalau Rio itu nggak baik yah.” Ralatnya cepat. Aku tertawa kecil mendengarnya.

Alvin kembali berucap. ”Kamu emang harus dan nggak boleh pernah lupa untuk selalu berterima kasih sama Tuhan.”

Aku tersenyum sambil mengangguk. Alvin kembali meraih sebelah tanganku dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya bergerak naik menyentuh pipiku.

”I love you until the end, Ify...” Ucapnya lirih, yang justru membuatku tertawa.

Alvin --hampir-- tak pernah seromantis ini, pikirku.
***

Semua yang kau alami, pernah ku rasakan
Saat kau hancurkan ku, pergi tinggalkan aku


Daun-daun kering mulai berguguran diatas tanah yang ku pijak. Disampingku, Rio masih setia menendangi krikil-krikil kecil yang menyentuh ujung sepatunya. “Setelah sekian lama dia bertahan sama keinginannya untuk ga putus sama gue, akhirnya gue sama dia putus juga.”

Aku tak begitu terkejut mendengar penuturan Rio kala itu. Disatu sisi lega, karena itu artinya, beban perasaan yang ia alami akan berkurang--mungkin juga menghilang. Tapi disisi lain, aku takut ia menagih jawaban atas permintaannya waktu itu.
Bukannya aku masih memiliki perasaan padanya. Tapi...entahlah, jujur aku masih memikirkan bagaimana caranya untuk memberikan pengertian kepada Rio.

”Putus? Dia yang mutusin?” Tanyaku basa-basi, ia mengangguk. ”Aneh! Dia yang awalnya nggak mau putus, eh sekarang main mutusin aja. Enak banget sih jadi dia.” Tuduhku.
Aku berjalan menyusulnya yang telah lebih dulu mengambil tempat dibangku panjang yang terletak tepat dibawah pohon ketapang.

Ia mengedikkan kedua bahunya sebelum menjawab pertanyaanku. “Gue juga nggak ngerti, kenapa tiba-tiba dia kayak gitu.“

“Sama.“

“Apanya?“

Aku tertawa tanpa minat. “Iya, sama! Kayak gue.” Sahutku sambil menatapnya yang tengah memandangku bingung. ”Masih inget nggak? Dulu, loe juga mutusin gue semau loe, nggak pake diskusi dulu sama gue. Bahkan gue--sampai hari ini nggak tau, dulu gue punya salah apasih sama loe?”

”Fy--”

“--bener kata orang, Yo. Siapa yang memulai sebuah 'drama', dia akan mendapatkan karma.” Ucapku menyela ucapannya. ”Ups! Nggak maksud nyudutin.”

”Gue emang berhak disinisin sama loe kok, Fy. Gue sadar diri, dan paham banget sama kesalahan gue ke-elo dulu.”

Aku mengangguk. ”Yah, terima kasih karena sudah sadar.”

”Eung, loe..loe bener-bener cinta, sama..Alvin?” Tanya nya terbata.

”Menurut loe, setelah sekian lama dia ngedampingin gue, dan nggak pernah sekalipun ngebuat gue sakit hati, apa masih ada alasan gue buat nggak bener-bener cinta sama dia?”

Ia menunduk, diam.
Separuh hatiku iba. Namun, aku juga tak ingin membuatnya berharap lebih kepadaku. Maka yang harus ku lakukan adalah 'ini'. Membuatnya mengerti bahwa rasa itu sudah hilang sepenuhnya, digantikan dengan rasa yang dibawa oleh seseorang yang lain, tentu saja bukan dirinya.

”Huftt..berarti gue udah nggak punya kesempatan?”

Pertanyaan macam apa itu?
Bukankah jawabannya sudah jelas?

Aku mendesah tak kentara. ”Yo..” Panggilku, membuat ia yang tengah menunduk segera mengangkat wajahnya.

