A homepage subtitle here And an awesome description here!

Jumat, 28 Desember 2012

Cinta Ify


Cinta itu buta. Cinta itu gila. Cinta itu kadang tak ada logika. Dan semua itu benar adanya.
Berulang kali mengalami penolakan tak membuat Ify, gadis manis yang sama sekali tidak menonjol disekolahnya berhenti mengejar sosok idaman disekolahnya. Berulang kali ia memberikan perhatian, menunjukkan betapa ia tergila-gila pada pemuda tersebut meski hanya sikap acuh tak acuh yang ia terima.
***

"Alvin!" Serunya.

Setelah teriakan tersebut sukses menghentikan langkah pemuda yang ia panggil Alvin itu, ia segera menghampiri sosok tersebut dengan berlari-lari kecil.

Dengan alis terangkat, Alvin menatap gadis didepannya. Wajahnya terlihat masa bodoh, mulutnya bungkam seolah enggan mengeluarkan kata 'ada apa?' kepada gadis tersebut.
Seolah mengerti maksud alis terangkat Alvin, Ify--gadis tersebut- menyodorkan sebuah kotak makanan kehadapan pemuda tersebut.

"Ini.." Ify memberanikan diri menatap Alvin yang tetap setia dengan sikap tak perdulinya. "..aku, aku bikin nasi goreng itu, khusus buat kamu. Ah, mungkin ini sudah dingin, karena aku bikinnya pagi-pagi banget, tap--"

Celotehan Ify terhenti ketika tangan Alvin meraih kotak tersebut. Hati Ify senang bukan kepalang, dengan takjub ia menatap Alvin yang sedang asyik memperhatikan kotak bekalnya dengan pandangan meneliti.
Sedetik kemudian, kotak bekal itu justru melayang ke dalam tong sampah disebelah kirinya.
Tanpa berucap, Alvin berlalu meninggalkan Ify yang ternganga ditempatnya.

Ify memejamkan matanya. 'Oh God!'

Begitu matanya terbuka, Ify mendapati seorang pemuda yang dengan santainya mengorek tong sampah, dan mengeluarkan kotak bekalnya dari sana.

"Ri..o.." Gumam Ify.

Rio--pemuda yang mengorek bak sampah tersebut tersenyum. Kemudian ia membuka kotak bekal Ify dan menghirup aroma nasi goreng yang nampak berantakan didalam sana. "Boleh gue cobain?" Tanya nya tanpa bermaksud mendapat jawaban.

"Tap.." Ucapan Ify terhenti di udara, begitu sesendok nasi goreng buatannya masuk ke dalam mulut Rio. "..pi itu dari bak sampah." Sambungnya lirih. "Rio..." Ify menyebutkan nama pemuda tersebut dengan..entahlah.. Rasanya ia ingin menangis, Rio masih mau memakan masakannya --yang padahal bukan Ify buatkan untuknya--, yang beberapa menit lalu sempat mampir ke dalam bak sampah.

Rio mengangkat sebelah tangannya dan tersenyum. "Meskipun nasi goreng buatan lo ini udah dingin, sempet mampir ke bak sampah juga..tapi tetep enak kok."

"Ya ampun Rio..mestinya lo nggak usah mungut itu dari sana, itu kan kotor." Sahut Ify

'Karena kalau ga dari sana, gue nggak yakin bisa dapet bekal khusus dari lo, Fy.' Rio membathin.

"Makanan ini lo buat sendirikan? Bahan-bahannya lo beli pake uang, masa udah dibikin capek-capek malah dibuang? Selain mubazir itu namanya nggak menghargai usaha lo sendiri." Ucap Rio.

Ify tersenyum masam. 'Mungkin nggak sih, sikap Alvin bisa kayak Rio?' Tanya nya dalam hati.

Rio menutup kembali kotak bekal Ify, kemudian menyimpannya ke dalam tas. "Buat gue aja yah?" Dan tanpa mendapat persetujuan dari Ify, Rio bersiap undur diri dari hadapan Ify. "Em..Fy, daripada lo capek-capek do something buat seseorang yang nggak perduli sama lo, mending lo kasih kesempatan buat orang lain yang rela ngelakuin apa aja buat lo. Senggaknya, itu nggak akan nyakitin hati lo sendiri." Pesannya sebelum benar-benar meninggalkan Ify.

Ify terdiam, mematung. Benarkah? Benarkah ia harus memberi kesempatan itu pada orang lain? Tapi...memangnya ada, seseorang yang rela melakukan apa saja untuknya?
ify menggeleng.

'Ify..Ify, lo pikir lo siapa? Cuma cewek biasa, mending nggak usah ngarepin yang begituan.' Bathinnya.
***

Ify tetaplah Ify. Gadis biasa yang keras kepala, dan lebih mempercayai pendapatnya sendiri daripada saran orang lain.
Berulang kali Pricilla--teman sebangkunya mengingatkan agar Ify berhenti mengejar cinta Alvin, tapi sebanyak itu pula ia mengindahkannya. Pricilla juga kerap memberikan saran agar Ify lebih membuka hati kepada pria-pria --yang tanpa Ify sadari, telah menaruh hati padanya-- yang pantas mendapatkan cintanya, dan lagi..Ify mengabaikannya.
Dan siang ini, seolah tak bosan, Pricilla kembali mengajukan keberatannya akan sikap Ify yang terus mengejar Alvin. Bukan tanpa alasan ia melakukan itu. Ia melakukan itu semua karena sayang. Ia menyayangi Ify seperti saudaranya sendiri.

"Fy, lo nggak ngerasa direndahin Alvin apa? Dia nggak cuma sekali bertindak nggak sopan sama lo, kok lo tetep ngejar-ngejar dia sih?"

Ify tertawa kecil. "Prissy, Prissy..justru karena udah berkali-kali itulah, gue udah kebal. Yeah! I'am strong!" Seru Ify semangat.

Pricilla mencoba tak perduli dengan semangat Ify, ia benar-benar ingin Ify berhenti mengejar Alvin.

"Fy, daripada lo nonton Alvin futsal--ya mending kalau Alvin seneng lo tonton, gue yakin sih nggak, mending lo nemenin gue ke salon." Ajak Pricilla mengalihkan pembicaraan.

Ify menggeleng. "No..no..no! Gue mau nonton Alvin! Titik!"

Pricilla menepuk keningnya, putus asa. "Oh God! Lo sadar nggak sih, Fy? Nggak cuman sekali lo kasih perhatian ke dia, nggak cuman sekali lo ngasih signal cinta ke dia, tapi dia tetep acuhkan?" Serang Pricilla, Ify terdiam, dalam hati ia membenarkan. "Mending lo cari yang pasti-pasti aja deh, Fy. Rio kek, jelas-jelas dia care banget sama lo, gue liat lo juga nyaman-nyaman aja sama dia."

"Gue sama Rio cuma temen, Prissy.."

Pricilla menjentikkan jarinya. "Nah itu! Lo udah lama kenal dia, lo udah lama temenan sama dia, dan yang gue liat dia nggak pernah nyakitin perasaan lo, jadi alasan apa lagi yang ngebuat lo sama sekali ga ngelirik Rio?!"

"Karena kita cuman bertemen, dan gue jatuh cintanya sama Alvin."

Pricilla mendengus. "Itu bukan cinta Ify.."

Ify merengut kesal. "Ihhh gue yang rasain juga. Udah ah, gue mau nonton Alvin, ntar dia keburu tanding lagi." Ify meraih tasnya kemudian menjulurkan lidahnya pada Pricilla. "Dagh, Prissy bawel!!"
***

Seperti biasa, pertandingan futsal itu berlangsung seru, kemenangan masih selalu menjadi milik Alvin dan kawan-kawan. Dan seperti biasa juga, meski tak digubris sang empunya nama, Ify tetap berteriak histeris menyerukan kata 'Alvin'.

Selang beberapa waktu setelah penyerahan tropy kemenangan, Alvin memilih meninggalkan lapangan. Langit mendung menjadi alasannya untuk segera pulang. Selain itu, ia juga ingin menghindari gadis yang selalu menjadi penguntit baginya. Yah, mengganggu sekali menurutnya...


"Alvin!!"

Dan seruan Ify sama sekali tidak berarti, karena mobil milik Alvin telah melesat jauh meninggalkannya.

Awan-awan mulai menghitam. Gemerisik langit mulai terdengar. Ify menepi ke pelataran gedung tempat Alvin bertanding futsall demi menghindari titik-titik hujan.
Ify menghela nafas, tanpa sadar, air mata yang sekian lama selalu ia larang menampakkan diri luruh membasahi pipinya.
Ia tak mengerti, mengapa ia bisa sedalam ini mengagumi sosok Alvin. Ia tak mengerti, mengapa ia sekebal ini menghadapi semua sikap buruk Alvin. Yang ia tahu, ia sadar..apa yang ia lakukan sudah melebihi batas wajar. Tapi mengapa ia tak pernah bisa berhenti melakukannya?

Deru mesin mobil yang berhenti didepannya membuat Ify mengangkat wajah. Seorang pria dengan payung berukuran sedang tengah berjalan menghampirinya.
Ify tertegun.
Rio..lagi-lagi sosok itu hadir sebagai penolong.

Rio mendekat pada Ify. Ditatapnya kedua bola mata yang tampak berkaca-kaca seolah menahan tangis. Ah, bukan. Sudah menangis malah. Karena ia dapat melihat jejak-jejak air mata itu masih membasahi pipi Ify.
Dengan sebelah tangan yang masih memegang payung, Rio meraih tangan kanan Ify dengan tangannya yang kosong. Kemudian meletakkan tangan itu tepat di tempat yang sama dengan tangannya--yang lain yang memegang payung.
Rio dapat merasakan itu. Merasakan detak jantungnya yang kian berpacu cepat. Selain itu, ia dapat merasakan hangat menjalari tangan kirinya yang kini terbungkus tangan kanan Ify.
Sadar terlalu lama terhanyut. Rio melepaskan pegangannya, dan membiarkan Ify memegang payung tersebut sendiri. Seolah refleks, kedua ibu jari Rio bergerak naik menghapus jejak-jejak air mata yang masih menempel pada pipi Ify. Kemudian ia tersenyum.

"Air mata lo nggak akan ngerubah keadaan, yang bisa ngerubah keadaan lo sendiri."

Setelah berkata demikian, Rio berjalan memasuki mobilnya, dan meninggalkan Ify.
****

Pricilla terlihat sibuk membuatkan teh hangat untuk Ify. Kebetulan, pembantu rumah tangga Ify sedang membeli keperluan dapur, dan Pricilla yang tidak tega melihat Ify bersin-bersin berinisiatif membuatkan teh hangat untuk menghangatkan tubuh Ify. Um..sekalian buat minum obat juga deh..

"Sumpah, Alvin gila banget!" Maki Pricilla setelah menyerahkan gelas teh hangat buatannya kepada Ify. "Terus Rio? Masa Rio cuma ngasih lo payung? Nggak ngajakin pulang bareng gitu? Dihh tega amat." Sambungnya.

Mendengar nama Rio, pipi Ify merona tanpa sadar. Tiba-tiba saja, bayangan tentang sosok Rio yang selalu menjadi malaikat baginya, dan kata-kata Rio yang selalu mampu masuk ke hatinya, melintas dibenak Ify.

"Eh, kok lo diam aja sih, Fy?!" Pricilla jengkel juga didiamkan seperti ini.

Ify tersadar, lantas menggaruk alisnya. "Ya..gitu deh~"

Pricilla menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gila yah, dan lo sekarang masih pengen ngejar-ngejar Alvin? Setelah nggak dianggap entah untuk keberapa kalinya gini?!"

Ify menggigit bibirnya, kemudian mengangkat kedua bahunya. "Entahlah.."
***

Semua terasa bagaikan mimpi. Begitu ia membuka mata, Ify mendapatkan sebuah pesan baru dari seseorang yang tak pernah ia duga.
Alvin!

Ketemu di cafe depan sekolah
jam 3 siang.

Sender : 08xxxxx

Ify nyaris terlonjak dari tempat tidurnya membaca pesan tersebut.
***

Ditempat dan jam yang telah ditentukan, Ify terlihat duduk dengan gugup. Kesepuluh jemarinya saling bertaut. Sedotan minuman yang ia pesan terus menempel pada bibirnya.
Sebenarnya, dia yang terlalu cepat, atau Alvin yang lambat?

"Maaf lama." Sapa seseorang yang mengambil tempat di depan Ify.

Ify tersentak. "Eng..nggak papa."

Hening.
Keduanya saling bungkam. Sebenarnya, Alvin hanya bingung, bingung merangkai kata untuk memulai. Hingga akhirnya, suara Ify membangunkan Alvin dari pikirannya.

"Jadi?"

Alvin nampak menghembuskan nafasnya berat. Ia merogoh saku belakangnya, mengambil dompet yang tersimpan disana, dan mengeluarkan selembar foto yang ada didalam dompetnya. Foto seorang gadis cantik berambut pendek.
Ify menerimanya dengan perasaan yang sulit digambarkan. Kesal, cemburu, bingung. Intinya, apa maksud Alvin memperlihatkan foto gadis cantik itu? Membandingkannya dengan Ify? Atau memberitahukan pada Ify bahwa ia telah memiliki kekasih?

"Namanya Sivia. Dia almarhumah cewek gue." Suara Alvin membuyarkan fantasi Ify. "Maksudnya hampir jadi cewek gue." Ralat Alvin.

"Perhatiin mukanya." Perintah Alvin, Ify menurut. "Dia mirip banget sama lo. Bedanya, dia punya mata sipit, lo nggak. Dagu lo tirus, dia nggak." Alvin tersenyum kecil diakhir kalimatnya, dengan pandangan menerawang. Pemandangan yang jarang sekali Ify lihat.
Ify sendiri membenarkan penilaian Alvin yang menyebutkan kemiripannya dengam alm. Sivia. Tapi ia masih belum paham.

"Gue satu sekolah di SMA gue yang dulu sama dia. Dia anaknya ceria, emm..lo banget deh. Bahkan.." Alvin terdiam. "..bahkan, dia sama gilanya kayak lo. Dia bener-bener tergila-gila sama gue, ngelakuin banyak hal buat gue sampe akhirnya gue bener-bener risih dan capek. Kemudian gue nyuruh dia ngelakuin hal paling nekat."