”Eung, gue pernah bilangkan sama loe : nggak sama loe, mungkin karena Tuhan sudah menyiapkan seseorang yang lebih baik dari loe buat gue. Dan gue yakin, itu juga berlaku buat loe.”

Ia menggeleng lemah. ”Nggak, Fy. Perasaan gue--mungkin ini lebay, tapi perasaan gue buat loe bener-bener rasa yang terdalam. Gue nggak pernah punya perasaan kayak gini ke cewek-cewek lain sebelumnya.”

Aku memberanikan diri untuk menyentuh pundaknya, dan mengusapnya lembut. ”Nggak, Rio.” Dan dengan tangan kananku, aku meraih sebelah tangannya, sekedar untuk menyalurkan sedikit kepercayaan melalui genggaman tanganku. ”Ini cuman masalah waktu. Apa yang loe ucapin barusan sebenernya efek dari rasa terluka loe karena cewek itu. Yang pada akhirnya, ngebuat loe jadi ngebandingin masa-masa saat loe sama gue, dan masa-masa loe saat sama tu cewek.”

”Tapi gue bener-bener nggak bisa ngelupain loe, Fy.”

”Yo, gue pernah baca sebuah kutipan disalah satu buku bacaan gue.” Aku sengaja menghentikan ucapanku, menanti respon apa yang akan ia berikan.

”Apa?” Tanya nya tanpa minat.


”Ketika dirimu terluka, dekatkanlah dirimu dengan orang yang mencintaimu, dan bisa menoleransi rasa sakitmu tanpa melontarkan penilaian atau memberimu saran. Seiring dengan waktu yang berlalu, kau tidak akan terlalu merindukan apa yang dulu kau miliki dan bisa lebih menjalani apa yang kau hadapi hari ini.”

-Letters to Sam-

”Ngerti?” Tanyaku kemudian.

Ia mengangguk sekali. ”Jadi maksud loe, yang loe lakuin dulu setelah sakit hati sama gue itu...ngedeketin Alvin? Jadi dari dulu Alvin udah punya perasaan sama, loe?”

Aku menjawabnya dengan anggukan singkat. Aku tidak ingin menjelaskan detailnya seperti apa, cukup bagiku seperti itu saja.

Hening. Aku dan Rio sama-sama terdiam ditempat kami masing-masing. Meskipun sudah memberikan jawaban 'tidak' untuk permintaanya, entah mengapa aku merasa masih harus meyakinkan segala sesuatunya.

”Yo...”

”Ya?”

”Loe yakin sama perasaan loe ke gue?” Tanyaku. ”Maksud gue, apa loe bener-bener serius kalau perasaan loe itu ke gue tulus.” Aku segera menyambung ucapan ku agar tidak terjadi kesalahpahaman dengannya.

”Yang gue rasa seperti itu, tapi menurut penilaian loe, nggak seperti itu kan?”

Lupakan sajalah aku...


”Loe tau makna tulus, kan?”

”Memberi tanpa harus menerima.”

Aku tersenyum sembari menatapnya. ”Kalau gitu, loe tau harus bagaimana menyikapi keputusan gue, kan?”

Ia terdiam cukup lama.

”Menerima apapun keputusan loe, sekalipun itu artinya, loe nggak memilih gue dan akan terus sama Alvin.”

”Thanks, loe semakin dewasa.”

”Loe yang ngajarin gue semua itu.” Jawabnya dengan sebuah senyuman yang lebih tulus.

Aku lega. Sepertinya drama cinta ini akan segera menemui endingnya.

”Loe juga ngajarin hal yang sama ke gue.”

Dia kembali tersenyum, dan tanpa aba-aba menarik tubuhku ke dalam dekapannya.

”Gue bahagia asalkan loe bahagia.”

”Meskipun dalam hati loe sebenernya sakit?”

Ia menguraikan pelukannya, dan mengangguk ragu.