Alvin mengambil nafas. Ify masih setia mendengarkannya.

"Gue nyuruh dia naik ke atap gedung, dan teriak 'I love you Alvin' darisana, waktu dia nyegat gue jam pulang sekolah. Hhhh..begitu dia menyelesaikan tantangan gue--sebenernya saat itu gue bener-bener spechless, terpesona dan mungkin ngerasa luluh sama dia, tapi gue justru kabur ninggalin sekolah, dan.."

Alvin menundukkan kepalanya, membuat Ify menerka-nerka apa yang selanjutnya ingin dikatakan Alvin.

"..dan dia ikut lari nyusul gue. Gue yang nggak sadar udah lari nyebrang jalan, di belakang gue Sivia masih ngejar gue, nggak perduli kalau saat itu jalan bener-bener rame, sampai akhirnya ada sebuah truk dan.."

Ify bersumpah, ia kini tengah mendengarkan isakan kecil dari seorang Alvin, pria dingin yang berulang kali berlaku kasar padanya.
Ify mulai paham dengan semuanya. Semua maksud sikap Alvin pada dirinya. Tanpa canggung, Ify mengusap punggung tangan Alvin.

"Maaf, Vin.."

Alvin mengangkat wajahnya dengan tiba-tiba, membuat Ify takut kalau-kalau pria itu marah akan sikap lancang Ify yang menyentuh tangannya.

"Sekarang lo ngerti kan, Fy? Kenapa gue bersikap kasar sama lo. Itu karena lo terlalu mirip dengan Sivia. Dan gue nggak mau lo bernasib sama kayak Sivia." Jelas Alvin melembut.

Ify mengangguk. "Iya, Vin. Maafin gue.."

"Semua salah gue, Fy."

Keadaan berbalik. Kini justru tangan Alvin lah yang menggenggam kedua tangan Ify.

"Lo mau maafin gue kan, Fy?" Pinta Alvin penuh harap. Ify mengangguk kaku. "Sekarang kita teman?" Ify kembali mengangguk.
Alvin tersenyum tulus, kemudian mengacungkan sebelah kelingkingnya ke hadapan Ify. Dengan senyuman manis, Ify menautkan kelingkingnya pada kelingking Alvin.

"Teman!"
***

Pricilla mendekap boneka milik Ify dengan erat. Mulutnya masih ternganga takjub setelah mendengar cerita Ify.

"Demi apa lo nggak ngarang?"

Ify melayangkan sendal tidurnya ke arah Pricilla. "Gue jujur! Gue juga nggak nyangka sih tapi..ya gitu deh kenyataannya."

"Hemm..kasian juga Alvin. Terus?"

"Terus apa?"

"Lo sama Alvin udah baikan dong? Berarti--"

"--nggak, nggak.. Gue nggak akan ngejar-ngejar dia lagi kok."

Kening Pricilla mengerut. "Lho kok?"

Ify mengedikkan bahunya. "Gue juga nggak ngerti kenapa, tapi..kayaknya dengan temenan ama dia aja, gue udah seneng banget. Gue nggak mau ngerusak hubungan gue sama dia yang baru aja dimulai dengan status temen."

"Perjuangan lo sia-sia dong?"

Ify menggeleng. "Nggak ada yang sia-sia, Prissy... Senggaknya, sekarang gue udah bisa temenan sama Alvin, dan nggak bakal dicuekin lagi sama dia. Ya kan?"

Pricilla tersenyum. "Pokoknya, apapun itu, gue selalu dukung lo kok."

Ify mencibir. "Hu..kemaren aja, mencak-mencak gara-gara gue ngejar-ngejar Alvin. Sekarang.."

Pricilla memukulkan boneka ditangannya ke wajah Ify. "Ihhh sekarang kan gue tau, lo nggak mungkin ngelakuin hal bodoh itu lagi." Pricilla menjulurkan lidahnya, yang dibalas Ify dengan memutar kedua bola matanya.


• • • FIN • • •

Tau, tau, ini endingnya ga banget, alurnya juga ga jelas-_-
Dari awal juga gue ragu pengen ngepost tapi ada yg maksa jadi ya...
Anyway, ini gue tulis waktu lagi dengerin lagu on rainy days nya B2ST dan ga tau kenapa, sekelebat khayalan2 tentang adegan RiFy itu lewat diotak gue. Dan dengan sendirinya tangan gue malah nulis cerita kayak diatas-_-v
Tadinya, gue juga pengen nyatuin RiFy tapi mendadak buyar semuanya-___- padahal nanggung bgt yah, itu Rio udah nunjukin perasaannya tapi Ify nya ga peka *kesel sama diri sendiri jadinya-..-*
Ya udahlah, maaf aja buat yg ga sengaja baca trus malah jadi sweet drop begitu liat ending dan alurnya yg rada kacau-_-
Pokoknya, mau koment apa aja gue ga larang.... Silahkan tulis aja pendapat kalian di kolom komentar.
Dan...HAVE FUN yahhhh buat yg lagi having fun together di b'day nya Ify! Huhuuuu envy deh (˘̩̩̩.˘̩ƪ)
Semoga one day, gue bisa ketemu Ify deh yaaaa...aminnnn


Visit : http://niastevania.blogspot.com

Cheers!

@Kania08_ (uname baru untuk menyongsong tahun baru. Yeay!)

Minggu, 23 Desember 2012

b'day party Ify Alyssa with IFc (23/12/12) #HUTIFY16




HAILoooo selamat siang semua...
ditengah rasa sakit, dan bete yang menguasai diri gue *halahh* gue mau berbagi foto/video Ify di perayaan ulang tahun dia yg ke 16 kemaren (23/12/12), yang dirayakan bersama anak IFc!
Nahhhh disana, Ify nyanyi 4 lagu kali yah, yg jelas dia nyanyiin lagu Andaikan, Berdua, Apalah Arti Menunggu, a Thousand Years, OMG sama lagu tentang mama, apayah judulnya? Mamaku Tercinta? ahaha yg jelas lagu yg baru dia ciptain di pagi tanggal 22 desember 12. Oh, berarti dia nyanyi sekitar 6 lagu deng bukan 4 ohoho..
Okay lets check it out...



http://4.bp.blogspot.com/-a2DATDU5S98/UNfoWMpbN9I/AAAAAAAABNU/tUXuJjSAplY/s320/524900_471411832901054_638517574_n.jpg

http://1.bp.blogspot.com/-9stdbN3U71Y/UNfoW0nS1pI/AAAAAAAABNY/bpaFODOERhg/s1600/560767_471421256233445_563515203_n.jpg

http://1.bp.blogspot.com/-uBoi_gh_8FI/UNfoYV19SeI/AAAAAAAABNk/6yo17F_BRCc/s320/cats+2_%E5%89%AF%E6%9C%AC.jpg

http://4.bp.blogspot.com/-AZERFV7E_dk/UNfoZPym4rI/AAAAAAAABNo/BPUghVgCoqs/s320/cats+3_%E5%89%AF%E6%9C%AC.jpg

http://2.bp.blogspot.com/-JHU5jN-oNow/UNfoaPORPRI/AAAAAAAABN0/NlIFdmu7G8s/s320/cats+4_%E5%89%AF%E6%9C%AC.jpg
sama lil bro, Khalif!

http://3.bp.blogspot.com/-JXYVoJh35no/UNfobMwdh1I/AAAAAAAABN8/-yTj8iJoxco/s320/cats+5_%E5%89%AF%E6%9C%AC.jpg

http://4.bp.blogspot.com/-pKNA-YMQh-U/UNfocLaRWJI/AAAAAAAABOE/RtEwSo1-3xg/s320/cats_%E5%89%AF%E6%9C%AC.jpg
so pretty! ^o^

http://1.bp.blogspot.com/-uPSEFsArzAo/UNfod3sClsI/AAAAAAAABOM/-tePcCAZ1pg/s320/hut.jpg
with big bro, Eizel and his girlfriend..


Waktu eneng nyanyiin lagu Apalah Arti Menunggu. Ciyus deh! suka banget versinya eneng..hihihi
check this link!
Andaikan : http://www.youtube.com/watch?v=-yn9Fam_jXc

Mamaku Tersayang : http://www.youtube.com/watch?v=QX4DHKvJD88

Berdua : http://www.youtube.com/watch?v=dsbH3DS3nKo

OMG : http://www.youtube.com/watch?v=KP4WsueEGzA

a Thousand Years : http://www.youtube.com/watch?v=2HWylBk0jZ4

Nah, kalau kalian mau download bisa lewat duoberry.com dan tinggal masukin keywordnya. Misalnya "ify apalah arti menunggu" pasti ada kok..


Cheers!

@Kania08_





Sabtu, 22 Desember 2012

Ibu - Ayah... (happy mom's day)

Sungguh mulia, jasamu wahai bunda
Takkan terbalas walau bertaruh nyawa


Tahu dimana tempat pertama kali kita bernafas? Tempat yang menjadi pelindung kita 9 bulan lamanya. Tempat paling aman, yang senantiasa memberikan kehangatan.
Ibu memang sosok yang luar biasa. Bisa kalian bayangkan, 9 bulan dia membawa kita kesana-kemari. Bahkan ke toilet sekalipun. 9 bulan dia menjadi nafas kita. 9 bulan lamanya kita benar-benar menyatu dengan raganya.

Pernah ia mengeluh lelah kepada kalian? Pernah ia berkata menyesal telah mengandung kalian?
Jika pertanyaan itu ditujukan padaku, tentu jawabannya tidak.
Ibu ku sosok yang luar biasa. Tak pernah melepaskan ku dengan begitu saja. Benar-benar memberikan rasa aman dan nyaman dimana pun aku berada.

Apa semasa kalian sekolah ibu selalu mengecheck nilai kalian?
Pernahkan ibu menanyakan tentang PR kalian?
Besok ulangan atau tidak?

Jika pertanyaan itu diperuntukkan untukku, jelas aku menjawab ya.

Mungkin sebagian anak akan merasa diperlakukan seperti anak kecil. Tapi bagiku, itu justru menjadi sesuatu yang ku rindukan --saat ini--. Itu menjadi pembeda antara ibu ku dengan ibu mereka. Ibu ku yang seorang rumah tangga, dan ibu mereka yang seorang pekerja.
Menjadi seorang ibu rumah tangga bukan berarti bisa asyik bersantai-santai dirumah. Ada banyak hal yang dilakukan ibu ku, selain mengurusi rumah, anak, dan suami. Namun sesibuk apapun ibu ku mengurusi rumah, tak pernah ia melupakan pentingnya kasih sayang untuk anak-anaknya.

Apa ketika hendak bepergian kalian akan mendapat pertanyaan, hendak kemana?
Pergi dengan siapa?
Pulang jam berapa?


Hemm..itu pertanyaan yang selalu aku dapati ketika hendak pergi--terutama dengan teman-temanku. Mungkin ada yang merasa 'Ibu terlalu over protective' atau kalian akan berpikir 'anak sebesar aku mestinya tidak perlu diintrogasi macam anak kecil seperti ini'. Tapi bagiku, justru ini sangat menyenangkan. Aku bisa merasakan betapa ibu sangat perduli dan perhatian kepadaku.
Ibu selalu was-was jika aku pergi jauh. Ibu selalu khawatir jika aku pergi dengan seseorang yang menurutnya asing. Ibu akan selalu panik jika aku terlambat pulang.
Dan aku paham, aku adalah anak perempuan yang diibaratkan seperti sebuah kristal. Harus dijaga dengan baik, karena selain berharga, aku bisa saja pecah jika disentuh oleh orang tak bertanggung jawab.

Sungguh kau ayah, besar pengorbanannya
Kau berusaha dengan tak kenal lelah

Kau bimbing kami ke jalan ridho-Nya
Dengan penuh kasih kau mengenalkan-Nya


Ayah. Sosok luar biasa yang mendampingi ibuku berpuluh-puluh tahun lamanya. Memulai segalanya dari nol secara bersama-sama, hingga mampu meraih segalanya satu persatu tetap dalam kebersamaan mereka.

Siapa yang mengenalkan ku tentang Islam?
Siapa yang mengajarkan aku shalat?
Mengenalkan huruf hijayah?
Dan membimbingku untuk benar-benar lancar membaca al-qur'an.


Jawabannya adalah ayah. Dengan suka hati ia mengenalkan huruf 'ba', mangkuk dengan satu telur di bawah. Ayah mengajarkan ku mengucap bismillah ketika memulai sesuatu, dan hamdallah ketika menyudahi sesuatu.
Ayah luar biasa hebatnya. Banyak moment yang tak terlupakan diantara kami--aku dan ayah. Salah satu nya, ketika dengan tak perdulinya ayah mengantarkan ku ke sekolah ditengah guyuran hujan, bahkan payung yang kami bawa hanya diperuntukkannya untukku. Ayah basah kuyup waktu itu. Jujur, aku selalu merasa...pokoknya, aku bangga banget sama ayah!

Ibu dan ayah..
Mereka membuat kami tumbuh tanpa kekurangan. Seperti tahu --tapi bukankah orang tua memang selalu tau apa yang anaknya inginkan?-- apa yang kami inginkan, semua selalu ada sebelum kami meminta. Aku bersyukur tidak pernah menuntut pada mereka. Ketika teman-temanku memiliki sesuatu yang belum ku miliki, aku tidak lantas menagihnya kepada mereka--ayah dan ibu. Karena aku tahu, mereka tahu apa yang benar-benar aku butuhkan, dan apa yang sekedar aku inginkan.

Ibu dan ayah..
Dua-duanya sama berartinya dalam hidup.
Tanpa mereka, kita jelas tidak ada didunia.


Kadang aku suka bertanya, 'kenapa hanya ada hari ibu? Kenapa tidak ada hari ayah?' --sebelum akhirnya aku tahu kalau di negara luar, hari ayah itu ada--.
Padahal dua-duanya sama-sama berjasa dalam hidup kita.

Nabi mengajarkan ibu adalah yang pertama setelah ayah. Dan hal itu pertama kali aku dengar dari ayah.

Ketika Nabi ditanya siapa yang paling diutamakan, beliau menjawab..
Ibuku..
Ibuku..
Ibuku..
Dan kemudian baru ayahku.