”Ucapan paling munafik dari seorang manusia. Mulutnya ngomong begitu, tapi dalam hati, gue yakin loe lebih bahagia kalau gue sama loe, kan?” Sahutku bercanda, mencoba mencairkan suasana yang sempat terasa canggung diantara kami.

”Sialan! Tapi, gue akan mencoba seperti itu.”

”Beneran?”

”Iya!”

”Sekalipun gue nanti ketawa-ketawa sama Alvin di depan loe, peluk-pelukan sama Alvin disebelah loe, ci---”

”Yak! Ify, gila! Jangan diterusinnn!!!” Aku tertawa mendengar teriakannya, dan sedikit tersentak mendapat 'serangan' nya--yang seperti biasa (dulu) menggelitiki hingga keluar air mata.

Melepaskan tak sesulit yang kamu bayangkan, jika didasari dengan keikhlasan. Percaya deh!
Semua memang butuh proses, dan proses itu memakan waktu. Istilahnya, sekalipun untuk sampe ke daratan mesti mengarungi lautan yang luas, tapi udah pasti nyampe ke daratan kan?

••• THE END •••

Finally! Ini cerpen random awesome banget deh *halahhhh*
Ya jadi tuh untuk nyampe ke akhir prosesnya panjang guelaaaa...
Gue sampe harus ngadepin yang namanya frustasi karena disaat ngetik--udah menuju ending, hp langsung mati! Belom ke save woyyy!! Itu galaunya tingkat pengen ngebakar rumah orang.
Tapi, akhirnya selesai juga. Alhamdulillah yah (•̯͡.•̯͡)
Koment, kritik dan semacamnya diterima dengan mata, hati, dan tangan terbuka kok.
Btw, inget yah! Ini sekuel! Jadi kalau mau nyambung ceritanya, baca cerpen yang apayah judulnya :/ eh diatas udah gue kasih linknya kan? Nah baca itu dulu biar lebih afdhol :p


Song : Takkan Ada
Artist : Ada Band
Visit : http://niastevania.blogspot.com/

Cheers!


@Kania08_

Selasa, 19 Februari 2013

[Menuju] #IFCHigh5IfyBlink

Udah baca judul di atas kan? Sip! Jadi, postingan gue sore ini akan membahas soal hashtag untuk anniv IFc yang akan jatuh pada tanggal 14 Maret bulan depan!! *tepuktangan yanghebohhh*
IFc pada tau dong, ini anniv yang ke berapa? Yaps! Untuk yang ke 5.
Gila....IFc udah jadi balita sekarang..lagi lucu-lucunya, eh udah TK deng *halahhh*
Forget it-_-
Well, jadi sebenernya gue mau ngeshare makna hastag anniv IFc kali ini, berdasarkan apa yang ditulis official account IFc @OFFICIALIFC !!! *letsfollowgais*

(mulai kalimat dibawah sumbernya udah dari official account IFc ya gais._.)

Anyway, Hashtag ini berasal pemikiran daribeberapa sesepuh (?) Blinkstar & IFC dan juga Bundanya IFC, tanteGin :). punya filosofi lho. Gak asal bikin kita. Hashtag ini punya dasar, maksud & tujuan yg jelas :). Terdiri dr 5 unsur. IFC, High, 5, Ify dan Blink. Kl 5 unsur ini digabungin py bbrp arti nih. Spesial di umur IFC ke 5 :).


  • Pertama, bisa berarti IFC akan siap selalu 'High5' atau tos/kompak support Ify Blink.. :)
  • Ke-2 jg berarti IFC siap 'High5' atau tos/kompak dengan Ify dlm perjalanan karirnya di Blink skrg atau smp kapanpun :)
  • Ke-3 berarti jg IFC akan trs 'High' Terbang tinggi di thn ke 5 ini bareng Ify. Siap terbang tinggi support Ify & Blink :)
  • Jadi dengan kami berharap di umur ke 5 ini, IFC bisa terus kompak bersatu & terus terbang tinggi bersama-sama mensupport Ify & Blink :)
  • IFC akan kompak dengan Ify, dg Blink, dan BS juga agar bisa terbang tinggi bersama-sama di umur yang baru ini. Itulah makna :)

Jadi kami berharap, nggak hanya dipake buat seru-seruan ngetweet aja, tapi diresapi juag maknanya agar kita slalu inget buat High5! :)

Nah, itulah sejarah mengenai hashtag *halahhh* yang resmi di launching tanggal 17 febuari!!!
Okay gais, siap meramaikan anniv IFc yang tinggal 23 hari lagi?