Dan setelah itu aku tidak bertanya-tanya lagi tentang 'mengapa hanya ada hari ibu?'. Lagipula, ayah berulang tahun di bulan yang sama dengan hari ibu--sehingga aku dan saudaraku juga selalu memberikan kado untuk ayah dibulan yang sama, kadang dihari yang sama.
Semacam-ritual yang tidak pernah lepas semenjak aku SD adalah 'patungan' dengan saudara-saudaraku untuk membeli sebuah kado di hari ibu. Dan aku tidak pernah lupa, kado pertama yang kami hadiahkan di hari ibu kepada mama adalah dompet. Harganya mungkin tidak seberapa, tapi entah mengapa...aku merasa bahagia bisa memberikan sesuatu itu dari hasil uang saku yang aku sisihkan.

Apa yang kami beri bukanlah bentuk penghargaan kami kepada ibu. Karena sebesar apapun nilainya, tidak akan pernah setara dengan apa yang telah ibu berikan kepada kami selama ini. Dimana ibu bahkan 9 bulan lebih unggul dari kami, untuk memulai tugas mulianya.

Aku pernah --bahkan sering kali- membaca tweets/status facebook yang berupa umpatan, bahkan makian kekesalan yang ditujukan kepada ibu.
Lupa sama siapa yang melahirkan kalian ke dunia?
Lupa sama siapa yang membesarkan kalian hingga kalian mengenal facebook/twitter?

Aku bukan mengada-ada, tapi sungguh..sekalipun aku tidak pernah mengeluarkan kata-kata yang aku temui ditweets/status fb mereka itu.
Kita benar-benar berdosa besar jika membuat orang tua kita menjatuhkan setitik air matanya.
Ayah bilang..

'Meskipun dihari akhir nanti ayah bilang kamu itu anakku, kalau Tuhan bilang bukan, ya bukan.'

Maksudnya, jika di hari akhir kelak ayah masuk surga sedangkan anak-anaknya yang durhaka akan di masukkan ke nereka, ayah tidak akan bisa melakukan negosiasi dengan Tuhan.
Tau kan? Ridho-nya Allah, ridho ke dua orang tua kita.

Kalian yang sering menghina/mengumpat dengan kata-kata kasar kepada ibu kalian, mestinya sadar, one day..kalian juga akan punya anak, dan lihat. Sikap mereka bisa jadi cerminan sikap kalian, bahkan lebih parah suatu hari nanti.

Tau doa untuk kedua orang tua kan? Bukan bermaksud pamer, tapi doa itu tak pernah lepas ku panjatkan ditiap sujud terakhir dalam shalatku.
Karena apa lagi yang bisa aku lakukan selain menjadi anak yang baik, berbakti kepada orang tua, beriman. Karena anak yang shaleh dan shalehah juga bekal untuk kedua orang tua kita kelakkan?

Minta maaf jika ada salah selagi mereka masih ada. Jaga mereka, bahagia kan mereka selagi waktu masih mengizinkan. Jangan menyesal ketika mereka sudah tidak ada, karena itu hanya akan jadi percuma.

Happy mother day mama!
I love you so much!
Sorry for my all mistakes..you're my everything in my life, and always to be everything, forever and ever :*



Cheers!

@Kania08_

Rabu, 12 Desember 2012

PDKT Gagal {End}

Well, Sivia memang telah memberikan saran yang cukup briliant untuk ku tadi siang. Tapi tapi..aku melupakan sesuatu, dan sesuatu itu adalah..bagaimana caranya aku meminta bantuan les private (err..belajar bareng deng ah yah namanya? something like that lah) kepada Pricilla, sedangkan aku sama sekali tidak mengenal-bahkan sekedar say hi sekalipun, gadis cantik itu?

Aku mengambil note kecil dan sebatang pulpen dengan kepala angry birds diatasnya. Otak ku mulai berputar memikirkan sesuatu.

"Datengin ke kelas dia, terus nyamperin dia.." Aku menggumam, kemudian menggeleng. "Ahh, nggak, nggak, nggak. Sksd banget, terus ntar begitu sampe didepan dia, gue langsung bilang gitu "Pricilla ajarin aku math yah~" malak banget itu mah." Aku mendengus kemudian mencoret tulisan -isinya hampir sama dengan apa yang aku ucapkan- dinote kecil tersebut. "Minta tolong ke temen sekelasnya buat nyampein permintaan belajar bareng dari gue.." Aku mengetuk-ngetukkan ujung pulpen (ini sebenernya sakit, karena dagu ku tertusuk jambul lancip angry birds berkali-kali) ke dagu tirusku. "..ini sih nggak gentle, songong juga kesannya." Ku coret lagi tulisan dikertas note ku dibaris kedua. Aku mulai memejamkan mataku sambil membiarkan pikiranku melanglang jauh pada insiden 'tong sampah' yang mempertemukan aku dan Alvin. Dan..ahaa! I get it!

"Gue pura-pura nabrak dia, minta maaf, kenalan dan..laksanakan!"

Buru-buru ku rapikan note dan pulpen dihadapanku. Kemudian membaringkan diri diatas tempat tidur. Aku tak sabar menunggu hari esok. Pengalaman seru akan ku alami..hihiii
***

Pagi ini, aku tidak mendapatkan 'sarapan' pagi dari Pak Satpam ataupun seruan-seruan membosankan dari Mang Ujan. Yup! Aku telah duduk manis didalam mobil jam 7 tepat, kemudian tiba didepan gerbang 7 lewat 10 menit. Dan ini saatnya kita bilang..wawww!
Dengan beberapa buku paket yang ku peluk erat, sambil bermondar-mandir ria disalah satu koridor, aku menyiagakan mataku untuk 'menyambut' kehadiran Pricilla. Tepat saat mata ini melirik ke depan, sosok Pricilla sudah mulai melangkah dekat.

"Okay, Fy. Saatnya menjalankan aksi!" Bisikku dalam hati, sambil menyiapkan diri untuk..action!
Jangan gugup, karena ini hanya Pricilla. Okay, maksudnya Pricilla itu cewek, dan aku cewek. So, nggak ada yang perlu dikhawatirin.

Brukkk...
Tubuhku terhuyung ke belakang, buku-buku dalem pelukanku menghambur ke lantai, saat menabrak sosok cantik yang memang ku tunggu-tunggu. Ahh, acting yang bagus Ify..

"Eh sorry, sorry..gue nggak sengaja, maaf.."

Penilaian pertama, dia sangat..err apa yah? Salah nggak tapi minta maaf, dan dengan tulusnya ikut membantuku merapikan buku-bukuku yang berantakan.

"Ah, ya..nggak papa kok. Gue yang nggak liat-liat." Sahutku basa-basi.

Aku berdiri, dan dia pun ikut berdiri sambil menyerahkan buku-buku milikku. "Sekali lagi--"

"Pagi, Priss~"

Pricilla mengangguk sambil tersenyum, sebagai balasan sapaan salah satu siswi (mungkin teman sekelasnya, aku nggak kenal lah pokoknya). Dan penilaian kedua, dari senyumnya dia memang terlihat ramah.

"Eh sorry, sekali lagi maaf yah?"

Masih minta maaf juga?

Aku tersenyum. "Aduhh, berasa salah banget deh. Gue nggak papa kok." Jawabku serius. Memang benarkan? Hihii "Err..Ify." Aku memberanikan diri mengulurkan tangan dan mengajaknya berkenalan.

"Pri--"

"--Pricilla Juanda, kan? Pacarnya Alvin. Udah tau kok." Potongku sambil terkekeh kecil.

Dia tersenyum malu. "Kok tau?"

"Apa sih yang gue nggak tau." Candaku. "Bareng yuk!" Sambungku mengajak yang langsung disambut dengan anggukan semangat darinya.

"Serius deh, kok loe kenal gue? Padahalkan--"

"--loe nggak kenal gue?" Potongku sambil tertawa kecil, dia mengangguk. "Iyalah! Gue bukan cewek eksis. Beda sama loe, udah cantik, baik, ramah, pinter lagi.."

"Aminn~"

"Kok, amin sih?"

Dia tersenyum. Sumpah! Nggak heran kalau Naufal sudah naksir lama pake banget, dia cantik dan senyumnya..manis banget!

"Jadi, loe tau gue karena itu?"

Aku mengangguk. "Selain itu..gue kan dongdong banget di pelajaran berhitung. Matik, kimia, fisika, dan rumus-rumusnya bener-bener bikin gue bego. Dan temen gue nyaranin buat di private sama Pricilla Juanda yang nggak lain adalah, elo!" Jelasku sambil menyeringai lebar.

Dia tertawa kecil. "Diterima! Jadi kapan loe mau belajar bareng gue?"

Wowww!! Semudah itu? Tak ingin membuang kesempatan, aku langsung mengangguk antusias dan menyebutkan hari kosong yang bisa ku gunakan untuk belajar bersama.


Bila cintaku ini salah hatiku tetap untukmu..
Namun kenyataannya parah dirimu tak pernah untukku


Satu hari. Satu minggu. Satu bulan telah berlalu. Selama itu aku menghabiskan hari-hariku bersama Pricilla. Belajar banyak bab--tentunya untuk pelajaran Math, Fisika dan Kimia, kadang sesekali hang out bareng juga sih. Ugh, aku jadi merasa bersalah pada Sivia, karena semua kesibukanku dengan Pricilla berakibat tidak baik pada intensitas pertemuan kami--aku dan Sivia. Yah, mungkin terkesan lebay. But, honestly gue kangen Sivia!

Satu bulan kedekatanku dengan Pricilla pun nyatanya tak berarti apa-apa untuk hubunganku dengan Alvin. Paling yah, hanya sekedar say hi kalau kebetulan Alvin sedang menjemput Pricilla dirumahku. Dan tentu saja hal ini sangat...I don't like it.

"Fy, apa nggak sebaiknya lo udahan aja PDKT-in Alvin lewat Pricilla? Nggak ada hasilnya ini kan?"

Aku mengangguk, membenarkan.

Yah, Sivia tidak sepenuhnya salah. Tapi, kenapa aku tidak merasakan 'sesuatu' saat mendengar penuturan Sivia? Rasanya biasa saja. Seperti..aku sedang disuruh berhenti melakukan suatu kegiatan yang..tidak ku suka tapi bukan juga ku benci. Aneh?

Pukk..Sivia menepuk pundakku agak keras.

"Hehhh!! Malah ngelamun." Sivia mendengus. "Penting nggak sih, ngelamun disaat gue lagi ngomong?!"

Aku menyeringai lebar, kemudian melingkarkan tangan kananku dibahunya.

"Sorry my sist, gue tadi cuman lagi mikir aja."

"Think about?"

Aku menghembuskan nafas dengan sedikit kasar. "Nggak tau yah, tapi kok..gue ngerasa, kayaknya selama ini yang gue lakuin ke Pricilla bukan usaha untuk bisa lebih mengenal Alvin secara dekat, tapi ya..bener-bener sekedar nyari ilmu."

"Kok?"

Aku mengendikkan kedua bahuku. "Yang jelas, sekarang..gue udah..kayaknya udah nggak suka lagi sama Alvin."

"Are you sure about that?!"

Hahh?! Kenapa Sivia keliatannya bahagia banget yah?

"Ugh, Ify!!! Finally! Lo mestinya emang udah sadar dari dulu, kalau apa yang lo rasain itu bukan cinta! Tapi cuman kekaguman semata! Obsesi berlebihan karena status jomblo yang nggak berakhir ini. Ditambah lagi, semua tipe cowok idaman lo ada di Alvin, ya semakin menggebu-gebu lah, lo pengen deket sama dia."

Aku ternganga. Kok Sivia jadi cerewet gini sih? Tapi..aku jadi mikir sih, kayaknya apa yang Sivia bilang ada benernya.
Saking lamanya aku menjomblo--sebelum aksi PDKTku dengan Alvin melalui Pricilla, aku jadi sering berkhayal dan bertanya-tanya 'kapan gue punya pacar?'
Terus, selama ini aku memang selalu ingin punya pacar yang memenuhi kriteriaku.
Tampan? Sudah pasti. Otaknya diatasku? Harus, tapi bukan berarti bergaya nerd. Yah, pokoknya kalau cowok-cowok macam Bombom--salah satu siswa dengan body menyerupai (maaf, Bombom) gentong, mending jauh-jauh aja. Cause, you're out of my criteria, boy...

"Jadi menurut lo?"

"Cari target baru lagi! Yang sing-le (re.sing-gel)!" Ucap Sivia semangat. "Lo itu cantik! Banyak cowok yang ngantri pengen jadi pacar lo, tau?"

"Tapi nggak ada yang memenuhi kriteria gue." Aku mengeluh. Susahnya menemukan kekasih yang sesuai harapanku...

"Ify, denger! Cinta yang sejati itu tanpa alasan. Mau dia fisiknya nggak okay, bodoh, miskin dan segala macam buruknya, kalau hati lo udah terpaut di dia, nggak ada alasan buat lo nggak ngeraih dia. Kalau cinta lo masih pake kriteria yang dimata gue sama dengan syarat, berarti cinta lo nggak tulus! Tapi berdasarkan apa yang dia punya."

"So?"

"Move on dong!"

Well, not bad. Move on? Ah, sepertinya nggak cocok disebut move on juga sih. Toh, sekarang aku sadar, yang aku rasakan bukan cinta tapi 'nafsu' belaka.
Percuma dong gue galau selama ini? Ahaha nggak masalah, aku masih bisa mengambil hikmah dari semua ini.
Seperti kata Sivia, cinta yang tulus bukan berdasarkan apa yang dia punya! Tapi..hati kita sendiri. Kalau hati kita terpaut disana, get it there!

Aku mengangguk sekali kemudian menatap Sivia dengan senyum mengembang. "Jadi, siapa cowok yang menurut lo cocok gue jadiin target?" Tanyaku serius.

Sivia menerawang. "Single, menarik, seseorang yang cocok itu menurut gue adalah.." Sivia menggantungkan kalimatnya. Membuatku semakin penasaran saja, hingga tanpa sadar alisku terangkat semakin tinggi. "RIO!"

••• FIN •••

Ekhem...endingnya aneh ya :/ yakan makanya gue udah bilang, yg minta tag jangan nyesel karena cerita ini emang agak freaky-_-
Ini sebenernya-awalnya-dan-semestinya cuman buat motivasi diri gue pribadi gitu (•̯͡.•̯͡)

Nahhh! Gue baru merhatiin (setelah baca komentar salah satu dari kalian yg baca juga sih) kalau di bagian awal ada typo yah? Masih ada nama Naufal nyempil disana-_- yah seperti yg gue bilang tokoh awal cerita ini bukan anak IC. So, sekali lagi maaf yaaa kali aja typo nya mengurangi kenyamanan membaca kalian *halahhhh*
Akhir kata, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh~


Cheers!