Cheers!


@Kania08_

Selasa, 12 Februari 2013

#THANKYOU! #SOMETHINGMOMENT!

Hallo everybody in this world :D
udah berapa hari yah ngga ngeblog? Umh..faktor wifi yang error akhirnya berpengaruh ke-kegiatan browsing, streaming dan berbagai kegiatan yang mengharuskan gue menggunakan internet jadi terganggu-_- *halahhh*
Sebenernya, sampe hari ini juga wifi-nya masih trouble sih jadi numpang ke wifi tetangga hihiii


 Btw, gue ngeblogging cuman karena lagi bosan sih, banyak hal yang pengen gue bagi tapi ga tau mesti dibagi ke siapa-_- #miris
Jadi gue putuskan, gue mau ngebahas soal viewers diblog gue. Penting? Ahahaa gatau sih, gue cuman ngerasa perlu berterima kasih kepada semua pengunjung blog gue, pokoknya buat kalian-kalian yang setia dan pernah berwindow shopping (?) di blog gue thank you so much gais! Sampe hari ini total viewers blog gue (yang isinya nggak cuman ungkapan hati, perasaan, all about idola gue dan berbagai hasil tangan gue--tulisan berupa short story, flash fiction, atau pun cerbung) sudah mencapai kurang lebih161.301. Gue nggak tau apa aja yang mereka baca setiap berkunjung ke blog yang udah gue buat dari (kalau nggak salah inget) 23 september 2010, ini. Udah berapa tahun tuh?
Asal pengunjung juga nggak cuman dari Indonesia tapi juga luar Indonesia. FYI, kenapa pengunjung blog itu emang biasa aja kalau ada yang berasal dari luar. Because what? *Ahmad Dhani banget-_-* link/alamat/id blog kita itu kan terdaftar di google (err...gue bingung menjabarkannya tapi apa yang gue tulis itu adalah kalimat simplenya, menurut gue._.v) otomatis kalau orang googling dengan keywords yang berkaitan dengan blog kita di google search pasti muncul, contoh simple kalian googling dengan keywords "RFM vs YSF" gue jamin link blog gue bakal muncul. Atau pake keywords "cerpen cerbung Rio Ify Idola Cilik" pasti alamat blog gue muncul juga. Pokoknya, buat kalian dimana pun berada, dan dari mana pun kalian berasal yang udah berkunjung ke blog gue ini gue ucapkan..TERIMA KASIH! I LOVE YOU!!! #MUCHLOVE!!





Cheers!


@Kania08_#Than

Jumat, 01 Februari 2013

Fatin Shidqia Lubis X Factor - Pumped Up Kicks


Hai, hai... I'm back! kali ini dengan sebuah video dari salah satu peserta X Factor Indonesia yang bernama Fatin Shidqia Lubis. Setelah dia mengguncang panggung X Factor dengan 'Grenede' nya Bruno waktu audisi (yang wawnya, video Fatin waktu nyanyiin lagu Grenede di pajang disitus resminya Bruno Mars! so aawesome...) semalem dia kembali bikin gue merinding takjub dengan lagu Pumped Up Kicks-nya Foster The People. Lagu yang asing banget ditelinga gue--dan emang setelah gue survei banyak yang belum begitu familiar sama lagu ini, kedengeran enak banget! Sukses terus Fatin! Jilbabnya pakai terus :D