@sugargirl08

PDKT Gagal {1}



Tahu kah?
Hati galau tak tahu harus melangkah
Sejak pertama mata jatuh menatap
Hatiku tak pernah dusta

Bolak-balik, kanan-kiri, hanya itu yang ku lakukan berulang kali dalam posisi berbaring di tempat tidur. Huhhh...hatiku benar-benar gelisah sekarang, perasaanku benar-benar tak tenang saat ini. Entah mengapa, bayangan wajah pemuda yang tak sengaja ku temui tadi siang terus berseliweran kesana-kemari dalam otakku.

Ohh..Tuhan! What's wrong with me?
»»

Brukk..
Aku menabrak sebuah bak sampah berukuran sedang yang berada di depan kelasku. Ugh, sial sekali. Akibatnya, aku harus terjatuh lengkap dengan kepala yang sempat menabrak bak sampah tersebut.

"Ish, bak sampah norak! Ngapain sih diem disitu?" ringisku pelan.

Belum sempat aku berdiri, sebuah tangan terulur di depan wajahku. Aku menatap tangan itu dengan seksama, hingga ke wajah sang pemilik tangan tersebut.

"Bisa lo sambut uluran tangan gue sekarang? Pegel juga tau lama-lama ngulurin tangan kayak gini." ucapnya.

Tersadar, aku buru-buru menyambut uluran tangannya, kemudian tersenyum kikuk.

"Err..makasih, emm..." Aku menggantung kan kalimatku, yah..aku kan tidak tahu siapa namanya?

"Panggil aja Alvin." selanya seolah mengerti maksudku.

Aku kembali tersenyum, kali ini lebih santai dari yang pertama. "Err..okay, Alvin, makasih buat bantuannya, aku permisi duluan yah.." pamitku padanya. Ia mengangguk, sambil membalas senyumku.

Ohh..Tuhan! Manisnya makhluk ciptaan-Mu yang disebut lelaki--pemuda ini...
««

Aku menghembuskan nafasku kasar, lantas segera berganti posisi dari berbaring, menjadi bersender pada headboard tempat tidurku.
Kenapa aku jadi memikirkannya?
Mengenalnya pun baru, masa iya sudah jatuh cinta?

Aku mengetuk-ngetuk kepalaku. "Ya ampun, Ify! Please deh, jangan gila! Elo baru kenal, Ify!" gerutuku pada diri sendiri.

"Cukup deh gue mikirin dia malam ini, besok-besok nggak boleh!" larangku pada diri sendiri.

Tak ingin terlalu banyak memikirkannya, aku segera mengambil mp3 player berbentuk headphone di atas meja belajarku. Kemudian menyetelnya dengan volume hampir maksimal, dan berusaha memejamkan mataku untuk terlelap.

"C'moon, Ify! Lupakan dia! Tidur sekarang!"

Zzzzzz...


Bila cintaku ini salah
Hatiku tetap untukmu
Namun kenyataannya parah
Dirimu tak pernah untukku

"Iya, Alvin! Ketua ekskul Judo itu!"

Aku menghentikan langkahku saat menyusuri lorong-lorong kelas, setelah mendengar nama Alvin disebut-sebut.
Alvin-ku. Err..maksudnya, Alvin yang pernah menolongku pada insiden 'bak sampah' beberapa waktu yang lalu.
Kenapa aku bisa yakin? Jelas saja karena ku dengar, mereka juga menyebutkan jabatan Alvin yang memang sudah aku ketahui (dengan cara menanyakan tentang nama lengkapnya yang ternyata Alvin Aprilio -hampir sama dengan namaku, Ify Aprilia- , sehari setelah mengenalnya waktu itu, dari temanku, Sivia.)

"Ya, ampun! Pricilla beruntung banget yah, bisa jadian sama Alvin!"

Dan aku terpaku ditempat saat mendengar kalimat itu. Alvin? Jadian? Sama Pricilla? Pricilla siapa?

Aku masih belum menemukan jawaban pasti akan pertanyaanku, hingga ku rasakan sebuah tepukan keras mendarat dipundakku.

"Wayolohhhh!"

'Astaghfirullah!' batinku, kaget. "Ngagetin aja sih, Vi!" protesku.

Sivia, atau yang lebih sering ku panggil Via itu tersenyum sebentar. "Ngelamun dikoridor sih... Lagian mikir apaan, neng?" tanya nya.

Aku jadi ingat soal Alvin. "Err..Vi," aku meraih lengan Sivia dan mengajaknya berjalan menuju kantin sekolah. "Gue mau nanya, nih.." sambungku, tetap menggandeng tangannya.

Sivia mengernyit sambil menatapku aneh. "Lo kenapa, sih? Mau nanya apa? Kayaknya serius banget?"

Aku tak langsung menjawab. Mataku justru sibuk menyusuri seluruh penjuru kantin, mencari bangku kosong yang bisa ditempati. "Kita ngobrol disana aja!" ajakku, kembali -sedikit- menyeretnya menuju pojok kanan kantin.

"Jadi, mau nanya apa?" Sivia mengulang pertanyaannya, saat kami selesai memesan minuman.

"Soal...Al..vin.." ucapku pelan. Aku memainkan kedua telunjukku dengan gugup.

Sebelah alis Sivia terangkat, dan aku sangat paham, ia sedang berusaha 'membaca' sesuatu dari wajahku.

"Kenapa sama dia?"

"Dia pacaran sama Pricilla, ya?"
***

Aku meniup-niup sedotan yang terendam dalam jus semangka dihadapanku. Mataku menatap kosong pada gelembung-gelembung halus yang tercipta akibat tiupan sedotanku.
Kata-kata Sivia tadi siang kembali terngiang dalam benakku.

"Alvin sama Pricilla itu temen lama. Gosipnya mereka tetanggan juga." jawab Sivia saat aku menanyakan kedekatan Alvin dan Pricilla.

"Gosipnya lagi, Alvin udah naksir dari kapan taun deh, tapi malu buat nembak. Sampe akhirnya, dia punya keberanian, ya kemaren itu pas sepulang ekskul judo. Kan kebeneran tuh si Pricilla nemenin dia."

Hufftttt..aku menghela nafas. Ternyata, nggak enak juga rasanya mengetahui orang yang kita suka, sudah jadi milik orang lain. Kalah sebelum berjuang, yes, i'am.
Aku jadi teringat sosok Pricilla. Putih, langsing, rambut panjang melebihi bahu yang di cat dengan warna cokelat, mata sipit dengan bola hitam yang besar semakin membuat dia terlihat...cantik.
Bila ku bayangkan sosok Alvin, Pricilla memang gadis yang pantas untuk mendampinginya.

Drtt..drtt
Ponsel yang terletak disebelah gelas jusku bergetar, ku lirik sekilas. Sebuah new messege, hasil kirimin Nia telah bertengger disana.

Lo suka dia, Fy?

Sender : Sivia 'Via'

Aku memandangi ponsel tersebut dengan pipi menggelembung.
Suka? Tapi kok rasanya sakit gini.
Cinta? Kenal belum seminggu, masa iya udah jatuh cinta.

Drtt..drttt
Ponselku kembali bergetar. Lagi-lagi pengirimnya sama, Sivia!

Lo suka dia, Fy?
Bales kek, gue penasaran banget nih..

Sender : Sivia 'Via'

Aku menggaruk-garuk tengkukku setelah membacanya. Tak tahu harus menjawab apa, aku memilih untuk menyimpan kembali ponselku, dan menceritakan semuanya besok, di sekolah.

Mencoba lupakan keinginan hati
Namun tak inginku menyerah
Tapi mengapa?
Bila aku mendekat rasanya semakin jauh


"..ya gitu deh."

Aku menyelesaikan curhatan panjangku pada Sivia dikantin saat ini. Kebetulan, jam pelajaran Bahasa Indonesia saat ini sedang kosong, jadilah aku memanfaatkannya untuk menyeret Sivia ke kantin dan menjelaskan semuanya.

Sivia terlihat menggigit bibir bawahnya, sambil mengetuk-ngetukkan telunjuknya di atas meja. "Humbb..terus sekarang, apa yang mau loe lakuin? We'll see, Al--"

"--sstt! Sebut 'dia' kek, 'doi' kek, jangan frontal dong.." Desisku pelan.

Sivia menunjukkan telapak tangannya dihadapanku, hal yang sering ia lakukan sebagai kata ganti 'stay calm' saat berbicara denganku.

"Err..okay, so, apa yang bakal loe lakuin, secara nih dia udah punya someone."

Aku mengedikkan bahuku acuh. "Yah, emang pasti gitu, perasaan gue ini cinta? Paling sekedar kagum, lama-lama juga ilang lah~"

"Kalau nggak?"
***

Haduhh..kenapa ucapan Sivia dikantin tadi terus berputar di otakku? C'moon, Fy. Just a conversation, no more! Lagian itu kan cuman pembahasan bia..yaa biasa, kan?

Aku nampak seperti orang bodoh sekarang, karena tanpa sadar mulai membenturkan kepalaku berulang-ulang -mungkin sekitar 3 kali- ke rak buku di perpustakaan ini.

"Bego, bego, bego! Kenapa malah jadi mikirin dia gini sih?!" Gumamku frustasi.

"Permisi.. Kalau nggak sayang kepala, bukan gitu juga caranya.."

Aku baru akan membenturkan lagi -ugh, why i'm so stupid now?- kepalaku untuk yang ke 4 kali ke rak buku itu saat sebuah suara menegurku, sekaligus membatalkan niat bodoh itu juga sih.
Aku merasa cukup familiar dengan suara itu. Err, bukan..bukan, bukan satpam sekolah yang tiap pagi mengomeliku karena selalu datang 5 menit sebelum gerbang di tutup. Bukan juga suara Mang Ujang -supir pribadiku- yang hobby meneriakkan namaku dipagi hari, alasannya samalah kayak satpam sekolah, aku terlalu lelet sepertinya.

"Hello?!"

Upss..terlalu banyak mengkhayal justru membuatku lupa dengan pemilik suara itu.

"Hahh?! Ah, ya..Alvin.." Aku mulai cengar-cengir bagai seorang kleptomania yang kedapatan sedang menjalankan aksi. Maka, wajarlah jika Alvin malah memandangku dengan alis terangkat. I'm so freaky now! Huhuuu

"Loe, kenapa sih? Ada masalah? Kepala kok dijedotin gitu?" Dia bertanya sambil melihat-lihat judul buku yang tersusun rapi pada rak dihadapanku.

" Hahh?! Err..itu, gue..gue lagi pusing. Iya! Lagi pusing.."

Jawaban bodoh!

Dia membulatkan mulutnya tanpa suara, sambil mengambil salah satu ensiklopedia yang tebalnya mengalahkan buku diary milkku. Err, itu nggak tebal-tebal banget sih..

"Gue duluan.."

Dan aku hanya bisa melongo -kali ini bukan jawaban bodoh, tapi tampang yang bodoh- tanpa menjawab 'pamitannya' yang terbilang singkat itu.
***

Aku mengembang kempiskan kedua pipiku sambil berfikir. Dan..Aha! Aku telah memutuskan untuk..mendekati Alvin! Err, okay, I mean, aku hanya ingin menjadi teman dekat -syukur-syukur kalau bisa merangkap the next his girlfriend- dia saja. Just it! Aku cukup sadar diri, dengan tampang yang sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Pricilla, aku hanya bisa bermimpi. Etapi..bukannya ada pepatah yang mengatakan bahwa "segalanya berawal dari mimpi, jadi jangan takut untuk bermimpi!". Okay, sebenernya aku juga tidak begitu ingat, siapa nama pepatah yang berkata demikian. Forget it lah~
So, lets think! Apa yang bisa aku lakukan untuk bisa dekat dengan Naufal? Humbb..tentu sebelumnya aku harus bisa mengakrabkan diri dengannya, selain itu pacarnya (alasannya sederhana, hanya untuk memberi kesan kalau aku cewek baik-baik yang nggak akan ngerebut cowok orang. Tapi aku emang cewek baik-baik kok), tapi..bagaimana bisa?
***

"Ceweknya itu pinter banget, nah loe kan agak dongdong tuh soal pelajaran yang ada rumus dan hitung-hitungannya, minta ajarin sama dia boleh tuh." Saran Sivia saat aku menanyakan bagaimana cara supaya aku bisa akrab dengan Pricilla. Ya, Sivia sih sempat heran, dan berpikiran macam-macam. Tapi buru-buru ku luncurkan alibi ku sebelum dia mulai berkata yang tidak-tidak.

"Gue cuman pengen deket aja sama dia, kata anak-anak dia nggak cuman cantik, tapi baik, ramah lagi. Ya, gue penasaran aja."

Itu adalah alibi yang ku ucapkan. Terdengar dipaksakan? Memang! Aku pun asal bicara saja waktu itu. Tapi yang terpenting, Sivia percaya dan memberikan saran yang bisa dibilang 'that's good idea' lah~

"Okay, Vi..thanks banget cantik~"

Sivia mencibir. "Loe mah semau gue banget, bilang gue cantik kalau lagi seneng, kadang juga dikata dakochan, ga konsis banget."

Aku hanya mengikik kecil mendengarnya. Dalam pikiranku mulai berseliweran bayang-bayang tentang kedekatan yang terjalin antara aku dan Alvin, tentu saja itu masih fiksi.
***


Hi! Apakabar? Ini cerpen baru saya agak freaky and I Know that-_-
Sebenernya kemaren niatnya ga gini loh, tapi kok jadinya malah gini yah :/
Btw, sorry kalau banyak typo (s)
Ini cerpen sebenernya gue bikin dengan nama tokoh : Naura (Ify), Nia (Sivia), Naufal (Alvin) dan Nindya (Pricilla). Nah, kalau gue bikin versi RiFy yg ada Rio punya pacar dan itu bukan Ifykan? Jadi Alfy ajayah ahahaha. Last one, ini agak panjang jadi gue bagi 2 ☺
Thanks for reading!

Cheers!


@sugargirl08